Banyak yang mengatakan “Bahagia
itu sederhana”. Bagi saya bahagia itu luar biasa. Hanya cara anda untuk
berbahagia itu sangat mudah sekali. Seperti membalikkan telapak tangan. Seperti
bernafas di pagi hari. Seperti minum kopi. Gampang dan mudah.
Jangan tanyakan kepada
siapa-siapa bagaimana caranya. Karena kamu adalah yang paling tahu bagaimana ia
akan bahagia. Bagi saya harus ada cara pandang yang baik dan positi terhadap
apapun dan peristiwa yang terjadi.
Sebuah kisah diceritakan oleh
Ustadz Khalid Basalamah dalam sebua pengajian. Disebutkan bahwa Urwah ibn
Az-Zubair, salah seorang ulama madinah yang paling masyhur, suatu saat
berkunjung ke istana khalifah yang merupakan salah satu temannya.
Saat itu ia bersama anak
laki-lakinya. Ia adalah anak yang soleh dan sangat diharapkan oleh Urwah karena
ia adalah anak laki-laki satu-satunya. Setibanya di kediaman khalifah maka
disambutlah ia dan seperti kebiasaan kaum muslimin menghormati tamu.
Saat itu, anaknya Urwah ini
ingin melihat kuda-kuda yang ada di area itu. Karena keasyikkan hingga ia
berlama-lama di sana.
Tidak lama berselang ada
pegawai istna yang memohon izin. Ternyata ia datang membawa berita bahwa anak
laki-lakinya Urwah meninggal dunia. Ada salah satu kuda yang menendang dadanya
hingga tewas. Mendengar berita itu Urwah tersenyum dan mengucapkan “Alhamdulillah”.
Kalau anda membaca kisah ini
dan mau merenungkannya tentu hati anda diselimuti pertanyaan, takjub, dan
heran. Mengapa Urwah bersikap begitu tenang. Padahal ini musibah besar. Anak
laki-laki satu-satunya yang diharapkan akan melanjutkan misi Islam kini mati.
Saya mengira-ngira jawabannya.
Inilah buahnya iman yang kuat itu. Cara pandangnya indah karena ia tahu bahwa
Allah yang telah memberikan takdi itu. Dan ia tahu bahwa Allah tidak pernah
menakdirkan sesuatu kecuali dengan hikmah yang banyak.
Orang yang seperti ini sudah
jatuh cinta kepada Allah. Jadi, apapun yang ditetapkan oleh Allah maka akan ia
terima dengan sepenuh kecintaan pula. Apa yang diperintahkan oleh Allah akan ia
laksanakan sepenuh hati dan sebaik-baiknya. Apa yang dilarang olehNya akan ia
tinggalkan secepatnya.
Tidak ada yang salah dari diri
kekasih di mata kekasihnya. Semuanya indah. Kekasih tidak salah di mata
kekasihnya. Kekasih tidak ada kurangnya. Demi kekasih semua dikorbankan pun
tidak apa-apa. Hati ikhlas selalu. Jiwa tenang karena merasa selalu bersamanya.
Ada juga sahabat Nabi yang juga
memiliki cara pandang yang indah. Diceritakan bahwa istrinya ngomel karena
banyak dari teman-teman suaminya tidak pernah datang saat ia dalam kesusahan
tidak seperti saat ia banyak uang mereka selalu menemaninya.
Kepada istrinya ia malah
mengatakan dengan perkataan yang elok. Katanya, “Sahabat-sahabatku adalah orang
yang paling berbudi. Mereka datang saat mereka tahu kalau aku bisa menjamunya.
Dan mereka sengaja tidak mendatangiku saat aku tidak punya apa-apa karena
mereka tidak ingin aku merasa tidak enak kepada mereka hanya kare aku tidak
bisa menjamunya.”
Kalau orang sudah memiliki cara
pandang seperti ini tentunya hidup di dunia ini terasa bagai di surga. Tidak
ada sikap ketus, kecewa, skap tidak menerima, dan seterusnya.