-->

Sayuran Apa yang Hargaya Tidak Turun Naik?

Sebagai anak seorang petani kami sangat mengetahui betapa kerasnya ayah kami bekerja. Ia menggarap sawah yang pengairannya tidak lancar. Pada musim kemarau ia memanfaatkan iar rawa dekat pantai. Kalau musim hujan ia sering juga tidak kebagian air dari irigasi dan terpaksa hanya mengandalkan air hujan.

Keadaan ini membuatnya kerepotan. Selain jaraknya sangat jauh ia juga disibukka dengan usahanya mengairi tanaman padinya. Kalau anda tahu, hatinya selalu resah. Mungkin ia ingin menangis namun ia terpaksa menahannya sendiri karena tidak mau membuat kami selaku anaknya memikirkannya.

Rebutan air sudah menjadi berita. Perkelahian antar petani terjadi bukan hanya terjadi sekali atau dua kali. Perselisihan yang disebabkan cekcok di antara mereka sudah sering terdengar. Ayah kami juga pernah terlibat adu mulut dengan kawannya di sawah. Ia berangkat dari rumah dan mengatur agar air sampai ke sawahnya. Ia berangkat mulai bada isya. Ia pulang pukul 02 dini hari. Ia berangkat lagi pukul 03 dan pulang saat menjelang shubuh. Ia bercerita bahwa air dibelokkan orang lain dan sawahnya belum terkena air dengan maksimal. Dalam keadaan seperti itu memang yang harus dikedepankan hanyalah bersabar. Karena kami sadar bukan hanya kami yang butuh air untuk sawah. Ada ratusan orang yang memiliki hajat yang sama dan ada puluhan hektar tanah yang memiliki kebutuhan akar air yang sama.

Judul di atas seolah membingkai tulisan ini. Kami berpikir dan menyarankan untuk membudidayakan tanaman lain selain pada kepada ayah kami. Lagi-lagi belum bisa dijalankan karena ternyata untuk menanam sayuran memerluka air dengan jumlah yang cukup dan konsisten.

Pertanyaan ini menngelitik kami dan pernah kami tanyakan kepada praktisi handal dalam bidang ini. Jawanbannya ternyata mengecewakan kami. Karena hampir semua jenis sayuran harganya sangat fluktuatif. Dari kabupaten Garut anda mendengar cerita pilu yang menyayat hati. Di sana para petani sampai membuang berton-ton buah tomat ke selokan karena harganya murah. Pada tahun 2019 bulan februari ini kami juga mendapatkan cerita sedih tentang harga cabe kriting yang terjun bebas hingga menyentuh Rp 4.000 saja. Belum lagi komoditi yang lain.

Hanya ada cerita yang menggembirakan dari petani sayuran yang membudidayakan Buncis Kenya. Menurut kabar, harga sayuran ini harganya stabil. Ini menjadi angin egar bagi para petaninya. Semoga harga yang bersahabat terus diikuti harga komoditi lainnya. 

Saya pernah juga melihat peluang usaha pertanian dari bertanam rempah-rempah yang mudah dilakukan. Contohnya seperti menanam kunyit,
LihatTutupKomentar