Iman Syafi'i membrikan sebuah ungkapan mengenai orang merdeka dan orang yang tidak merdeka. Ia menyatakan, "Seorang budak itu merasa merdeka bila ia qanaah. Orang merdeka itu jadi budak jika ia serakah. Maka qonaah-lah dan jangan serakah, tidak ada sesuatu pun yang menghinakan selain serakah"
Dalam pernyataan ini sangat dipentingkan sikaf qonaah terhadap apa yang diberikan Allah SWT. Qanaah itu merasa puas dan berupaya bahagia. Sesungguhnya kita bisa belajar dari orang-orang kampung soal ini.
Di kampung sana kita bisa melihat senyuman bahagia dari orang-orang yang hidupnya sederhana. Mereka bahagia dengan rezeki har ini dan menikmatinya. Saat selesai mereka menyanta makanan terdengar jelas ucapan hamdalah sebagai tanda syukur kepada Allah SWT.
Orang-orang seperti ini adalah orang-orang merdeka. Dalam hatinya tidak ada ambisi yang membuat mereka kehilangan kesempatan untuk menikmati keindahan hari ini dengan sinar mataharinya, dan bunga-bunganya.
Hati mereka selamat dari ambisi yang menyita pikirannya dan membuatnya bisa tidur nyenyak meski beralaskan tikar sedehana. Mimpi mereka tidak terganggu hanya karena sebuah keinginan mendapatkan sesuatu.
Berbeda kondisinya dengan orang yang qona'ah. Orang-orang yang di dalam hatinya ada keserakahan sesungguhnya tidak akan menikmati nikmat Allah dengan penuh rasa syukur.
Semua pemberian Allah diangapnya kecil dan masih kurang. Ambisi dalam hatinya adalah bagaimana mendapatkan yang lebih banyak lagi. Maka pikirannya sibuk hingga merampas kesenangannya.
Dengan begitu ia seperti budak yang dibelenggu tuannya. Ia tidak bisa menikmati rezeki Allah saat ini. Ia banyak menunda dan mengaggap semua nikmat tidak ada aa-apanya.
Kekayaan yang Sebenarnya
Yang kaya sesungguhnya adalah yang merdeka dan qanaah. Yang merdeka hatinya dari keserakahan adalah orang yang bisa disebut kaya. Ia tidak merasa terganggu dengan takdir Allah.
Ia bahagia dengan apapun yang didapatkannya. Ia bersyukur atas karunia Allah yang sangat besar. Hatinya merasa lapang dengan apapun yang ditetapkan untuknya.
Dalam pernyataan ini sangat dipentingkan sikaf qonaah terhadap apa yang diberikan Allah SWT. Qanaah itu merasa puas dan berupaya bahagia. Sesungguhnya kita bisa belajar dari orang-orang kampung soal ini.
Di kampung sana kita bisa melihat senyuman bahagia dari orang-orang yang hidupnya sederhana. Mereka bahagia dengan rezeki har ini dan menikmatinya. Saat selesai mereka menyanta makanan terdengar jelas ucapan hamdalah sebagai tanda syukur kepada Allah SWT.
Orang-orang seperti ini adalah orang-orang merdeka. Dalam hatinya tidak ada ambisi yang membuat mereka kehilangan kesempatan untuk menikmati keindahan hari ini dengan sinar mataharinya, dan bunga-bunganya.
Orang Serakah Suka Susah Tidur
Berbeda kondisinya dengan orang yang qona'ah. Orang-orang yang di dalam hatinya ada keserakahan sesungguhnya tidak akan menikmati nikmat Allah dengan penuh rasa syukur.
Dengan begitu ia seperti budak yang dibelenggu tuannya. Ia tidak bisa menikmati rezeki Allah saat ini. Ia banyak menunda dan mengaggap semua nikmat tidak ada aa-apanya.
Kekayaan yang Sebenarnya
Yang kaya sesungguhnya adalah yang merdeka dan qanaah. Yang merdeka hatinya dari keserakahan adalah orang yang bisa disebut kaya. Ia tidak merasa terganggu dengan takdir Allah.
Ia bahagia dengan apapun yang didapatkannya. Ia bersyukur atas karunia Allah yang sangat besar. Hatinya merasa lapang dengan apapun yang ditetapkan untuknya.