-->

Menanti Jalan Hideung di Kampung Kami

Jalan adalah peradaban manusia yang sangat lama. Keberdaan jalan sama tuanya dengan peradaban manusia. Di mana-mana manusia akan membuka daerah baru untuk menjadikan perjalanan semakin singkat hingga waktu yang digunakan tidak menyita waktu untuk pekrjaan yang lain. Keberaadaan jalan sangat vital adanya.

Dengan adanya jalan manusia bisa berpindah tempat dan berinteraksi di dunia. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk social yang tidak kan bisa hidup sendiri. Bila dengan terpaksa ia hidup sendiri maka tentulah dalam kesempatan yang lain ia akan mencari teman dan tempat bergaul.

Dengan adana interaksi manusia bisa menghabiskan rasa penasarannya terhadap keajaiban-keajaiban dunia. Ia dapat belajar satu sama lain untuk meneliti satu ilmu pengetahuan. Denan bergaul manusia mencoba mencukupi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan aktualisasai diri yang berpotensi dan sebagai makhluk yang dapat anugerah dari Allah.

Meskipun sering kali terjadi konflik antar manusia saat ia begaul namaun hal itu tidak menyurutkannya dalam hal bergaul dan membentuk kelompok. Manusia bahkan belajar menyelesaikan masalah di antara mereka dengan berbagai solusi, dan perang adalah salah satu yang menjadi pilihan dalam rentang waktu dan kondisi tertentu.

Ada banyak jalan yang harus manusia bangun. Ada jalan bawah tanag, permukaan tanah, udara, laut, bahkan signal pesawat, radio, televise, semua harus ada jalan beserta marka dan perundang-undangan. Adanya jalan yang aman dan baik akan mempertinggi taraf hidup masyarakat di suatau daerah. Kita lihat saja di Negara-negara maju yang telah menerapkan pertukaran barang, jasa, asset, uang dan sebagainya dengan begitu cepat, maka kita akan melihat jalan-jalan di Negara-negara tersebut dibangun dengan perencanaan yang matang. Material yang membentuknya merupakan material terbaik. Bahkan arsitektur dan gaya bangunannya begitu baik, istimewa, modern, dan futuristic.

Kondisi Jalan Gelar Pawitan

Anda tahu bagimana kondisi jalan menuju Gelarpawitan ? satu kata saja “Parah”. Kata itu sudah menunjukkan keadaan yang sesungguhnya. Sudah mah berbatu yang koral-koral, tebingnya tinggi-tinggi, turunannya curam-curam, boro-boro di aspal dan dimandikan dengan lampu-lampu penerangan dan berhiaskan pohon-pohon hias, bahkan dalam bahasa simpelnya jalan menuju Gelar pawitan tidak punya yang disebutkan tadi.

Coba anda rasakan melewati celah sempit ang diapit dengan dua lempengan tebing cadas yang runcing dan tajam sementara di depannya ada turunan tajam yang sangat berbahaya. Saya yakin orang yang baru pertama kali melewati jalan seperti itu akan tertegun sejenak kemudian meminta orang setempat yang mengemudikan motornya, kecuali mungkin pra crosser atau pembalap yang professional yang sudah biasa melewati jalan seperti itu.

Itu dalam kondi tidak ada hujan, lalu bagaimanakah keadaannya bila cuaca hujan? Itu alamat anda yang pemula akan berhenti mendadak dan cepat cepat pergi berteduh dan membiarkan motor anda berkubang dalam lumpur.

Lagi-lagi mungkina anda bisa melewati jalanan itu. Lalu bagaimana saat anda melewati rawayan? Apa itu rawayan ? rawayan adalah jembatan sempit dari yang dipancang oleh kawat besar dari sisi-sisi sungai. Sudah anda bayangkan bagiamana kestabilan rawayan saat anda melewatinya dengan motor anda. Untuk info saja, jalan sendiri saja tanpa membawa motor sudah beraun-ayun dan membuat anda pusing kelimpungan.

Ayo atuh pemerintah kapan jalan ke Gelarpawitan bade dihideungan, di aspal, dibeton, jembatannya kapan dibangun, akan diterangi sisi kiri dan kanannya… Harapan kami.
LihatTutupKomentar