Kurangnya Pendidikan Entrepreneurship di Madrasah menjadi hal yang penting sekali diangkat ke permukaan. Mungkin saja tidak banyak orangyang mempersoalkan. Dengan bisa mengaji saja orang tua sudah bangga.
Pandangan klise yang memisahkan sebuah kesolehan dengan hanya pada aspek membaca Al-Qur'an dan seterusnya dengan penguasaan teknologi menjadi hal sangat besar pengaruhnya pada cara pandang peserta didik.
Baca juga: Kenapa Jumlah Pengusaha di Indonesia Kalah dengan Malaysia?
Pandangan ini pada akhirnya akan mematikan semangat berwirausaha mereka. Karena sejak awal mereka diajari bahwa yang namanya usaha, bisnis, berdagang, belajar bahasa asing, menguasai teknologi, semuanya urusan dunia.
Padahal yang diketahui secara benar tidak seperti itu adanya. Karena dunia ini mesti ada pada genggaman kekuasaan orang-orang soleh agar menjadi kemaslahatan bagi semua. Namun bila orang-orang baik sejak awal dihilangkan perannya maka yang terjadi adalah kehancuran.
Dalam kurikulum sekarang ini sangat minim atau bahkan tidak ada materi kewirausahaan. Bahkan mata pelajaran pra karya pun tidak cukup memberikan bekal bagi para calon pengusaha. Padahal pengusaha yang soleh tidak kalah penting dari yang lainnya.
Maka hal ini mesti juga disadari. Bagaimana pihak sekolah bisa memasukkan kembali dalam kurikulum akan hal ini. Dalam dunia pesantren dulu dan sekarang memang akan selalu ada warna. Sebagaimana latar belakang dan keilmuwan sang pengasuh. Lepas dari semua itu orang-orang di madrasah tetap akan membutuhkan operasional yang cukup agar bisa eksis.
Yang menjadi iris adalah tampak sekali adanya kerisauan dan kebingungan. Sepertinya tidak ada niat dalam hati mereka untuk menggeluti dunia usaha sebagai usahawan. Yang sering terjadi adalah mereka mengatakan akan bekerja dulu namunsebagai karyawan di sebuah lembaga.
Mengapa mereka seperti sangat kebingungan menghadapi masa depan. Suram kelihatannya dunia yang ada di hadapannya. Mental untuk mandiri dan berdikari memang kurang diajarkan sehingga mereka tetap bergantung dan ikut-ikitan temannya.
Kurangnya Pendidikan Entrepreneurship di Madrasah mestinya dievaluasi kembali sebagai kekurangan yang membahayakan. Jangan samapi para usahawan muslim tidak memegang kendali dunia usaha. Bila hegemoni bisnis dikuasai tangan-tangan materialis dan hedonis maka dunia akan menampakkan wajah garang sekaligus kemayu yang dilaknat Tuhan.
Pandangan klise yang memisahkan sebuah kesolehan dengan hanya pada aspek membaca Al-Qur'an dan seterusnya dengan penguasaan teknologi menjadi hal sangat besar pengaruhnya pada cara pandang peserta didik.
Baca juga: Kenapa Jumlah Pengusaha di Indonesia Kalah dengan Malaysia?
Pandangan ini pada akhirnya akan mematikan semangat berwirausaha mereka. Karena sejak awal mereka diajari bahwa yang namanya usaha, bisnis, berdagang, belajar bahasa asing, menguasai teknologi, semuanya urusan dunia.
Padahal yang diketahui secara benar tidak seperti itu adanya. Karena dunia ini mesti ada pada genggaman kekuasaan orang-orang soleh agar menjadi kemaslahatan bagi semua. Namun bila orang-orang baik sejak awal dihilangkan perannya maka yang terjadi adalah kehancuran.
Dalam kurikulum sekarang ini sangat minim atau bahkan tidak ada materi kewirausahaan. Bahkan mata pelajaran pra karya pun tidak cukup memberikan bekal bagi para calon pengusaha. Padahal pengusaha yang soleh tidak kalah penting dari yang lainnya.
Maka hal ini mesti juga disadari. Bagaimana pihak sekolah bisa memasukkan kembali dalam kurikulum akan hal ini. Dalam dunia pesantren dulu dan sekarang memang akan selalu ada warna. Sebagaimana latar belakang dan keilmuwan sang pengasuh. Lepas dari semua itu orang-orang di madrasah tetap akan membutuhkan operasional yang cukup agar bisa eksis.
Setelah Keluar Ingin Jadi Karyawan
Bila ditanyakan kepada para alumni selepas mereka lulus sekolah pasti ada dua hal yang akan mereka jawab. Bila setelah lulus maka mereka akan memilih kerja atau kuliah dan sebagian kecil akan menikah.Yang menjadi iris adalah tampak sekali adanya kerisauan dan kebingungan. Sepertinya tidak ada niat dalam hati mereka untuk menggeluti dunia usaha sebagai usahawan. Yang sering terjadi adalah mereka mengatakan akan bekerja dulu namunsebagai karyawan di sebuah lembaga.
Mengapa mereka seperti sangat kebingungan menghadapi masa depan. Suram kelihatannya dunia yang ada di hadapannya. Mental untuk mandiri dan berdikari memang kurang diajarkan sehingga mereka tetap bergantung dan ikut-ikitan temannya.
Kurangnya Pendidikan Entrepreneurship di Madrasah mestinya dievaluasi kembali sebagai kekurangan yang membahayakan. Jangan samapi para usahawan muslim tidak memegang kendali dunia usaha. Bila hegemoni bisnis dikuasai tangan-tangan materialis dan hedonis maka dunia akan menampakkan wajah garang sekaligus kemayu yang dilaknat Tuhan.