Suatu saat saa pernah mengalami persaan gerogi yang sangat luar biasa. Saat itu saya masih usia remaja yang ditugaskan mewakili Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) cabang Hifzhil Qur'an 5 Juz. Saat itu saya benar-benar gerogi.
Saya merasakan jantung saya berdebar-debar dan berdegup lebih kencang dari biasanya. Beberapa kali saa keluar masuk kamar mandi untuk buah hajat (kencing). Perhatian saya (fokus) menjadi buyar karenanya.
Denan keadaan seperti itu saya menjadi terkena was-was dan perasaan yang tidak menentu. Hal ini membawa saya semakin sering membuka-buka halaman Al-Qur'an untuk mengecek kebenaran bacaan yang saya ucapkan. Padahal sebelumnya saya sudah hapal 5 juz lebih.
Say mencoba menenangkan diri dengan berdoa. Saat itu saya melantunkan berulang kali doa Nabi musa alaihissalam saat akan bertatap muka dengan Firaun. Namun tetap saja saya gerogi dan semakin dekat kepada giliran tampil saya semakin gemeteran.
Sebab Utama Gerogi
Saya mengambil kesimpulan bahwa gerogi ini adalah gara-gara saya kurang berdoa sebelumnya. Saya baru berdoa saat saya merasa kepepet dan tidak tahu lagi jalan keluar yang terbaik yang bisa dilakukan.
Itulah catatan saya tentang hubungan gerogi dengan kurangnya berdoa. Dari catatan ini saya menyimpulkan ini dengan gamblang. Meskipun arti doa lebih luas dari sekedar penghilang gerogi namun setidaknya dalam tataran psikologis pengaruh doa adalah menenangkan.