Kawanku,
Bukan lagi sepertinya tapi seharusnya dan sepantasnya kita harus bangkit dari kehancuran ini. Kita mesti malu dan takut kepada Allah. Malu karena betapa banyak nikmat yang belum disyukuri dan betapa siksa dari Allah sangat pedih.
Mungkin aku dan kamu memiliki kesamaan. Tidak suka belajar ilmu agama dan kurang amal. Kamu dan aku sering berkata "ini hidupku, tidak ada seorang pun yang boleh membatasi kebebasanku."
Itu kata-katamu dan juga kata-kataku. Tapi coba kami perhatikan kepada iapa kamu mengatakannya. Kepada orang lain yang kamu anggap lemah terkadang kamu sanggup mengatakannya. Tapi coba kepada orang yang besar kekuasaannya dan dihormati orang.
Kalau aku dan kamu tidak suka mengatakan kata-kata yang seperti itu maka alangkah tidak pantasnya aku menunjukkan kata-kata itu kepada Tuhan yang menciptakanku dari sesuatu yang hina.
Kepedulian kepada orag lain adalah tanda-tanda iman sedang melemah. Karena semakin iman kuat semakin cerdas ia mengambil pilihan. Orang yang selalu salah pilih harus mengkaji diri, seperti aku ini.
Pengetahuan sudah ada yang menyatakan bahwa bukan hanya soal upaya mendapatkannya dengan serius dan sungguh sungguh. Namun soal ketaqwaan dan niat ikhlas dan mulia yang menjadi pangkalnya.
kalau kamu blum percaya, seperti aku juga dulu, coba kamu lakukan yang aku sarankan ini. Jagalah alat kamu sehari saja, jangan ada waktu yang terlewat, maka otak dan pikiran serta hatimu akan tenang dan kami akan lebih cepat dalam menentukan pilihan yang terbaik.
Apa sebab? Tepat. Jawanamu tepat ali ini. Karena kamu dibimbing Tuhan semesta alam.
Saat kamu tidak peduli dengan orang lain maka itu pertanda bahwa iman sedang berada dalam titik kritis. Soal iman jangan main-main dan jangan dibiarkan begitu saja. Sekecil apapun penyakit yang akan mengganggu kinerjanya maka kamu harus segera bankit untuk mengobatinya.
Kita harus menysun strategi untuk memperbaiki amal. Orang yang akan lolos dalam ujian hidup adalah orang yang mau mengambl pelajaran dari kisah masa lalu dan kisah orang dizamannya.
Di masa lalu orang yang amalnya berantakan ternyata Allah memporakporandakan hidupnya. Bukankah kesombongan fir'aun lebih besar dari kesombongan siapapun di muka bumi. Walaupun kekuasaannya besar dan pradaban serta teknologinya tinggi ternyata tetap hancur lebur juga akhirnya.