Benarkah manusia itu terlahir suci ?
Benarkah Manusia lahir tanpa dosa ?
Apakah benar jiwa manusia ketika lahir itu fitrah ?
Apakah benar jiwa manusia terlahir seperti kertas putih yang belum ada coretannya ?
Jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan di atas adalah benar. Manusia terlahir suci. Jiwanya lahir tanpa dibebani dengan dosa warisan. Manusia juga terlahir dalam kondisi berada dalam fitrah yang selalu condong kea rah kebaikan. Itulah manusia sesaat setelah dilahirkan oleh ibunya.
Nah sering orang bilang bahwa jiwa manusia itu tabula rasa. Bagaikan selembar kertas putih yang belum ada isinya. Ini benar dalam satu sisi tapi tidak tepat pada sisi lainnya. Ini penjelasannya. Jiwa mausia ketika lahir itu suci belum ada coretan noda, ini benar. Memang seperti itu keadaannya.
Kemudian bila dikatakan jiwa manusia ketika lahir belum ada isinya ini tidak tepat. Alasannya karena sudah diisi denga fitrah dan tauhid. Jadi sudah ada isinya yaitu kesucian fitrah dan mengesakan Allah swt. Maka dengan ini tabula rasa dalam versi Kang Aip mah buka kosong molongpong, tapi berisi.
Apa yang dimaksud dengan fitrah. Kalau Kang Aip suka mendengar permisalan para ulama bahwa fitarah ini seperti burung fitrahnya terbang, ikan fitrahnya menyelam, cacing fitrahnya berada di tanah. Kalau manusia fitrahnya adalah condong kepada tauhid dan kebenaran, menikah, berhias, suka pada kesucian, wewangian, mencintai keluarga, mencintai kampong halaman, berani berkorban, tahan menunda kenikmatan, dan banyak lagi.
Fitrah ini sesuai selamanya dengan ajaran islam. Seperti misalnya dalam hal meneruskan keturunan. Islam mengajarkan untuk menikah sebagai fitrah. Dan yang bukan fitrah adalah selibat dan zina. Selibat itu tidak menikah. Sedangkan zina adalah berhubungan badan yang tidak lewat pernikahan. Selibat itu memutuskan generasi. Sedangkan zina menghancurkan nasab dan keturunan.
Yan kedua isi dari jiwa manusia adalah condong kepada tauhid dan perbuatan baik. Ini terbukti dengan adanya ajaran universal. Yaitu kebaikan yang diakui sebagai kebaikan oleh semua orang kapanpun dan dimana pun. Contoh berbuat baik kepada ibu dan bapak selamanya akan dianggap baik oleh manusia manapun dimanapun dan kapanpun. Apakah ia mengaku dengan terang-terangan atau tersembunyi di dalam bilik hati.
Fitrah ini bisa tetap terjaga dan bisa juga berubah. Dalam keterangan disebutkan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi kejiwaannya. Seperti coretan kertas itu ada yang sesuai dan indah digoreskan, atau ada yang hanya membuat kertas itu menjadi kotor.
Maka dengan ini wajib bagi kita untuk menjaga kesucian jiwa kita dan hati kita. Karena Allah hanya menerima hamba yang hatinya selamat dari noda-noda kekafiran, syirik, fasik, nifaq, ujub, takabbur, riya, sum’ah, dan banyak lagi yang lain. Dan hanya kepada Allah kita berserah diri.
Tidak ada kekosongan dalam jiwa manusia. Yang ada adalah kecenderungan kepada yang baik. Meskipun suka tercemar dengan keinginan nafsu.
Benarkah Manusia lahir tanpa dosa ?
Apakah benar jiwa manusia ketika lahir itu fitrah ?
Apakah benar jiwa manusia terlahir seperti kertas putih yang belum ada coretannya ?
Jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan di atas adalah benar. Manusia terlahir suci. Jiwanya lahir tanpa dibebani dengan dosa warisan. Manusia juga terlahir dalam kondisi berada dalam fitrah yang selalu condong kea rah kebaikan. Itulah manusia sesaat setelah dilahirkan oleh ibunya.
Nah sering orang bilang bahwa jiwa manusia itu tabula rasa. Bagaikan selembar kertas putih yang belum ada isinya. Ini benar dalam satu sisi tapi tidak tepat pada sisi lainnya. Ini penjelasannya. Jiwa mausia ketika lahir itu suci belum ada coretan noda, ini benar. Memang seperti itu keadaannya.
Kemudian bila dikatakan jiwa manusia ketika lahir belum ada isinya ini tidak tepat. Alasannya karena sudah diisi denga fitrah dan tauhid. Jadi sudah ada isinya yaitu kesucian fitrah dan mengesakan Allah swt. Maka dengan ini tabula rasa dalam versi Kang Aip mah buka kosong molongpong, tapi berisi.
Apa yang dimaksud dengan fitrah. Kalau Kang Aip suka mendengar permisalan para ulama bahwa fitarah ini seperti burung fitrahnya terbang, ikan fitrahnya menyelam, cacing fitrahnya berada di tanah. Kalau manusia fitrahnya adalah condong kepada tauhid dan kebenaran, menikah, berhias, suka pada kesucian, wewangian, mencintai keluarga, mencintai kampong halaman, berani berkorban, tahan menunda kenikmatan, dan banyak lagi.
Fitrah ini sesuai selamanya dengan ajaran islam. Seperti misalnya dalam hal meneruskan keturunan. Islam mengajarkan untuk menikah sebagai fitrah. Dan yang bukan fitrah adalah selibat dan zina. Selibat itu tidak menikah. Sedangkan zina adalah berhubungan badan yang tidak lewat pernikahan. Selibat itu memutuskan generasi. Sedangkan zina menghancurkan nasab dan keturunan.
Yan kedua isi dari jiwa manusia adalah condong kepada tauhid dan perbuatan baik. Ini terbukti dengan adanya ajaran universal. Yaitu kebaikan yang diakui sebagai kebaikan oleh semua orang kapanpun dan dimana pun. Contoh berbuat baik kepada ibu dan bapak selamanya akan dianggap baik oleh manusia manapun dimanapun dan kapanpun. Apakah ia mengaku dengan terang-terangan atau tersembunyi di dalam bilik hati.
Fitrah ini bisa tetap terjaga dan bisa juga berubah. Dalam keterangan disebutkan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi kejiwaannya. Seperti coretan kertas itu ada yang sesuai dan indah digoreskan, atau ada yang hanya membuat kertas itu menjadi kotor.
Maka dengan ini wajib bagi kita untuk menjaga kesucian jiwa kita dan hati kita. Karena Allah hanya menerima hamba yang hatinya selamat dari noda-noda kekafiran, syirik, fasik, nifaq, ujub, takabbur, riya, sum’ah, dan banyak lagi yang lain. Dan hanya kepada Allah kita berserah diri.
Tidak ada kekosongan dalam jiwa manusia. Yang ada adalah kecenderungan kepada yang baik. Meskipun suka tercemar dengan keinginan nafsu.