Pakaian Ulama Saat Berdakwah, anda berpikir ini menarik? Bagi anda ini tidak masuk ke dalam daftar bacaan penting dalam keseharian anda yang padat. Namun tenanglah sebentar. Anda bisa membacanya sebentar.
Fenomena adanya seorang yang disebut "ustadz" oleh pengagumnya, ia memakai kaos casual dan ciput saat berdakwah di tengah khalayak berbaju koko, berpeci, berselendang, bahkan bergamis. Pantaskah ... ?
Baca juga:
Pendidikan Bisnis untuk Anak-Anak
Anda yang berpandangan itu pantas. Karena dakwah harus menyesuaikan khalayak atau audience. Karena sekarang zamannya. karena saatnya yang berjiwa muda menampilkan wajah Islam yang kekinian, dan banyak lagi yang lainnya.
Tapi, saya sendiri sebagai orang yang baru mengenal Islam belum lama ini merasa heran. Karena ada dalam kisah Imam Malik bin Anas di Madinah dahulu. Saat akan menyampaikan hadits, sebelumnya, ia mandi dahulu, lantas wudhu, lalu memakai wangi-wangian, memakai baju kebesaran yang indah, shalat dua rakaat, lalu duduk pada mimbar, dan menyampaikan hadits Rasulullah saw dan pelajarn agama lainnya.
Bila demikian, membaca apa yang saya tulis, kenapa beda antara yang pertama dan yang kedua. Padahal keduanya sama-sama mengajarkan agama. Kenapa yang satu membiarkan dirinya, bahkan membiasakan memakai baju seperti begitu, dan ulama yang satu lagi luar biasa mempersiapkan penampilannya?
Adakah jawaban yang memuaskan?
Bila dijawab, itu urusan masing-masing, soal hati siapa yang tahu. Ini tambah lagi kebingungannya. Karena kalau semua ditarik-tarik pada urusan hati lantas apa yang bisa dinilai. Padahal agama ada itu sebagai acuan bagi lahir dan batin.
Ilmu apa lagi yang bisa memuaskan jawaban? Dinilai dari nilai etika dan kesopanan sama sekali tidak memadai. Bukankah agama ini menghargai adat yang benar dan baik.
Ada kisah di zaman dahulu, saat ada seorang alim memakai pakaian yang tidak sama dengan yang biasa di pakai kaumnya maka ia diperingatkan. Maka orang yang memakai baju tidak sesuai dengan yang biasa dipakai orang pada pengajian, lalu apa pendapat anda?
Bukankah para sufi memakai baju yang sederhana bahkan terbilang sangat sederhana? Ingat itu bukan dari agama. Karena zuhud itu bukan pakaianmu yang robek, rambut kusut masai, jenggot tidak terusus, namun zuhud adalah ajaran agama yang menuntut semua berkewajiban dan berada pada kebenaran.
Kisah Ibnu Hajar Al 'Asqalani dengan penjual minyak tanah masih sangat populer untuk kasus ini. Betapa tidak, ulama yang sangat pakar dalam bidang hadits ini diinterupsi oleh seorang yahudi penjual minyak tanah gara-gara memakai bajukebesaran yang mewah dan indah serta wangi.
Diujung kisah, anda tahu, bahwa orang itu masuk Islam.
Lantas, saat Rasulullah saw mengirimkan utusan ke Yatsrib untuk menyampaikan ajaran Islam, siapakah yang diutus. Yang diutus adalah orang yang tampan, wangi, kulitnya halus, berbudi bahasa yang baik. Dialah Mu'adz bin Jabal.
Maka ....
Fenomena adanya seorang yang disebut "ustadz" oleh pengagumnya, ia memakai kaos casual dan ciput saat berdakwah di tengah khalayak berbaju koko, berpeci, berselendang, bahkan bergamis. Pantaskah ... ?
Baca juga:
Pendidikan Bisnis untuk Anak-Anak
Anda yang berpandangan itu pantas. Karena dakwah harus menyesuaikan khalayak atau audience. Karena sekarang zamannya. karena saatnya yang berjiwa muda menampilkan wajah Islam yang kekinian, dan banyak lagi yang lainnya.
Bila demikian, membaca apa yang saya tulis, kenapa beda antara yang pertama dan yang kedua. Padahal keduanya sama-sama mengajarkan agama. Kenapa yang satu membiarkan dirinya, bahkan membiasakan memakai baju seperti begitu, dan ulama yang satu lagi luar biasa mempersiapkan penampilannya?
Adakah jawaban yang memuaskan?
Bila dijawab, itu urusan masing-masing, soal hati siapa yang tahu. Ini tambah lagi kebingungannya. Karena kalau semua ditarik-tarik pada urusan hati lantas apa yang bisa dinilai. Padahal agama ada itu sebagai acuan bagi lahir dan batin.
Ilmu apa lagi yang bisa memuaskan jawaban? Dinilai dari nilai etika dan kesopanan sama sekali tidak memadai. Bukankah agama ini menghargai adat yang benar dan baik.
Bukankah para sufi memakai baju yang sederhana bahkan terbilang sangat sederhana? Ingat itu bukan dari agama. Karena zuhud itu bukan pakaianmu yang robek, rambut kusut masai, jenggot tidak terusus, namun zuhud adalah ajaran agama yang menuntut semua berkewajiban dan berada pada kebenaran.
Kisah Ibnu Hajar Al 'Asqalani dengan penjual minyak tanah masih sangat populer untuk kasus ini. Betapa tidak, ulama yang sangat pakar dalam bidang hadits ini diinterupsi oleh seorang yahudi penjual minyak tanah gara-gara memakai bajukebesaran yang mewah dan indah serta wangi.
Diujung kisah, anda tahu, bahwa orang itu masuk Islam.
Lantas, saat Rasulullah saw mengirimkan utusan ke Yatsrib untuk menyampaikan ajaran Islam, siapakah yang diutus. Yang diutus adalah orang yang tampan, wangi, kulitnya halus, berbudi bahasa yang baik. Dialah Mu'adz bin Jabal.
Maka ....