Cry over spilt milk, begitu kata orang barat menasihatkan
kepada anda. Sesuatu yang telah berlalu tidak usah disesali. Dalam hal tertentu
dan situasi tertentu idiom ini bisa menjadi pelipur lara. Karena ungkapan ini
tidak selalu benar.
Soal menulis sebagai tema utama tulisan ini ada banyak
keluhan soal kesulitan penulis pemula saat memuali tulisannya. Anda yang juga
pernah belajar membuat satu karangan tentu merasakan hal yang sama.
Bagi anda yang ingin belajar nenulis tapi masih juga belum
menemukan cara yang cepat untuk mulai mencurahkan ide alangkah baiknya bila
anda mencoba teknik yang akan dipaparkan dan sedikit diulas pada catatan ini.
Keresahan yang Melahirkan Puisi
Ada dua kondisi yang membuat anda bisa berpanjang kalam.
Setidak-tidaknya dua hal ini menarik anda memajnagkan kata-kata dan kalimat
melebihi kondidi anda biasanya. Dua kondisi ini adalah saat anda sangat resah
atau yang sejenisnya atau saat anda merasakan jatuh cinta.
Banyak orang yang memulai tulisannya dari keresahan ini. Ada
seorang ulama yang menulis sebuah buku karena ingin memberikan solusi atas
kemiskinan yang terjadi di kampungnya. Ia sangat resah dengan maraknya tindakan
kriminal karena kemiskinan ini.
Awalnya satu bab ia tulis tentang penyebab terjadinya
kriminalitas. Setelah selesai ternyata ia memiliki pandangan lain yang
menyeretnya mengambil kesimpulan bahwa masalah itu ternyata terjadi tidak
berdiri sendiri.
Setelah itu ia mulai serius menekuti bab kedua. Setelah itu
ada bab ketiga, keempat, dan bab-bab lainnya. Saat anda resah berbalut cinta
maka kata-kata seperti tidak cukup untuk menampung luapan perasaan anda itu.
Barangkali ini simpulan yang terhesa-gesa dan terlihat tidak
ilmiah. Namun apapun itu pandangan ini bagian dari pengalaman yang selama ini
dialami dan dirasakan. Keresahan telah mendorong seseorang untuk berkarya.
Dalam bukunya itu ia seolah-olah berkata, “Aku sangat resah
dengan semua yang terjadi hampir-hampir aku tidak sanggup menahannya lagi, dan
aku ingin mengungkapkannya sekedar untuk meringankan beban perasaanku.”
Ada satu bagian lagi yang membuat anda berpanjang kata
menjelaskannya. Yaitu saat anda merasakan jatuh cinta. Dalam hal ini akhirnya
bisa dipahami mengapa banyak orang yang menjelaskan tentang Allah dan
kata-katanya seperti tidak mau habis meluncur dari mulutnya. Memang begitu
orang yang sedang dimabuk cinta. Ia tidak sadar kalau kata-katanya sudah sangat
banyak ia ucapkan. Kalau ia mau menuliskannya maka akan jadi satu buku tebal
yang tidak akan selesai dibaca dalam semalam.
Tapi untuk kondisi ini sudah dibahas pada tulisan yang lain.
Anda boleh memeriksanya di blog ini dan juga tersebar dalam banyak sekali
media. Contoh-contoh untuk genre yang satu ini begitu melimpah dan memuaskan.
Contoh-Contoh Tulisan Berlatar Keresahan
Tulisan yang kami maksud adalah tulisan apa saja yang
ditulis berdasarkan karena dorongan keresahan. Dalam media sosial ternyata
konten yang paling banyak selain hiburan adalah kereasahan dan kegalauan. Status-status
di media sosial menampakkannya begitu jelas. Anda sering membaca tulisan orang
yang pendiam tapi tulisannya panjang sekali. Ternyata ia mengeluhkan hatinya
yang resah.
Bukunya Dr Aidh Al-Qarni yang diberi judul La Tahzan saya
anggap karena keresahan. Penulisnya merasa resah dengan tersebar luasnya
kegalauan, kegelisahan, dan keresahan yang terjadi dan menjangkiti bukan hanya
kalangan muda, bahkan yang tua, dan belia.
Ada ribuan buku yang dimulai dengan adanya keresahan.
Tembok-tembok di dinding-dinding kota atau di bangunan-bangunan tua kalau anda
baca pasti ada yang isinya tentang keresahan. Kontennya bermacam-macam. Ada
tema persahabatan, ilmu, percintaan, bahkan politik dan pemberontakan.
Semoga anda bisa mencurahkan ide dari balik jendela
keresahan anda. Bila bagian lain ada tulisan tentang cinta maka kerehana adalah
cinta yang menjelma dalam bentuk yang lain. Karena orang tua yang cinta pasti
resah bila anaknya tidak berakhlaq. Bila tidak maka cinta dipertanyakan.