-->

Iman Kepada Hari Akhirat Ciri Sejati Seorang Muslim, Inilah Cara Sukses Mempersiapkannya

Empat hari yang lalu, saya bersama Ustadz Nurusli diundang Bapak Haji Sunarya ke rumahnya. Ceritanya, sehabis ashar saya bertemu dengan Bapak Ustad Nurusli di halaman masjid besar Al-Huda Kecamatan Cidaun. Ia langsung menyodorkan sebuah amplop berwarna putih. "Ini dari Haji Sunarya," ia memulai perbincangan. "Rupanya beliau mengundang untuk sebuah keperluan," tambahnya lagi.

Kami berjanji setelah Isya akan langsung ke rumahnya.

Isya pun tiba dan setelah selesai berjamaah shalat kami langsung jalan kaki ke rumah Haji Sunarya. Ternyata beliau sedang menunggu kami. Setelah tiba kami dipersilahkan masuk, minum kopi, dan makan kue tart rasa keju.

Lama kami berbincang hingga akhirnya beliau mengungkapkan maksudnya mengundang kami. Rupanya beliau mau menghadiahkan kitab kepada kami. Saya membawa berjilid-jilid kitab berbahasa arab dengan ketebalan yang rata-rata lebih dari 500 halaman.



Hikmah Kejadian


Akhirnya teka-teki yang muncul dalam hati saat datangnya surat itu terjawab sudah. Kami tentu bertanya-tanya karena di dalam suratnya tidak ada kata-kata yang mengungkap maksud tertentu. Ia hanya mengatakan mengundang kami berdua untuk datang ke rumahnya.

Saya memiliki sejumlah catatan. Hanya saja saya hanya ingin menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya dengan menaruh perhatian pada satu hal yang berkaitan dengan iman kepada Allah dan hari akhir.

Bapak Haji ini adalah orang yang meyakini dirinya akan meninggalkan dunia. Dengan demikian ia ingin mempersiapkannya. Dalam hatinya tentu saja ingin memiliki amal yang bisa mengantarkannya kepada keridoan Allah.

Mewariskan atau menyedekahkan kitab kepada yang memerlukan seperti kami adalah salah satu yang ia lakukan. Tentu saja dengan memberikannya akan mengalir manfaat dan berkah kepada beliau. Apalagi bila kitabnya nanti dibaca dan isinya diajarkan lagi kepada banyak orang.

Amal yang cerdas. Mudah dan berpahala besar. Iman seperti ini adalah keyakinan yang bersemi tanpa keraguan. Karena hidup tidak akan seribu tahun dan esok pagi atau lusa nanti akan meninggalkan semuanya maka mesti ada amal yang pahalanya terus mengalir.

Semangat mewakafkan tanah, bangunan, harta, untuk agama Allah SWT mesti terus dilestarikan. Ini amalan yang pintar dan cerdas. Muslim adalah orang yang pikirannya paling panjang dan luas. Otaknya tidak terbatas pada urusan dunia yang pendek ini namun hingga memikirkan bagaimana kehidupan nanti di akhirat yang abadi.
LihatTutupKomentar