-->

Buku-Buku Bekas di Jarian Mang Harun

Ada beberapa jalan yang biasa Aip Kecil gunakan ketika pergi ke Sekolah. Jalan manapun yang dilalui tetap sama dan tidak ada alasan apa-apa selain bila ada sesuatu yang direncanakan sebelumnya. Melalui jalan-jalan itu menyisakan kenangan yang tiada terlupakan.

Jalan Besar adalah jalan utama yang menghubungkan Kampung Girang dengan Pusat Desa Cidamar, kami menyebutnya Kaum. Disanalah terletak SDN Cidaun I tempat Aip Kecil menuntut ilmu bersama sahabat-sahabatnya.

Cibungur

Dari Girang terkadang Aip dan kawan-kawan melalaui jalan yang berawal dari pinggiran kali Cibungur. Dahulu airnya teramat jernih. Di sepanjang aliran sungai Cibungur ini adalah spot terbaik bagi yang suka memancing Ikan Boboso. Aip Kecil suka melakukannya bersama ‘Nie, Amay, dan kawan-kawannya yang lain.

Rumah Mang Harun

Satu jalan yang dikenang oleh Aip sampai hari ini adalah jalan yang melewati Rumah Mang Harun. Rumahnya berada di tepi pesawahan yag sangat luas. Di seberang Rumah ini adalah Jalan Raya Jayanti. Terlihat dari sana 4 ruangan MA Al-Holiliyah di tepian sawah di sudut yang lain.

Yang Spesial

Apa yang special dari jalan ini. Yang special dari Jalan Mang Harun ini paling minimal ada tiga kenangan Aip di sana. Sebelumnya, di setiap rumah yang ada di Cidamar memiliki tempat pembuangan sampah di belakang rumahnya. Tempat ini biasa disebut “Jarian”. Di sinilah sampah-sampah dan barang-barang yang sudah tidak dipakai lagi dikumpulkan yang kemudian dibakar.

Memori Pertama

Suatau hari Aip Kecil melihat ada tumpukan buku-buku bekas. Aip dan kawan-kawan nampaknya sangat penasaran dengan buku-buku itu. Akhirnya Aip dan kawan-kawan menghampiri tumpukan itu dan segera membongkarnya. Ternyata di dalamnya ada buku-buku bacaan dan buku-buku tulis yang semuanya bekas.

Aip membawa satu buku bacaan dan satu buku tulis berwarna merah muda. Benda-benda itu tidak lama dibaca di sana. Langsung saja Aip dan kawan-kawan berlarian dengan gembira dan menuju ke sekolah.

Sepulang sekolah Aip Kecil langsung membongkar isi tas. Sudah menjadi kebiasaannya, setelah sekolah ia belajar mandiri. Ia membuka tas dan segera mengambil buku yang tadi ia pungut dari Jarian Mang Harun.

Semenjak halaman pertama namapaknya Aip sudah terbawa suasana yang dihadirkan dalam buku cerita itu. Aip memang sanga menyukai kisah sukses orang-orang besar. Buku yang Aip lupa judulnya itu serius dibaca. Hingga berjam-jam Aip membacanya. Setelah lama Aip mengganti kegiatan membacanya dengan bermain, shalat dan mengaji.

Sesampainya di rumah kembali Aip langsung meneruskan bacaannya. Buku yang bercerita tentang seorang anak gembala yang sukses menjadi guru. Dulunya ia adalah orang yang suka membaca. Bila di siang hari ia sedang menggembalakan domba-dombanya, ia akan naik ke sebuah pohon. Ada dua hal yang ia lakukan yaitu mengawasi gembalaannya dan membaca buku Kata-kata di akhir cerita buku itu adalah; “dulu saya penggembala domba, sekarang saya pendidik manusia.”

Cerita yang menyuguhkan motivasi dan sensasi yang dalam bagi Aip. Benar saja kata orang tua, jangan berhenti berbuat baik, bahkan barang-barang bekas yang tidak terpakai dan dilemparkan ke Jarian, bila mengandung kebaikan maka ia akan menjadi kebaikan lain yang tiada terkira. Maka bila kita melontarkan kata-kata maka harus kata-kata yang baik, kita tidak tahu siapa yang akan memungut kata-kata itu, siapa yang termotivasi, dan siapa yang terinspirasi. Sungguh barang bekas yang berbekas.

Hal Kedua

Masih dari Jarian. Aip menemukan sebuah buku tulis bekas. Tidak ada halam yang kosong.sekalipun kecuali beberapa baris saja. Lalu apa yang menarik dari buku catatan ini ? satu hal yang menjadi perhatia Aip adalah bentuk dan tarikan dalam tulisan. Jadi tulisannya indah rapid an ada gaya yang berbeda dalam setiap hurufnya. Inilah buku pertama yang Aip tiru tulisannya. Berhari-hari Aip berusaa menyamakan tulisannya dengan tulisan di buku mereah itu. Berhasil memang meski tidak sempurna. Semenjak hari-hari itu tulisan Aip menjadi bertambah baik.

Kenangan Ketiga

Di Belakang Rumah Mang Harun banyak sekali Pohon Kelewih yang tumbuh. Pohonnya yang besar menjadi ciri khasnya. Lalu apa yang menarik dari sini? Yang menarik adalah bila ada buahnya yang matang. Pohon yang termasuk marga nangka-nangkaan ini memiliki biji yang enak. DEngan merebusnya dan dikasih sedikit garam maka cita rasanya sangat khas. Mirip dengan rebusan singkong atau umbi.

Bila ada buah Kelewih yang jatuh biasanya kami berebut untuk mendapatkannya. Dahulu tidak tahu bahwa buah apapaun yang jatuh dari pohon orang tidak boleh di amabil sebelum diminta lansung kepada yang punya.

Ending

Dari ketiga hal di atas maka Aip ingin sekali berbagi bahwa tingkatkanlah minat membaca anak-anak bangsa dari usia dini. Berikan bacaan dan cerita-cerita yang membangkitkan jiwa kreatif dan berdaya juang tinggi. Kemudian tulislah catatan dengan baik dan rapi. Dan jangan ngambil punya orang meskipun itu sudah tidak dipakainya lagi atau tidak akan dimakannya lagi. Bila mau mintalah kepada sang pemilkinya.
LihatTutupKomentar