-->

Beternak Seperti Nenek Moyang di Kampung

Bertani dan beternak menjadi mata pencaharian yang sangat mulia. Kegiatan ini disebut-sebut sebagai gaya hidup yang tenang dan slow. 

Dibalik angka statistik yang menyebutkan bahwa saat ini petani menjadi golongan rendahan yang disebut banyak yang miskin dan terbelakang.

Namun statement itu tidak selamanya benar. Ternyata petani dan peternak banyak yang kaya. Mereka banyak yang punya lahan dan ternak yang nilainya kalau diuangkan bisa milyaran rupiah.

Pertanian Terpadu

Pada bagian ini akan kita lihat ternyata ada cara tertentu yang membuat aktifitas bertani dan beternak bisa menjadi sumber kekayaan. 

Bagaimana cara petani dan peternak kaya mengatur itu pada tempo dulu.

Cara yang dilakukan mereka adalah dengan tidak memisahkan antara proses tanam-menanam tanaman dan beternak.

Dua kegiatan ini harus digabung tidak boleh sama sekali dipisahkan.

Tanaman untuk Pakan Ternak

Tidak semua orang tahu apa potensi besar bahan pakan di sekitar kita. Negara ini begitu subur makmur. Kita tentu setuju akan hal itu.

Orang bila rumput dan kayu tidak dipupuk pun tumbuh. Biji-bijian dilempar pun tumbuh. Itulah contoh nyata yang kita lihat sendiri. Kita sering melihat, seperti tiba-tiba ada mangga, rambutan, dulu pada tumbuh dan berbuah. Itu saking suburnya Indonesia.

Yang tidak kalau mengejutkan adalah soal rumput dan perdu. Ternyata ini yang lebih besar potensinya untuk pakan. Tidak sengaja ditanam tapi tumbuh dan subur hingga menghijau di Padang luas.

Orang yang tahu ini tentu bahagia. Dan rumput sudah sejak lama dimanfaatkan untuk ternak.

Namun demikian kita tahu bahwa belum ada yang melirik seksama potensi rumput secara produksi besar.

Padahal kalau difokuskan akan menjadi sumber kekayaan dan keberkahan bagi kita semua.

Rumput bisa dikeringkan lalu diolah menjadi pakan ternak yang kaya nutrisi. Ini akan membuat ternak jadi gemuk dan sehat.

Ternak yang sehat tentu akan menghasilkan output yang sehat pula. Daging, tulang, dan anakannya akan sehat.

Maka dalam hal ini boleh kita mendapatkan benefit dari sudut pandang ini. 

Tanaman yang kita tanam baik padi, singkong, tebu, ubi, pepaya, jagung, dan rumput ternyata nilainya akan lebih besar bila dijadikan pakan ternak.

Ada beberapa keistimewaan untuk ini:

1. Tanaman khusus pakan ternak tidak perlu perawatan yang mahal. 
2. Semua bagian dari tanaman itu dimanfaatkan dan tidak akan ada yang terbuang percuma.
3. Nilainya berkali lipat lebih tinggi dari pada dijadikan makanan manusia atau bahan olahan makanan manusia.

Kita buat satu contoh yaitu ubi kayu atau singkong. Dalam satu hektar dengan jarak 1m x 1m akan terdapat 10.000 pohon ubi kayu.

Kalau untuk dijadikan pakan atau bahan olahan maka rata rata akan menghasilkan 50 ton dengan harga rata-rata 100 per kg.

Bila dijual maka hasilnya sekitar 50 juta rupiah.

Tapi kalau dijadikan pakan ternak maka akan bernilai sekitar 250 juta rupiah.

Mengapa lebih tinggi. Karena pakan ketela untuk pakan yang dimanfaatkan bukan hanya umbi tapi semua bagian dari singkong itu. Daun, Umbi, dan batangnya dimanfaatkan. Oleh karena itu timbangannya akan jadi dua bahkan 4 kali lipat lebih berat dibandingkan hanya dimanfaatkan umbinya.

Lebih dari itu, singkong untuk pakan tidak perlu menunggu 1 tahun atau sekurang-kurangnya 8 bulan baru panen. Singkong untuk pakan ternak cukup 3 sampai 4 bulan sudah dipanen. Setahun bisa dua bahkan 4 kali panen. Ini perhitungan yang sangat mengesankan.

Jadi, potensi ini harus kita gali dan dipraktekkan. Sumber kemakmuran bagi kita itu ternyata ada juga di tanaman yang ditanam khusus untuk pakan ternak.



LihatTutupKomentar