Suatu hari di sebuah tanah datar di bawah rumpun bambu, 3 orang penggembala sedang asyik bercengkerama. Apapun mereka bicarakan dari mulai urusan memberi makan rumpun untuk domba hingga ke panggung politik.
Tibalah giliran lisan mereka berbicara tentang politik di desanya. Tentu saja soal politik bukan hanya berkisah tentang perebutan kekuasaan para elit di atas namun juga orang-orang berebut pengaruh di akar rumput termasuk mereka.
Baca juga: Doa Shalat Hajat Khusus Rezeki Mustajab
Begitulah yang sebenarnya. Secara singkat berpolitik artinya menggunakan cara. Mereka sering mengatakan "Politik atuh Kang ..." yang artinya kurang lebih suruhan untuk menggunakan kecerdasan otak dalam melakukan sesuatu.
"Saya suka Pak Mukidi, kalau bicara santun dan tidak pernah ada konflik". Salah seorang dari mereka membuka opini tentang tipe pemimpin yang disukainya. Orang-orang di manapun lebih suka pemimpin yang santun dan berakhlaq. Karena di atas semua kepakaran dan keahlian bahkan gelar apapun tidak akan pernah melampaui sebutan "orang beraklaq".
"Saya justru suka kepada Mukidi karena dia itu cerdas dalam berkata-kata." Begitu teman di sampingnya menambahkan karakter baru pemimpin yang akan dipilihnya di pilkades nanti. Memang orang berkata apa yang dipikirkannya.
Meskipun dalam hal ini ada saja bahkan banyak orang yang mengatakan sesuatu yang tidak sama dengan yang dikatakan hatinya. Namun lebih dari pada itu kemanfaatan berkata-kata juga merupakan cerminan hati.
"Bagi saya Mukidi harus menang pilkades tahun ini, karena ia adalah yang telah membuktikan dirinya sebagai pengayom masyarakat meskipun bukan pejabat desa." Kata yang satunya lagi. Pemimpin yang dicintai rakyatnya adalah pemimpin yang menyayangi mereka setulus hatinya.
Seorang yang ahli dalam masalah leadership pernah mengatakan secara langsung kepada saya, "Modal jadi pemimpin masyarakat itu adalah kebaikan-kebaikan yang nyata dirasakan oleh masyarakat banyak. Bila ia sudah mendapat penerimaan dari masyarakat maka ia tidak perlu lagi kampanye. Bahkan masyarakat yang meminta dan menginginkannya jadi pemimpin mereka.
Tentu saja masih banyak karakter pemimpin yang harus dimiliki oleh seorang calon kepala desa yang akan ikut dalam gelaran pentas pemilu kepala desa. Dalam beberapa hal orang cenderung akan memilih orang yang berilmu, berakhlaq, dan bermanfaat bagi masyarakat banyak.
Ya Allah bereskanlah persoalan para pemimpin kami. Berikanlah taufik kepada mereka dalam kemaslahatan Islam dan kaum muslimin. Jauhkanlah mereka dari persekongkolan jahat dan merusak. Dekatkanlah dengan orang-orang baik dan ahli nasihat yang ikhlas.
Tibalah giliran lisan mereka berbicara tentang politik di desanya. Tentu saja soal politik bukan hanya berkisah tentang perebutan kekuasaan para elit di atas namun juga orang-orang berebut pengaruh di akar rumput termasuk mereka.
Baca juga: Doa Shalat Hajat Khusus Rezeki Mustajab
Begitulah yang sebenarnya. Secara singkat berpolitik artinya menggunakan cara. Mereka sering mengatakan "Politik atuh Kang ..." yang artinya kurang lebih suruhan untuk menggunakan kecerdasan otak dalam melakukan sesuatu.
"Saya suka Pak Mukidi, kalau bicara santun dan tidak pernah ada konflik". Salah seorang dari mereka membuka opini tentang tipe pemimpin yang disukainya. Orang-orang di manapun lebih suka pemimpin yang santun dan berakhlaq. Karena di atas semua kepakaran dan keahlian bahkan gelar apapun tidak akan pernah melampaui sebutan "orang beraklaq".
"Saya justru suka kepada Mukidi karena dia itu cerdas dalam berkata-kata." Begitu teman di sampingnya menambahkan karakter baru pemimpin yang akan dipilihnya di pilkades nanti. Memang orang berkata apa yang dipikirkannya.
Meskipun dalam hal ini ada saja bahkan banyak orang yang mengatakan sesuatu yang tidak sama dengan yang dikatakan hatinya. Namun lebih dari pada itu kemanfaatan berkata-kata juga merupakan cerminan hati.
"Bagi saya Mukidi harus menang pilkades tahun ini, karena ia adalah yang telah membuktikan dirinya sebagai pengayom masyarakat meskipun bukan pejabat desa." Kata yang satunya lagi. Pemimpin yang dicintai rakyatnya adalah pemimpin yang menyayangi mereka setulus hatinya.
Seorang yang ahli dalam masalah leadership pernah mengatakan secara langsung kepada saya, "Modal jadi pemimpin masyarakat itu adalah kebaikan-kebaikan yang nyata dirasakan oleh masyarakat banyak. Bila ia sudah mendapat penerimaan dari masyarakat maka ia tidak perlu lagi kampanye. Bahkan masyarakat yang meminta dan menginginkannya jadi pemimpin mereka.
Tentu saja masih banyak karakter pemimpin yang harus dimiliki oleh seorang calon kepala desa yang akan ikut dalam gelaran pentas pemilu kepala desa. Dalam beberapa hal orang cenderung akan memilih orang yang berilmu, berakhlaq, dan bermanfaat bagi masyarakat banyak.
Ya Allah bereskanlah persoalan para pemimpin kami. Berikanlah taufik kepada mereka dalam kemaslahatan Islam dan kaum muslimin. Jauhkanlah mereka dari persekongkolan jahat dan merusak. Dekatkanlah dengan orang-orang baik dan ahli nasihat yang ikhlas.