Saya sempat membaca tulisan
Ustadz Adian Husaini pada sebuah situs bernama Hidayatullah dot comyang sangat
baik sekali untuk saya tulis ulang sebagian intisarinya di blog ini.
Mengingat banyaknya orang yang
belum tahu perjuangan santri dalam membangun Indonesia alangkah baiknya bila
anda mengkajinya langsung dari situs tersebut.
Adian Husaini menulis “Kegigihan
para santri dalam menjaga aqidah dan akhlak masyarakat muslim Indonesia selama
ratusan tahun telah menjadi benteng yang tangguh dalam menjaga umat Islam
Indonesia dari pemurtadan oleh kaum penjajah.”
Catatan tersebut ditopang
dengan bukti-bukti konkrit dan fakta serta data yang ada. Ini tidak bisa
dinafikan. Bahkan kalau anda membaca buku Api Sejarah data-data ini disajikan
lengkap. Tidak banyak yang tahu apa yang dikaji oleh Jenderal Sudirman saat
berkumpul dengan para komandan perang. Ternyata mereka mengkaji Tafsir Ibnu
Katsir. Tidak banyak pula yang tahu kalau tokoh ini adalah seorang alim.
Adian Husaini menambahkan
catatannya untuk kita, “Sejarah pendidikan Islam di Indonesia yang dipelopori
oleh para ulama mencontohkan tradisi
ilmu yang baik. Di masa pemerintahan kolonial Belanda, anak-anak di Jakarta dan
sekitarnya, misalnya, biasa mengaji kitab Adabul Insan dan Risalah Dua Ilmu,
karya Habib Sayyid Utsman, mufti Betawi. Kitab ini mengajarkan tentang
kewajiban mencari ilmu dan bagaimana cara (adab) mencari ilmu yang benar.”
Sesungguhnya bukan hanya ada di
Betawi terjadi yang seperti ini. Adian Husaini memberikan contoh yang tepat.
Karena banyak orang mengira di Jakarta tidak ada pengajaran Islam atau Islam
hanya diajarkan di Tanah Jawa oleh orang yang berbahasa Jawa. Bahkan yang
terjadi adalah semua orang yang terlibat dalam dunia santri dan pesantren
adalah orang-orang yang paling ikhlas memperjuangkan kemerdekaan.
Dalam tulisannya Adian Husaini
menambahkan data bahwa di pesantren-pesantren para guru mengajarkan ilmu yang
bermanfaat melalui kajian kitab-kitab yang beragam. Para santri dibimbing agar
meiliki hati yang ikhlas, disiplin, dan selalu berharap keridoan Allah.Tidak
boleh ada dalam hati para santri mengambil keuntungan dunia dalam memberikan
ilmunya untuk masyarakat.
Penting juga untuk dibukukan
dalam tulisan ini tentang pengajaran etika, kesopanan, adabyang tinggi dari
para kyai. Para santri dididik untuk bersikap dengan sikap yang sopan.
Bertindak dengan lembut tanpa harus merusak. Dengan adanya gemblengan seperti
ini maka perjuangan para santri adalah perjuangan yang penuh etika dan adab
bahkan hingga kepada musuh sekalipun. Dengan hadirnya semua ini maka lahirlah
masa keemasan santri.
Adian Husaini melanjutkan
ceritanya, “Sejarah membuktikan, bahwa konsep pendidikan berbasis adab itulah
yang diterapkan selama ratusan tahun di pondok-pondok pesantren, madrasah, dan
berbagai lembaga pendidikan Islam di seluruh pelosok Nusantara. Dan memang, inilah sejatinya konsep
pendidikan yang diterapkan umat Islam sejak masa Nabi Muhammad ﷺ, yang kemudian melahirkan generasi Sahabat Nabi, generasi
Shalahuddin al-Ayyubi, generasi Muhamamd al-Fatih, dan juga “Generasi Emas
Santri” tahun 1945.”
Tulisa di atas begitu
inspiratif menurut saya. Biarlah saya merangkumnya untuk anda. Suasana
keilmuwan santri yang hatinya bersih dari ingin dipuji dan dihargai akan
melahirkan orang yang dalam dan luas ilmunya juga pemberani dan mampu menjadi
pemimpin. Orang-orang seperti ini adalah orang yang tidak takut kepada siapapun
kecuali hanya kepada Allah saja. Mereka adalah manusia-manusia yang tidak serakah
terhadap dunia dan mereka selalu memacu dirinya untuk lebih ikhlas dalam
perjuanganannya.