-->

Bertaubat Setelah ber-Hamdalah: Sebuah Kisah dan Hikmah

Sangat indah perkataan Nabi Muhammad SAW dalam salah satu sabdanya. Beliau mengungkap tentang etika berbicara dan berdzikir. Sebelumnya mari kita catat sabda Rasulullah saw "Tidak ada dosa besar bila diiringi dengan istighfar, dan tidak ada dosa kecil bila dilakukan terus-menerus."

Dalam Hadit yang lain Rasulullah memberikan gambaran apa itu dosa. Kata beliau dosa adalah yang terasa tidak enak atau mengganjal di hati, dan kita tidak senang bila ada orang lain yang mengetahuinya. Maka dengan ini dosa itu sifatnya tidak terbuka. Sedangkan kebenaran sifatnya terbuka.

Yakin, semua orang menyadari bila berdosa. Hati besarnya mengakui bahwa ia berdosa, dan yang dilakukannya tidak baik. Karena hati mampu berfatwa. namun begitu tidak semua orang mau mendengarkan suara hatinya. Ia menutup telinga meskipun tetap kata hati itu masih terdengar. Ia tidak suka mendengarkan nasihat hatinya. Hal itu karena imannya sedang melemah hingga kekuatan nafsu membawanya untuk memuaskannya, hingga akhirnya ia terlena dan lupa karena nafsu telah membawanya ke lembah pemikiran yang kelam. Akalnya tidak lagi berfungsi karena pemikirannya pun telah tersumbat Syubuhat.

Berbeda dengan gambaran di atas, terlampau banyak untuk disebutkan, banyak pula manusia yang peka hatinya. Ia mampu mengontrol diri dan emosinya. Ia selalu memperhatikan tingkah laku dirinya. dan ia akan menegur bahkan menghukum dirinya agar tetap selalu dekat dengan penciptanya. Sipakah orang itu? Mungkin Ibu anda, mungkin bapak anda, mungkin nenek anda, mungkin kakek anda, mungkin adik anda, mungkin kakak anda, mungkin keponakan anda, mungkin saudara anda, mungkin guru anda atau bahkan mungkin pembantu anda.

Yang jelas orang-orang yang peka hatinya akan bergetar jiwanya bila nama Allah disebut sebut, dan imannya akan semakin bertambah saat ayat-ayat Allah dibacakan. Ia sangat takt kepada Allah degan ketakutan yang wajib. Itu karena ia sadar diri karena ia adalah manusia yang banyak dosa dan belum bisa beribadah dengan sebenar-benarnya. Orang yang takut kepada Allah adalah orang yang akan mendekat kepadanya. Ia tahu bahwa orang yang takut kepada anjing yang menjaga rumah harus dekat dengan pemilik anjing itu. Bila takut akan Allah yang punya neraka maka haruslah dekat kepada Pemilik neraka itu.

Begitulah sekilas gambaran orang yang mata hatinya tidak dihalangi kegelapan syahawat dan shubuhat, ia mampu mengenali dosa selembut apapun, bahkan bila ia tidak tahu dosa apa yang telah ia perbuat namuan hatinya akan membimbingnya untuk mengaku berdosa. Karena merasa tidak berdosa itu adalah dosa besar, termasuk juga meremehkan dosa kecil adalah dosa besar. "maka janganlah melihat kecilnya kesalahan, namun lihatlah kepada Siapa engkau bersalah!" Maka Allah SWT adalah dzat yang tidak pantas didurhakai walaupun dengan dosa yang kecil menurut manusia. Karena Dia adalah yang telah menciptakan makhluk dan memberikan petunjuk kepada masing-masing mereka.

Baca Juaga Syukur KepadaMu Tuhanku

Ada sebah kisah yang diriwayatkan para 'ulama, bahawa seorang ulama besar yang terkenal keshalihannya selalu menagis memohon ampun dan beristighfar selama 30 tahun. Orang orang bertanya, kenapa anda melakukan hal itu? Kemudian ia berkisah bahwa dahulu ia punya toko di pasar Baghdad.

Suatu waktu ia mendengar bahwa pasar baghdad habis terbakar. Maka ia bergegas menuju ke TKP (Tempat Kejadian ...). Dan belum sampai ia di pasar seseorang telah mengabarkan bahwa tokonya SELAMAT tidak terbakar. Mendengar berita gembira itu spontan ia mengucapkan ALHAMDULILLAH sebagai tanda syukur kepada Allah.

Namun sesaat kemudia ia terpaku memikirkan kembali apa yang ia ucapkan. Dalam hatinya bergumam, "Apakah hanya engkau saja yang berada di dunia ini? Tidakkah ada 4 toko lainnya yang terbakar. Tokomu memang tidak terbakar, tapi toko-toko lainnya terbakar. Ucapan Alhamdulillah berarti engkau bersyukur api tidak membakar tokomu. Jadi, engkau rela toko orang lain terbakar asalkan tokomu tiak terbakar."

Kemudian ia melanjutkan perkataannya, "Aku berkata lagi pada diriku, 'tak adakah barang sedikit rasa sedih atas musibah yang telah menimpa kaum muslimin?'" Ia kemudian mengutip sabda Rasulullah; "barang siapa melewatkan waktu paginya tanpa memperhatikan urusan kaum muslimin, maka dia tidak termasuk golongan mereka."

Begitulah tauladan ulama mulia ini, dia adalah Sirri As Siqthy. Kita harus berkaca kepadanya. Ternyata hal kecil yang dirasa tidak pas dan tidak sesuai dengan tuntunan Allah dan kemudian tidak sejalan dengan bimbingan Rasulullah SAW, telah bisa membuatnya menangis dan memohon ampun bertahun-tahun. Padahal mungkin orang awam tidak akan menganggap itu sebagai dosa. Karena, bukankah Hamdalah itu lafadz dzikir dan doa yang dipanjatkan kala mendapat kebahagiaan atau karunia. namun ternyata Sirry As Siqthy menyatakan bahwa isi dari itu semua di luar perkiraan pengetahuan orang awam. Kita mungkin sudah menganggapnya kebaikan yang besar saat berHamdalah. Lagi pula kita pasti berpandanga panya yang salah, dimana letak kesalahannya?

Berarti bukan Hamdalahnya yang salah hingga harus beristighfar, namun nuansa atau sikap batin orang yang didekatkan dengan Allah tentu pandangannya berbeda. Karena menurutnya ada satu lagi yanghilang dari dirinya saat ia mengucapkan Hamdalah itu tadi. Yang hilang atau tidak ada adalah tidak ada di hatinya rasa iba dan perhatian terhadap orang lain. Wallahu a'lamu


Maka dengan inishalat saja tidaklah cukup. namun kita juga perlu punya dan memiliki kepribadian yang penyayang dan perhatian kepada urusan yang menyangkut orang lain, lebih-lebih urusan kaum muslimin.

Begitu indah cara pandang orang yang suci hatinya.
LihatTutupKomentar