Saya mempertanyakan ini sejak lama. Bagi anda yang tahu jawabannya boleh sharing bersama kami. Adapun artikel ini saya hanya mencatat apa yang saya dengan dari para penceramah yang saya dengarkan. Barang kali banyak kekurangan dalam artikel ini maka silahkan anda genapi.
Saya mendengar bahwa permohonan ampun yang kita lakukan kepada Allah setelah kita melakukan amal adalah karena kita sadar bahwa amal yang dilakukan itu banyak kurangnya. Maka memohon ampun adalah akhlaq pertama kita kepada Allah SWT.
Saya senang sekali mencatatcontoh-contoh dalam hal ini. Pertama, setelah kita melaksanakan shalat kalimat pertama yang dibaca adalah Astaghfirullah. Selanjutnya, Kedua, setelah keluar dari toilet kalimat pertama yang dibaca adalah Ghufraanaka.
Bahkan Rasulullah SAW diperintahkan beristighfar setelah mendapatkan kemenangan. Itu dapat kita baca dalam Al-Qur'an Surah An-Nasr. Bahkan Ibnu Abbas Radhiallahu anhuma menyaksikan, bahwa ia pernah menghitung istighfar Rasulullah SAW dalam satu majlis sebanyak 100 kali.
Rasulullah SAW melantunkan istighfar dengan redaksi Rabbighfirlii watub 'alayaa innaka anta attawwaabu arrahiimu. Maka kita jangan sampai merasa sudah bagus dan sempurna amalnya. Karena yang membuat saya dan anda bisa beramal adalah Allah SWT.
Contoh berikutnya adalah dalam pelaksanaan ibadah haji. Saat itu kita melaksanakan rukun dan wajibnya. Di antaranya kita melaksanakan Wukuf, lalu kita disuruh berdzikir di mas'aril haram atau muzdalifah, selanjutnya kita bertolak ke Mina, dan diperintahkan untuk beristighfar.
Bila ada orang yang berkata, bukankah saat ibadah haji dosa-dosa diampuni, dan kita yang melaksanakannya akan kembali suci seperti bayi? Bila demikian apa gunanya lagi disuruh beristighfar? Itulah, karena dalam ibdah kita banyak kekurangan.
Beristighfar maknanya, mengakui dan meneima bahwa kita tidak bisa melaksanakannya tanpa kekurangan. Bahkan saat kita melakukannya banyak sekali perbuatan yang tidak sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Demikian yang saya ketahui mengenai tema ini. Sekali lagi saya meminta anda untuk menggenapinya. Begitu terbatas apa yang saya ketahui. Dan artikel ini hanyalah catatan singkat agar saya tidak lupa dan menjadi pengingat saat semngat beribadah mulai menurun.
Baca juga Abbas dan Putranya, Radhiallahu 'Anhuma
Saya mendengar bahwa permohonan ampun yang kita lakukan kepada Allah setelah kita melakukan amal adalah karena kita sadar bahwa amal yang dilakukan itu banyak kurangnya. Maka memohon ampun adalah akhlaq pertama kita kepada Allah SWT.
Saya senang sekali mencatatcontoh-contoh dalam hal ini. Pertama, setelah kita melaksanakan shalat kalimat pertama yang dibaca adalah Astaghfirullah. Selanjutnya, Kedua, setelah keluar dari toilet kalimat pertama yang dibaca adalah Ghufraanaka.
Bahkan Rasulullah SAW diperintahkan beristighfar setelah mendapatkan kemenangan. Itu dapat kita baca dalam Al-Qur'an Surah An-Nasr. Bahkan Ibnu Abbas Radhiallahu anhuma menyaksikan, bahwa ia pernah menghitung istighfar Rasulullah SAW dalam satu majlis sebanyak 100 kali.
Rasulullah SAW melantunkan istighfar dengan redaksi Rabbighfirlii watub 'alayaa innaka anta attawwaabu arrahiimu. Maka kita jangan sampai merasa sudah bagus dan sempurna amalnya. Karena yang membuat saya dan anda bisa beramal adalah Allah SWT.
Contoh berikutnya adalah dalam pelaksanaan ibadah haji. Saat itu kita melaksanakan rukun dan wajibnya. Di antaranya kita melaksanakan Wukuf, lalu kita disuruh berdzikir di mas'aril haram atau muzdalifah, selanjutnya kita bertolak ke Mina, dan diperintahkan untuk beristighfar.
Bila ada orang yang berkata, bukankah saat ibadah haji dosa-dosa diampuni, dan kita yang melaksanakannya akan kembali suci seperti bayi? Bila demikian apa gunanya lagi disuruh beristighfar? Itulah, karena dalam ibdah kita banyak kekurangan.
Beristighfar maknanya, mengakui dan meneima bahwa kita tidak bisa melaksanakannya tanpa kekurangan. Bahkan saat kita melakukannya banyak sekali perbuatan yang tidak sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Demikian yang saya ketahui mengenai tema ini. Sekali lagi saya meminta anda untuk menggenapinya. Begitu terbatas apa yang saya ketahui. Dan artikel ini hanyalah catatan singkat agar saya tidak lupa dan menjadi pengingat saat semngat beribadah mulai menurun.
Baca juga Abbas dan Putranya, Radhiallahu 'Anhuma