Dalam membaca Al-Qur'an ada hal-hal tertentu yang harus diperhatikan. Di antara yang harus mendapat perhatian serius adalah soal "mengindahkan atau memperbagus irama". Tentu ini merupakan bagian kecil saja dari bagian-bagian yang lain yang penting.
Soal suara, kita sepakat bahwa setiap kita diberikan anugerah suara yang khas. Ada yang sama namun kebanyakan orang berbeda suaranya. Bhkan bila ada orang yang mukanya mirip suara mereka biasanya agak berbeda. Sampai di sini tentu kita faham bahwa ini merupakan 'athifah atau bakat masing-masing. Selain itu, bersuara juga dalam kondisi khusus merupakan anugerah terindah. Betapa tidak, bila ada seorang bayi lahir, suara tangisannya sangat ditunggu-tunggu, dan orang-orang yang mengerumuninya tersenyum gembira.
Selanjutnya di atara bukti kuasa Allah adalah Ia menciptakan manusia dengan karakter yang berbeda-beda. Ada yang datar, bergelombang, mendayu, dan bergetar. Di samping itu ada yang bersuara lembut ada yajuga yang berat dan serak. Ada yang di dalam ada juga yang mengeluarkan suaranya persis berdengung ke luar lewat hidung. Semua itu merupakan keanekaragaman yang luar biasa.
Dari perkataan di atas, tibalah sekarang pada soal mengolah suara. Seperti yang kita tahu bahwa suara ada yang mudah sekali diolah ada pula yang seolah tidak mau berubah. Dalam tataran pendidikan, tentu pada dasarnya suara dapat diolah. Buktinya pelatihan-pelatihan vokal sangat diminati dari dahulu hingga sekarang. Maka dari segi ini dapatlah kita mengambil sudut pandang bahwa ada suara yang sangat bagus dan indah, ada juga yang krang bagus atau bahkan disebut sama sekali tidak ada bagus-bagusnya. Kalimat ini menemukan kristalnya pada adanya frasa "suara emas". Artinya suara ini berkelas dan mahal.
Manusia menyukai Keindahann
Selain manusia punya potensi fitrah berkebaikan, ia juga dianugerahi semangat mengenal hal baru, dan berhasrat pada kebenaran, kebaikan dan keindahan. Maka semua yang dilakukannya sangat dipengaruhi oleh citra kebenaran, kebaikan, dan keindahan menurut dirinya. Setiap orang memiliki citra masing-masing yang pada dasarnya tidak bisa diintervensi oleh orang lain. Menurut orang mungkin indah namun menurutnya belum tentu begitu. Ini bisa diketahui dari sebuah kalimat fakta di masyarakat yang sering menyebut seseorang yang bercitra beda itu dengan sebutan (maaf) misalnya; gila atau buta.
Pada titik ini kita berhenti sejenak. Barang kali beragama juga selain memuaskan hasrat mencari kebenaran dan kebaikan, juga (dimungkinkan) sebagai bentuk pemenuhan hasrat akan keindahan. Teks-teks agama banyak yang mengindikasikan hal itu. Dikatakan bahwa Tuhan itu Maha Indah, dan ia saking indahnya tidak ada satu pun makhluk yang menyamai keindahan-Nya.
Manusia memang sangat gemar keindahan dengan citranya masing-masing. Bahkan manusia diyakini sebagai wujud paling indah di mayapada ini. Bahkan ia diberi hidup dan akal. Maka keindahan yang tanpa ruh itu tidak sempurna. Begitu pula orang yang ganteng atau cantik bila mati atau tidak berakal menjadi kurang keindahannya.
Suara Indah sangat dicari Manusia
Konon katanya dahulu putera-puteri adam ada yang hidup di perkampungan-perkampungan kecil dan terpiah-pisah. Ada yang hidup di gunung-gunung ada juga yang hidup di lembah-lembah. Dan sudah menjadi fitrah hidup manusia yang ingin berpasangan. Maka putera-puteri itu ingin lah saling mengenal. Hingga para lelaki di antara mereka membuat seruling yang bersuara merdu saat ditiup. Itu membuat perhatian para puteri Adam terpusat perhatiannya. Dan orang yang bisa meniup seruling dengan nada yang indah akan mendapat perhatian lebih.
Kisa di alinea itu terjadi di masa lalu, lalu bagaimana dengan kejadian di masa sekarang. Dapatlah bisa disampaikan bahwaitu tetap dan akan berlangsung seperti itu. Sudah fitrahnya begitu. orang yang bersuara emas akan mendapatkan perhatian lebih dari sesamanya. Ia akan banyak yang mendekati dan biasanya mahal bila diundang.
Pentingnya Suara Indah dalam Tilawah Al-Qur'an
Sebelum lebih lanjut, mari kita simak keterangan berikut ini;
أَخْبَرَنَا الْفِرْيَابِيُّ , قَالَ: نا صَفْوَانُ بْنُ صَالِحٍ قَالَ: نا مُحَمَّدُ بْنُ شُعَيْبٍ قَالَ: نا الْأَوْزَاعِيُّ , عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ حَدَّثَهُ , عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَلَّهُ أَشَدُّ أَذَنًا إِلَى الرَّجُلِ الْحَسَنِ الصَّوْتِ بِالْقُرْآنِ مِنْ صَاحِبِ الْقَيْنَةِ إِلَى الْقَيْنَةِ» قَالَ الْأَوْزَاعِيُّ: يَعْنِي أَذَنًا: اسْتِمَاعًا "
Dalam teks berbahasa ini ada yang bisa kita fahami, bahwa yang berusaha memperbagus suara ketika membaca Al-Qur'an akan mendapatkan kesempatan besar bacaannya lebih didengarkan oleh Allah yang Maha Melihat dan Maha Mendengar.
Mari kita menyimak lagi satu keterangan tentang hal ini;
وَأَخْبَرَنَا الْفِرْيَابِيُّ , قَالَ: نا أَبُو قُدَامَةَ , وَعُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ قَالَ: أنا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ , عَنْ شُعْبَةَ قَالَ: حَدَّثَنِي طَلْحَةُ بْنُ مُصَرِّفٍ , عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْسَجَةَ , , عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ , عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ»
Keterangan ini meminta orang yang membaca Al-Qur'an agar berusaha menghiasi bacaan Qur'annya dengan kebenaran tajwid dan keindahan suara, tentu dengan penghayatan dan niat kuat untuk mengamalkan ajarannya.
Dalam ataran filosofis tentu harus pula memperhatikan suara yang seperti apa yang pantas bagi bacaan Al-Qur'an. Salah satunya tentu kita harus mencari informasi lebih banyak tentang bagaimanakan dahulu Rasulullah melantunkannya di hadapan para sahabat-sahabatnya, atau bagaimana sahabat-sahabat Rasulullah melantukan bacaan Al-Qur'an di hadapan Rasulullah SAW atu di halaqah-halaqah dzikir.
Baik untuk catatan saja bahwa ada kriteria tertentu yang sangat baik ketika membaca Al-qur'an, di antaranya adalah eterangan berikut ini;
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ أَيُّوبَ السَّقَطِيُّ قَالَ: نا عَبْدُ اللَّهِ الْقَوَارِيرِيُّ , قَالَ: نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ , قَالَ: نا إِبْرَاهِيمُ , عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ , عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ أَحْسَنَ النَّاسِ صَوْتًا بِالْقُرْآنِ الَّذِي إِذَا سَمِعْتَهُ يَقْرَأُ حَسِبْتَهُ يَخْشَى اللَّهَ»
Nah, itulah salah satunya. Suara yang indah dan mengingatkan kita akan bahaya dan huru-hara siksa Allah dan neraka, atau membuat hati tertarik dengan surga dengan mendengar bacaan Al-Qur'an dengan suara tersebut. Dalam ilmu jiwa ada disebutkan bahwa jiwa atau ruh itu akan saling mengenal. Yang bik akan mengenal yang baik dan yang buruk akan mengenali yang buruk. Dari sini menghadirkan hati yang khusyu' saat membaca Al-Qur'an harus sangat diusahakan lagi.
Urgensi Lagu-Lagu Tilawah Al-Qur'an
Di alinea-alinea di atas telah disebutkan bahwa suara indah sangat penting. Dan bila kita melatihnya dengan tujuan bersyukur kepada Allah dan beribadah kepadanya dengan mengerahkan segenap potensi yang ada tentu itu hal yang sangat baik sekali. Dan Islam sangat perhatian dalam masalah ini. Beginilah indah nya Islam. Ia itu "syumul" meliputi dan mengatur dari bagian terkecil hidup manusia hingga aspek-aspek besar yang meliputi hajat dan risalah hidupnya. Ia mendorong penggunaan potensi dan nikmat Allah pada tempat yang benar, baik dan indah sesuat dengan ajarannya.
Dalam hal lagu, Peradaban Islam mencatat bahwa ada setidaknya 7 lagu pokok dalam tilawah Al-Qur'an. Dan tentu dari 7 lagu ini ada variasi dan keindahan dan pemanis masing-masing. Trik dan gaya penyampaiannya telah banyak dipelajari di banyak tempat. Kapankah lag ini digunakan dengan bentuk aslinya dan kapan pula ia harus dipotong atau dilantunkan dengan variasi baru ang menggigit dan lebih meninju hati pendengar lagi.
Tujuh lagu dalam bacaan Al-Qur'an ini merupakan standar. Ia diambil dari negeri-negeri Arab ang meliputi Jazirah Arabia. Tentunya kembali pada pemahaman di atas, bahwa semua harus atas persetujuan Nabi SAW.
Kita sebut satu persatu; Pertama Bayyati, Shaba, Hijaz, Rasst, Nahawand, Syika, dan Jihar Ka. Dari tujuh ini ada tingkatan nada dan variasi masing-masing. Kita dapat mempelajari dan mengetahui trik melantunkannya dari gelaran MTQ baik di dalam negeri atu di luar negeri.
Untuk para Qori di Indonesia, variasi pelantunan ke-tujuh lagu itu berkiblat kepada H Mu'ammar atau H Chumaidi. Kemudian qari-qari yang lain. Dan Para guru itu sangat dipengaruhi oleh gaya variasi lagu timur tengah khussnya Mesir. Qari-Qari dari tanah Nabi Yusuf ini sangat digemari oleh putera-puteri Indonesia. Beragam variasi bisa kita pelajari sesuai dengan kecocokan suara dan gaya yang ingin di duplikasi.
Cara Cepat mempelajari Tujuh Lagu Al-Qur'an
Tenang saja, sub judul ini merupakan bukan sesuatu yang sulit. Ingat suara adalah fitrah dan anugerah. Bila orang lain bisa tentu kita bisa. Maka kesungguhan, do'a dan keuletan akan sangat ampuh dan berperan penting dalam pelatihan apapun.
Pertama, harus di sampaikan bahwa ke-tujuh lagu di atas telah mngindonesia. arinya itu telah tersebar dalam bacaan Al-Qur'an atau kitab, lagu religi, bahkan dalam lagu adzan. Hanya saja kita sering tidak tahu namanya. Untuk pertama kali jangan hiraukan dulu bila sulit menebak nama. Manfaatkanlah referensi lagu adzan atau surat-surat pendek yang telah dikenali. Lanjutkan jangan segan-segan untuk melantunkannya kembali.
Kedua, sering-seringlah mendengarkan bacaan Al-Qur'an dari H. Muammar atau H. Chumaidi. Di situ kita bisa mengenal variasi dari ke-tujuh lagu itu. Ingat, sering mendengar berarti kita merangsang otak untuk mengingat.
Ketiga, tentu ini yang pokok, belajarlah pada guru dan di tempat khusus. Belajar di hadapan guru secara langsung akan meningkatkan akselerasi kemampuan kita. Ini disebut berkah talaqqi dan silaturahim dalam berilmu. Janganlah kita sering-sering mengambil ilmu dengan mencukupkan diri dai menonton video, mendengar MP3, atu membaca buku, tanpa kita bertemu guru. Maka belajarlah [pada Pesantren Al-Qur'an dan Tahfidz agar kita mengalami Quantum dan akselerasi dalam menguasai lagu-lagu Al-Qur'an.
Mempelajari Al-Qur'an dengan nada yang indah adalah bagian dari syiar agama Islam. Orang lebih tertarik dengan yang indah dan menyentuh hati. Membaca Al-Qur'an dengan nada yang indah adalah bagian dari syiar yang menarik minat orang non muslim untuk masuk Islam.
Soal suara, kita sepakat bahwa setiap kita diberikan anugerah suara yang khas. Ada yang sama namun kebanyakan orang berbeda suaranya. Bhkan bila ada orang yang mukanya mirip suara mereka biasanya agak berbeda. Sampai di sini tentu kita faham bahwa ini merupakan 'athifah atau bakat masing-masing. Selain itu, bersuara juga dalam kondisi khusus merupakan anugerah terindah. Betapa tidak, bila ada seorang bayi lahir, suara tangisannya sangat ditunggu-tunggu, dan orang-orang yang mengerumuninya tersenyum gembira.
Selanjutnya di atara bukti kuasa Allah adalah Ia menciptakan manusia dengan karakter yang berbeda-beda. Ada yang datar, bergelombang, mendayu, dan bergetar. Di samping itu ada yang bersuara lembut ada yajuga yang berat dan serak. Ada yang di dalam ada juga yang mengeluarkan suaranya persis berdengung ke luar lewat hidung. Semua itu merupakan keanekaragaman yang luar biasa.
Dari perkataan di atas, tibalah sekarang pada soal mengolah suara. Seperti yang kita tahu bahwa suara ada yang mudah sekali diolah ada pula yang seolah tidak mau berubah. Dalam tataran pendidikan, tentu pada dasarnya suara dapat diolah. Buktinya pelatihan-pelatihan vokal sangat diminati dari dahulu hingga sekarang. Maka dari segi ini dapatlah kita mengambil sudut pandang bahwa ada suara yang sangat bagus dan indah, ada juga yang krang bagus atau bahkan disebut sama sekali tidak ada bagus-bagusnya. Kalimat ini menemukan kristalnya pada adanya frasa "suara emas". Artinya suara ini berkelas dan mahal.
Manusia menyukai Keindahann
Selain manusia punya potensi fitrah berkebaikan, ia juga dianugerahi semangat mengenal hal baru, dan berhasrat pada kebenaran, kebaikan dan keindahan. Maka semua yang dilakukannya sangat dipengaruhi oleh citra kebenaran, kebaikan, dan keindahan menurut dirinya. Setiap orang memiliki citra masing-masing yang pada dasarnya tidak bisa diintervensi oleh orang lain. Menurut orang mungkin indah namun menurutnya belum tentu begitu. Ini bisa diketahui dari sebuah kalimat fakta di masyarakat yang sering menyebut seseorang yang bercitra beda itu dengan sebutan (maaf) misalnya; gila atau buta.
Pada titik ini kita berhenti sejenak. Barang kali beragama juga selain memuaskan hasrat mencari kebenaran dan kebaikan, juga (dimungkinkan) sebagai bentuk pemenuhan hasrat akan keindahan. Teks-teks agama banyak yang mengindikasikan hal itu. Dikatakan bahwa Tuhan itu Maha Indah, dan ia saking indahnya tidak ada satu pun makhluk yang menyamai keindahan-Nya.
Manusia memang sangat gemar keindahan dengan citranya masing-masing. Bahkan manusia diyakini sebagai wujud paling indah di mayapada ini. Bahkan ia diberi hidup dan akal. Maka keindahan yang tanpa ruh itu tidak sempurna. Begitu pula orang yang ganteng atau cantik bila mati atau tidak berakal menjadi kurang keindahannya.
Suara Indah sangat dicari Manusia
Konon katanya dahulu putera-puteri adam ada yang hidup di perkampungan-perkampungan kecil dan terpiah-pisah. Ada yang hidup di gunung-gunung ada juga yang hidup di lembah-lembah. Dan sudah menjadi fitrah hidup manusia yang ingin berpasangan. Maka putera-puteri itu ingin lah saling mengenal. Hingga para lelaki di antara mereka membuat seruling yang bersuara merdu saat ditiup. Itu membuat perhatian para puteri Adam terpusat perhatiannya. Dan orang yang bisa meniup seruling dengan nada yang indah akan mendapat perhatian lebih.
Kisa di alinea itu terjadi di masa lalu, lalu bagaimana dengan kejadian di masa sekarang. Dapatlah bisa disampaikan bahwaitu tetap dan akan berlangsung seperti itu. Sudah fitrahnya begitu. orang yang bersuara emas akan mendapatkan perhatian lebih dari sesamanya. Ia akan banyak yang mendekati dan biasanya mahal bila diundang.
Pentingnya Suara Indah dalam Tilawah Al-Qur'an
Sebelum lebih lanjut, mari kita simak keterangan berikut ini;
أَخْبَرَنَا الْفِرْيَابِيُّ , قَالَ: نا صَفْوَانُ بْنُ صَالِحٍ قَالَ: نا مُحَمَّدُ بْنُ شُعَيْبٍ قَالَ: نا الْأَوْزَاعِيُّ , عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ حَدَّثَهُ , عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَلَّهُ أَشَدُّ أَذَنًا إِلَى الرَّجُلِ الْحَسَنِ الصَّوْتِ بِالْقُرْآنِ مِنْ صَاحِبِ الْقَيْنَةِ إِلَى الْقَيْنَةِ» قَالَ الْأَوْزَاعِيُّ: يَعْنِي أَذَنًا: اسْتِمَاعًا "
Dalam teks berbahasa ini ada yang bisa kita fahami, bahwa yang berusaha memperbagus suara ketika membaca Al-Qur'an akan mendapatkan kesempatan besar bacaannya lebih didengarkan oleh Allah yang Maha Melihat dan Maha Mendengar.
Mari kita menyimak lagi satu keterangan tentang hal ini;
وَأَخْبَرَنَا الْفِرْيَابِيُّ , قَالَ: نا أَبُو قُدَامَةَ , وَعُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ قَالَ: أنا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ , عَنْ شُعْبَةَ قَالَ: حَدَّثَنِي طَلْحَةُ بْنُ مُصَرِّفٍ , عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْسَجَةَ , , عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ , عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ»
Keterangan ini meminta orang yang membaca Al-Qur'an agar berusaha menghiasi bacaan Qur'annya dengan kebenaran tajwid dan keindahan suara, tentu dengan penghayatan dan niat kuat untuk mengamalkan ajarannya.
Dalam ataran filosofis tentu harus pula memperhatikan suara yang seperti apa yang pantas bagi bacaan Al-Qur'an. Salah satunya tentu kita harus mencari informasi lebih banyak tentang bagaimanakan dahulu Rasulullah melantunkannya di hadapan para sahabat-sahabatnya, atau bagaimana sahabat-sahabat Rasulullah melantukan bacaan Al-Qur'an di hadapan Rasulullah SAW atu di halaqah-halaqah dzikir.
Baik untuk catatan saja bahwa ada kriteria tertentu yang sangat baik ketika membaca Al-qur'an, di antaranya adalah eterangan berikut ini;
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ أَيُّوبَ السَّقَطِيُّ قَالَ: نا عَبْدُ اللَّهِ الْقَوَارِيرِيُّ , قَالَ: نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ , قَالَ: نا إِبْرَاهِيمُ , عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ , عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ أَحْسَنَ النَّاسِ صَوْتًا بِالْقُرْآنِ الَّذِي إِذَا سَمِعْتَهُ يَقْرَأُ حَسِبْتَهُ يَخْشَى اللَّهَ»
Nah, itulah salah satunya. Suara yang indah dan mengingatkan kita akan bahaya dan huru-hara siksa Allah dan neraka, atau membuat hati tertarik dengan surga dengan mendengar bacaan Al-Qur'an dengan suara tersebut. Dalam ilmu jiwa ada disebutkan bahwa jiwa atau ruh itu akan saling mengenal. Yang bik akan mengenal yang baik dan yang buruk akan mengenali yang buruk. Dari sini menghadirkan hati yang khusyu' saat membaca Al-Qur'an harus sangat diusahakan lagi.
Urgensi Lagu-Lagu Tilawah Al-Qur'an
Di alinea-alinea di atas telah disebutkan bahwa suara indah sangat penting. Dan bila kita melatihnya dengan tujuan bersyukur kepada Allah dan beribadah kepadanya dengan mengerahkan segenap potensi yang ada tentu itu hal yang sangat baik sekali. Dan Islam sangat perhatian dalam masalah ini. Beginilah indah nya Islam. Ia itu "syumul" meliputi dan mengatur dari bagian terkecil hidup manusia hingga aspek-aspek besar yang meliputi hajat dan risalah hidupnya. Ia mendorong penggunaan potensi dan nikmat Allah pada tempat yang benar, baik dan indah sesuat dengan ajarannya.
Dalam hal lagu, Peradaban Islam mencatat bahwa ada setidaknya 7 lagu pokok dalam tilawah Al-Qur'an. Dan tentu dari 7 lagu ini ada variasi dan keindahan dan pemanis masing-masing. Trik dan gaya penyampaiannya telah banyak dipelajari di banyak tempat. Kapankah lag ini digunakan dengan bentuk aslinya dan kapan pula ia harus dipotong atau dilantunkan dengan variasi baru ang menggigit dan lebih meninju hati pendengar lagi.
Tujuh lagu dalam bacaan Al-Qur'an ini merupakan standar. Ia diambil dari negeri-negeri Arab ang meliputi Jazirah Arabia. Tentunya kembali pada pemahaman di atas, bahwa semua harus atas persetujuan Nabi SAW.
Kita sebut satu persatu; Pertama Bayyati, Shaba, Hijaz, Rasst, Nahawand, Syika, dan Jihar Ka. Dari tujuh ini ada tingkatan nada dan variasi masing-masing. Kita dapat mempelajari dan mengetahui trik melantunkannya dari gelaran MTQ baik di dalam negeri atu di luar negeri.
Untuk para Qori di Indonesia, variasi pelantunan ke-tujuh lagu itu berkiblat kepada H Mu'ammar atau H Chumaidi. Kemudian qari-qari yang lain. Dan Para guru itu sangat dipengaruhi oleh gaya variasi lagu timur tengah khussnya Mesir. Qari-Qari dari tanah Nabi Yusuf ini sangat digemari oleh putera-puteri Indonesia. Beragam variasi bisa kita pelajari sesuai dengan kecocokan suara dan gaya yang ingin di duplikasi.
Cara Cepat mempelajari Tujuh Lagu Al-Qur'an
Tenang saja, sub judul ini merupakan bukan sesuatu yang sulit. Ingat suara adalah fitrah dan anugerah. Bila orang lain bisa tentu kita bisa. Maka kesungguhan, do'a dan keuletan akan sangat ampuh dan berperan penting dalam pelatihan apapun.
Pertama, harus di sampaikan bahwa ke-tujuh lagu di atas telah mngindonesia. arinya itu telah tersebar dalam bacaan Al-Qur'an atau kitab, lagu religi, bahkan dalam lagu adzan. Hanya saja kita sering tidak tahu namanya. Untuk pertama kali jangan hiraukan dulu bila sulit menebak nama. Manfaatkanlah referensi lagu adzan atau surat-surat pendek yang telah dikenali. Lanjutkan jangan segan-segan untuk melantunkannya kembali.
Kedua, sering-seringlah mendengarkan bacaan Al-Qur'an dari H. Muammar atau H. Chumaidi. Di situ kita bisa mengenal variasi dari ke-tujuh lagu itu. Ingat, sering mendengar berarti kita merangsang otak untuk mengingat.
Ketiga, tentu ini yang pokok, belajarlah pada guru dan di tempat khusus. Belajar di hadapan guru secara langsung akan meningkatkan akselerasi kemampuan kita. Ini disebut berkah talaqqi dan silaturahim dalam berilmu. Janganlah kita sering-sering mengambil ilmu dengan mencukupkan diri dai menonton video, mendengar MP3, atu membaca buku, tanpa kita bertemu guru. Maka belajarlah [pada Pesantren Al-Qur'an dan Tahfidz agar kita mengalami Quantum dan akselerasi dalam menguasai lagu-lagu Al-Qur'an.
Mempelajari Al-Qur'an dengan nada yang indah adalah bagian dari syiar agama Islam. Orang lebih tertarik dengan yang indah dan menyentuh hati. Membaca Al-Qur'an dengan nada yang indah adalah bagian dari syiar yang menarik minat orang non muslim untuk masuk Islam.