-->

Bersyukur Kepada Allah Telah Dianugerahi Istri yang Cerewet

Saya pernah membaca sebuah tulisan yang menggambarkan keutamaan istri, termasuk yang cerewt. Terus saya merasa tidak semua orang yang beruntung menemukan itu. Makanya saya ingin sekali berbagi dengan anda soal ini.

Tulisan itu menyitir sebuah Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh sahabatnya yang mulia, Abu Hurairah, radhiallahu ‘anhu. Begini sabda Rasulullah saw selengkapnya:

“Janganlah lelaki yang beriman membenci perempuan yang beriman. Jika ia tidak suka dengan satu tabiat maka (bisa jadi) ia ridha dengan tabiatnya yang lain.”

Membaca hadits ini saya jadi teringat istri saya. Beliau yang tersayang, sangat aktif berbicara. Apa ada di antara anda yang memiliki pengalaman yang sama.

Banyak orang yang merasa jengkel dengan kecerewetan istrinya. Anda mungkin pernah merasakan kejengkelan itu.

Saya membaca sejumlah publikasi ilmiah soal karakteristik kaum lelaki yang lebih simple, tidak suka ribet, dan kadang-kadang tidak mau diatur, sukanya mengatur, hanya menerima masukan dan tidak mau dikritik.

Tentu hasil dari penelitian ini tidak berlaku untuk semua lelaki. Ini hanya berbicara tentang lelaki kebanyakan.

Makanya kalau istrinya sering bertanya ini dan itu, banyak sekali, mereka biasanya tidak nyaman dan merasa didikte.

Setelah membaca hadits nabi di atas saya semakin sadar bahwa itu sama sekali bukan kekurangan bahkan kelebihan. Tentu dalam porsi yang tepat ini akan menjadi asset keluarga bahkan bangsa yang strategis.

Anda tahu arah pikiran saya saat ini? Mungkin terlalu jauh bila ini merupakan asset bangsa. Tapi saya ingin menjelaskannya kepada anda.

Sesungguhnya seorang istri yang cerewt itu sangat berguna bagi perkembangan otak anak terutama dalam hal kemampuan berbicara.

Dengan adanya ibu-ibu yang cerwet ini anak-anak jadi bertambah cerdas karena ia menerima kosa kata yang banyak. Untuk selanjutnya anda bisa membaca artikel ini: 

Hadits di atas begitu luar biasa memberikan sudut pandang yang unik, menarik, dan memuaskan. Inilah keagungan Islam yang selalu mengungguli peradaban yang lain.

Hadits ini ditulis dalam bahasa Arab sebagai berikut:

لاَيَفْرَكُ مُؤْمِنٌ مٌؤْمِنَةً
إِنْ كَرِهَ مِنْهَاخُلُقًارَضِيَ مِنْهَا آخَرَ

Imam Nawawi memberi penjelasan sebagai berikut:
“Hadits inimenunjukkan larangan (untuk membenci). Yakni sepantasnya serang suami tidak membenci istrinya. Karena bila ia mendapati pada istrinya suatu perangai yang tidak ia sukai, namun di sisi lain ia bisa mendapatkan perangai yang disenanginya pada si istri. Misal istrinya tidak baik perilakunya; akan tetapi ia seorang yang beragama, atau berparas cantik, atau menjaga kehormatan diri, atau bersikap lemah lembut dan halus padanya, atau yang semisalnya.”

Penjelasan hang sangat berharga dan memuaskan menurut saya. 

Saya ingin sekali menyoroti soal keimanan pasangan hidup kita. Bila ia seorang yang beriman kepada Allah maka ini sudah menjadi alasan yang kuat bagi anda untuk mencintai dan menghormatinya.

Bagaiman tidak, Allah saja memuliakannya mengapa anda tidak begitu memuliakannya. Insafilah ini … !

Suartu saat ada seorang istri yang dipoligami datang kepada Buya Hamka. Ia tidak menerima sikap suaminya yang seperti itu.

Betapa lembutnya Buya saat memberikan nasehatnya. Ia sangat mementingkan faktor keimanan. Saat itu ia menjelaskan bahwa suami itu tipenya ada dua. Ia takut kepada Allah dan ia berpoligami. Yang kedua adalah tidak takut kepada Allah hingga ia berzina.

Semoga kita bisa mengambil manfaat dari semua kejadian.
LihatTutupKomentar