Judul di atas adalah ungkapan Aristoteles tentang Cinta kebenara. Ia menjelaskan cara yang benar dalam mencintai Kebenaran. Kebenaran adalah mutiara pertama yang Allah hadiahkan kepada manusia untuk dijaga, diperjuangkan, dimilki, dan disebarkan ke seluruh alam.
Seorang Plato sebagai filosof agung yang namanya dikenag sepanjang zaman. Tentunya hikmah kebijaksanaan, ilmu, dan filsafat yang ia kemukakan sangat memukau dunia. Dari zaman dahulu hingga sekarang. Muridnya yang selalu semangat belajar dan menyerap hikmah darinya kemudian juga menjadi filosof-filosof besar yang juga mengajarkan hikmah-hikmah baru ajaran Plato ataupun menyadur dan menyalim, mengurangi atu menambah.
Diantara murid Plato adalah Aristoteles. Ia merupakan murid palto yang terkemuka. Namanya tercatat sebagai filosof besar Yunani bersama deretan nama-nam yang lain. Ia mengajarkan filsafat-filsafat Plato dan juga memberikan catatan-catatan kritis dan kritik-kritik kepada gurunya itu. Saat memberikan pernyataan atau berbeda pendapat dengan gurunya ia mengungkapkan ungkapan Amicus Plato Sed Magis Amica Veritas.
Khazanah Islamiyah
Dalam khazanah peadaban Islam kita dengan mudah menemukan bahwa ungkapan Aristoteles di atas mewujud nyata dalam tradisi keilmuan di kalangan ulama-ulama islam. Sering terjadi adanya silang pendapat di kalangan ulama-ulama Islam.
Kita menemukan istilah dalil berbalas dalil, kitab berbalas kitab, sya’ir berbalas sya’ir, kritik berbalas kritik. Ungkapan Amicus Plato Sed Magis Amica Veritas sama dengan ungkapan Ibnul Qayyim ketika berbeda pendapat dengan pendapat Ibnu Taiymiyah sebagai gurunya.
Dalam tradisi keilmuan Islam sudah jamak ada perbedaan pendapat antara murid dengan gurunya. Hal ini karena mereka berpandangan bahwa kebenaran harus di atas cinta kepada guru. Dan itulah spirit yang diajarkan oleh guru-guru mereka. Ungkapan khudz maa shafaa wa da’ maa kadar sudah merupakan bagian yang inhern dalam tradisi keilmuan islam.
Dalam khazanah keilmuan Islam ada banyak istilah-istilah yang menyiratkan makna di atas. Diantaranya ada istilah syarh dalam arti buku yang disusun adalah penjelasan dari satu tulisan yang disusun oleh pensyarah sendiri atau ulama lain. Kemudian ada mukhtashar yang berarti bahwa tulisan yang disusun adalah ringkasan dari karya sang peringkas atau hasil karya orang lain.
Disamping itu ada juga yang berbentuk naqd, yang ini sifatnya memberikan kritik atas karya orang lain. Ada juga radd, yang ini bentuknya penolakan terhadap suatu pemahaman atau ajaran atau isi tulisan dari karya orang lain.
Dalam hal ini maka hikmah yang dapat kita ambil adalah harus berusaha menerapkan ungkapan di atas; Amicus Plato Sed Magis Amica Veritas. Pengakuan ats kebenaran dan menempatkannya di tempat yang sangat dicintai melebihi kecintaan kepada para tokoh dan guru. Semoga asaatidzah dan masyayikh yang mengajarkan ilmu dan hikmah kepada kita mendapatkan keridhaan Allah swt.. amin
Seorang Plato sebagai filosof agung yang namanya dikenag sepanjang zaman. Tentunya hikmah kebijaksanaan, ilmu, dan filsafat yang ia kemukakan sangat memukau dunia. Dari zaman dahulu hingga sekarang. Muridnya yang selalu semangat belajar dan menyerap hikmah darinya kemudian juga menjadi filosof-filosof besar yang juga mengajarkan hikmah-hikmah baru ajaran Plato ataupun menyadur dan menyalim, mengurangi atu menambah.
Diantara murid Plato adalah Aristoteles. Ia merupakan murid palto yang terkemuka. Namanya tercatat sebagai filosof besar Yunani bersama deretan nama-nam yang lain. Ia mengajarkan filsafat-filsafat Plato dan juga memberikan catatan-catatan kritis dan kritik-kritik kepada gurunya itu. Saat memberikan pernyataan atau berbeda pendapat dengan gurunya ia mengungkapkan ungkapan Amicus Plato Sed Magis Amica Veritas.
Khazanah Islamiyah
Dalam khazanah peadaban Islam kita dengan mudah menemukan bahwa ungkapan Aristoteles di atas mewujud nyata dalam tradisi keilmuan di kalangan ulama-ulama islam. Sering terjadi adanya silang pendapat di kalangan ulama-ulama Islam.
Kita menemukan istilah dalil berbalas dalil, kitab berbalas kitab, sya’ir berbalas sya’ir, kritik berbalas kritik. Ungkapan Amicus Plato Sed Magis Amica Veritas sama dengan ungkapan Ibnul Qayyim ketika berbeda pendapat dengan pendapat Ibnu Taiymiyah sebagai gurunya.
Dalam tradisi keilmuan Islam sudah jamak ada perbedaan pendapat antara murid dengan gurunya. Hal ini karena mereka berpandangan bahwa kebenaran harus di atas cinta kepada guru. Dan itulah spirit yang diajarkan oleh guru-guru mereka. Ungkapan khudz maa shafaa wa da’ maa kadar sudah merupakan bagian yang inhern dalam tradisi keilmuan islam.
Dalam khazanah keilmuan Islam ada banyak istilah-istilah yang menyiratkan makna di atas. Diantaranya ada istilah syarh dalam arti buku yang disusun adalah penjelasan dari satu tulisan yang disusun oleh pensyarah sendiri atau ulama lain. Kemudian ada mukhtashar yang berarti bahwa tulisan yang disusun adalah ringkasan dari karya sang peringkas atau hasil karya orang lain.
Disamping itu ada juga yang berbentuk naqd, yang ini sifatnya memberikan kritik atas karya orang lain. Ada juga radd, yang ini bentuknya penolakan terhadap suatu pemahaman atau ajaran atau isi tulisan dari karya orang lain.
Dalam hal ini maka hikmah yang dapat kita ambil adalah harus berusaha menerapkan ungkapan di atas; Amicus Plato Sed Magis Amica Veritas. Pengakuan ats kebenaran dan menempatkannya di tempat yang sangat dicintai melebihi kecintaan kepada para tokoh dan guru. Semoga asaatidzah dan masyayikh yang mengajarkan ilmu dan hikmah kepada kita mendapatkan keridhaan Allah swt.. amin