Saya yakin anda bukan orang yang ada pada judul ini.
Karena kalau anda punya uang hobi anda bagi-bagi uang.
Paling minimal mentraktir kawan.
Dan sepulang dari Makkah atau dari manapun Anda suka membawa buah tangan.
Dan Anda bagikan kepada tetangga dan ustadz di komplek anda.
Namun sifat bakhil ini suka datang tiba-tiba.
Buktinya saat HP kesayangan anda ada yang meminta,
Ternyata anda tidak memberikannya.
Dan anda bilang "ter la lu."
Itulah yang terjadi kepada kita.
Kalau pemberian inginnya yang terbaik.
Kalau memberi kejadiannya berbeda.
Padahal Muhammad sanga panutan mengajarkan yang paling mulia.
Tentu bersumber dari Al-Qur'an.
Bahwa salah satu syarat diterimanya kebaikan,
Adalah saat kita memberikan yang paling kita cintai.
Semakin berat rasa cinta itu semakin bagus dan semakin bernilai.
Nabi Ibrahim mencintai anaknya.
Allah memerintahkannya aga anak itu dismnbelih.
Ia merelakannya.
Dan ia menyembelihnya.
Maka Ibrahim alaihissalam mendapatkan nilai tertinggi.
Kebaikan yang dilakukannya diterima.
Dan kebaikan lainnya diterima.
Sayidina Hamzah mencitai nyawanya.
rasulullah memerintahkannya ikut dalam perang Uhud.
Ia taat kepada Allah dan Rasulnya.
Ia ikhlas.
Dan ia mati syahid.
Betapa besar kebaikannya dan diterima.
Seorang sahabat Rasulullah memiliki kebun yang sangat dicintainya.
Ia membagi-bagikannya kepada saudara-saudaranya,
Betapa besar pahalanya,
Dan kebaikannya diterima.
Dan bila saat ini anda begitu berat untuk bersedekah,
Dan kini anda sangat sehat,
Tidak kurang suatu apapun,
Dan ia merasakan sangat pelit,
Dan Anda sangat takut jatuh miskin,
Maka bergembiralah !!!
Lalu?
Lalu kuatkan tekad dan bersedekahlah sebesar-besarnya,
Dengan harta dan apapun yang bernilai.
Dan dengan harta atau apapun yang paling Anda sukai.
Apa yang akan terjadi?
Pahala anda adalah pahala yang paling besar.
Kenapa?
Anda sudah tahu jawabannya.
Silahkan ikuti sabda rasulullah SAW:
Karena kalau anda punya uang hobi anda bagi-bagi uang.
Paling minimal mentraktir kawan.
Dan sepulang dari Makkah atau dari manapun Anda suka membawa buah tangan.
Dan Anda bagikan kepada tetangga dan ustadz di komplek anda.
Namun sifat bakhil ini suka datang tiba-tiba.
Buktinya saat HP kesayangan anda ada yang meminta,
Ternyata anda tidak memberikannya.
Dan anda bilang "ter la lu."
Itulah yang terjadi kepada kita.
Kalau pemberian inginnya yang terbaik.
Kalau memberi kejadiannya berbeda.
Padahal Muhammad sanga panutan mengajarkan yang paling mulia.
Tentu bersumber dari Al-Qur'an.
Bahwa salah satu syarat diterimanya kebaikan,
Adalah saat kita memberikan yang paling kita cintai.
Semakin berat rasa cinta itu semakin bagus dan semakin bernilai.
Nabi Ibrahim mencintai anaknya.
Ia merelakannya.
Dan ia menyembelihnya.
Maka Ibrahim alaihissalam mendapatkan nilai tertinggi.
Kebaikan yang dilakukannya diterima.
Dan kebaikan lainnya diterima.
Sayidina Hamzah mencitai nyawanya.
rasulullah memerintahkannya ikut dalam perang Uhud.
Ia taat kepada Allah dan Rasulnya.
Ia ikhlas.
Dan ia mati syahid.
Betapa besar kebaikannya dan diterima.
Seorang sahabat Rasulullah memiliki kebun yang sangat dicintainya.
Ia membagi-bagikannya kepada saudara-saudaranya,
Betapa besar pahalanya,
Dan kebaikannya diterima.
Dan bila saat ini anda begitu berat untuk bersedekah,
Dan kini anda sangat sehat,
Tidak kurang suatu apapun,
Dan Anda sangat takut jatuh miskin,
Maka bergembiralah !!!
Lalu?
Lalu kuatkan tekad dan bersedekahlah sebesar-besarnya,
Dengan harta dan apapun yang bernilai.
Dan dengan harta atau apapun yang paling Anda sukai.
Apa yang akan terjadi?
Pahala anda adalah pahala yang paling besar.
Kenapa?
Anda sudah tahu jawabannya.
Silahkan ikuti sabda rasulullah SAW:
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَاحِدِ، حَدَّثَنَا عُمَارَةُ بْنُ القَعْقَاعِ، حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا؟ قَالَ: «أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ تَخْشَى الفَقْرَ، وَتَأْمُلُ الغِنَى، وَلاَ تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الحُلْقُومَ، قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا، وَلِفُلاَنٍ كَذَا وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ»