Ini adalah catatan ke-3 dari pengajian Al-Muharram siang tadi. Memang saya mencatat banyak poin dari ceramah para kyai di televisi. Semoga dengan ini saya tercatat sebagi muta'allim yang baik.
Ada hal yang terngiang selalu dalam ingatan. Tentang syukur. Sebuah kata yang selalu berulang-ulang ditekankan dalam setiap nasihat-nasihat keagamaan.
"Bersyukur Secepat Kilat" ... Itu yang harus dilakukan. Jangan sampai menunggu-nunggu waktu dan mengulur-ngulur waktu. Detik ini, saat ini, ucapkanlah alhamdulillah itu dengan sepenuh keyakinan.
Saya mendengar petuah yang sangat baik. Ternyata kalau Allah mengambil sesuatu dari hambanya itu berlangsung sangat cepat.
Saya akan ceritakan kepada anda kisa sedih yang kami alami sekeluarga seminggu yang lalu. Saat menulis catatan ini untu anda saya masih dalam keadaan berduka. Semoga tulisan-tulisan ini menjadi penyemangat yang baik bagi kami.
Kebagaiaan terpancar dalam candaan kami di atas kendaraan roda dua yang baru seminggu kami beli. Saya membawa istri dan putri kesayanganku yang selalu membuatku rindu rumah.
Sepanjang perjalanan kami sangat berbahagia dan mengajak si kecil bercanda. Saya sempat berfoto dengannya saat berada di warung semangka.
Belum juga kami masuk rumah ternyata kejadian pilu (maaf saya tidak sanggup menceritakannya kepada anda) itu terjadi.
LIHAT!!!
Betapa tipisnya tirai anta kebahagiaan dan kesedihan. Hanya sepersekian detik saja. Saya diingatkanNya dengan peringatan yang keras dan menyayat hati.
Prof Hamka menjelaskan masalah ini dengan sebuah cerita yang apik sekali. Ada dua rombongan yang kondisinya berbeda.
Rombongan pertama adalah rombongan pengantin. Sepanjang jalan mereka berbahagia. Sementara rombongan kedua adalh rombongan yang megantarkan jenazah ke pemakaman. Sepanjang jalan suasana sangat sedih.
Kedua rombongan itu berpapasan di tengah jalan. Apa yang terjadi. Yang mengantar pengantin ternyata merasakan kesedihan. Sementara yang mengatar jenazah bisa merasakan kebahagiaan.
Bila anda mau sedikit berpikir lebih baik lagi. Masih untung bila musibah yang anda terima adalah bentuk dari ujian Allah. Lantas, bagaimana kiranya bila itu adalah bentuk istidrajnya.
Inilah kaitan yang sangat erat dengan judul bahasan ini. Mengapa kita harus cepat-cepat bersyukur kepaa Allah, karena istidraj itu datangnya juga sangat cepat. Jadi selagi ada waktu janganlah mengulur waktu dan menyia-nyiakannya.
Ada hal yang terngiang selalu dalam ingatan. Tentang syukur. Sebuah kata yang selalu berulang-ulang ditekankan dalam setiap nasihat-nasihat keagamaan.
"Bersyukur Secepat Kilat" ... Itu yang harus dilakukan. Jangan sampai menunggu-nunggu waktu dan mengulur-ngulur waktu. Detik ini, saat ini, ucapkanlah alhamdulillah itu dengan sepenuh keyakinan.
Saya mendengar petuah yang sangat baik. Ternyata kalau Allah mengambil sesuatu dari hambanya itu berlangsung sangat cepat.
Saya akan ceritakan kepada anda kisa sedih yang kami alami sekeluarga seminggu yang lalu. Saat menulis catatan ini untu anda saya masih dalam keadaan berduka. Semoga tulisan-tulisan ini menjadi penyemangat yang baik bagi kami.
Kebagaiaan terpancar dalam candaan kami di atas kendaraan roda dua yang baru seminggu kami beli. Saya membawa istri dan putri kesayanganku yang selalu membuatku rindu rumah.
Sepanjang perjalanan kami sangat berbahagia dan mengajak si kecil bercanda. Saya sempat berfoto dengannya saat berada di warung semangka.
Belum juga kami masuk rumah ternyata kejadian pilu (maaf saya tidak sanggup menceritakannya kepada anda) itu terjadi.
LIHAT!!!
Betapa tipisnya tirai anta kebahagiaan dan kesedihan. Hanya sepersekian detik saja. Saya diingatkanNya dengan peringatan yang keras dan menyayat hati.
Prof Hamka menjelaskan masalah ini dengan sebuah cerita yang apik sekali. Ada dua rombongan yang kondisinya berbeda.
Rombongan pertama adalah rombongan pengantin. Sepanjang jalan mereka berbahagia. Sementara rombongan kedua adalh rombongan yang megantarkan jenazah ke pemakaman. Sepanjang jalan suasana sangat sedih.
Kedua rombongan itu berpapasan di tengah jalan. Apa yang terjadi. Yang mengantar pengantin ternyata merasakan kesedihan. Sementara yang mengatar jenazah bisa merasakan kebahagiaan.
Bila anda mau sedikit berpikir lebih baik lagi. Masih untung bila musibah yang anda terima adalah bentuk dari ujian Allah. Lantas, bagaimana kiranya bila itu adalah bentuk istidrajnya.
Inilah kaitan yang sangat erat dengan judul bahasan ini. Mengapa kita harus cepat-cepat bersyukur kepaa Allah, karena istidraj itu datangnya juga sangat cepat. Jadi selagi ada waktu janganlah mengulur waktu dan menyia-nyiakannya.