"Cerita Anak Bangka" - Cerita yang kudengar dari anak muda tempo hari masih terngiang di telinga. Masih teringat dalam ingatan ketika ia menceritakan keindahan dan beberapa keadaan yang sangat memikat hati. Bila anda berkenan akan saya sampaikan lebih panjang dalam bait-bait di tulisan ini.
Cerita lengkapnya adalah sebagai berikut;
Saat mengikuti Diklat Tahsin, Tajwid, dan Qiraah Al-Qur’an di Pondok Pesantren Modern Al-Ittihad saya berkenalan dengan seorang anak muda. Sejak awal saya sudah dapat menduga bahwa ia memiliki ghirah atau semangat yang tinggi terhadap Islam.
Nama yang kudengar dari lisannya yang berhias senyuman, langsung saat saya menanyakan namanya, ia menjawab; Achmad Afrianto. Nama yang sangat bagus. Islami dan terdengar sangat bemakna. Nama yang diawali dengan nama seorang nabi akhir zaman, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasaalam.
Afrianto. Apakah anda menduga bahwa ia berasal dari jawa, karena berujung dengan huruf O? Barang kali di antara anda ada yang mengira begitu. Saya sendiri menduga ia berasal dari Jawa Timur. Namun ternyata salah, perkiraan saya jauh melenceng. Ternyata ia berasal dari tanah Bangka sana. Dan ia masih berada di lingkup Negara Republik Indonesia. Memang kebanyakan prasangka itu salah bahkan banyak yang jadi dosa bila prasangka itu dalam hal keyakinan agama.
Ba’da Ashar yang Barakah
Bagian ini ingin saya tulis seperti itu. Alasan saya adalah silaturahim itu barakah dan juga menjemput dan mendatangkan keberkahan yang berlipat ganda. Maka benarlah Rasulullah yang membimbing umatnya untuk selalu menyambung silaturahim. Dan orang yang memutus silaturahim adalah orang yang dilaknat, ia tidak dapat rahmat, jauh dari barakah Allah SWT.
Shalat Ashar Hari Ahad tempo hari saya bermakmum kepada Achmad Afrianto ini, yang saat itu belum saya kenal, siapa dia, orang mana, dan lain-lain. Saya tahu ia masih muda dan saya tidak segan bermakmum padanya. Saya punya keyakinan yang ada di ruangan itu insya Allah baik bacaannya karena ia pengajar atau yang sedang belajar Al-Qur’an. Saya percaya yang mengikuti diklat saat itu adalah orang-orang terpilih dan ahli Qur’an.
Sehabis Shalat kami berbincang. Mulailah ia bercerita tentang asal dan kisah berikutnya. Ia mulai bercerita bahwa ia sedang belajar di Pondok Pesantren Modern Al-Musyarrofah Cinajur. Saya pernah berkunjung ke pesantren itu. Saya juga sempat bertemu dengan Kyai Bukhari yang pondok miliknya tepat berada di belakang Al-Musyarrafah. Saat itu bersama Ustadz Ibay Muslihat saya berkunjng ke rumah Ustadz Ridwan yang ahli pengobatan Islami, bekam, pijat, dan lain-lain.
Tahukah saudara berapa banyak kawan Achmad Afrianto ini dari Bangka? Ya, tepat sekali. Sekarang ia mondok di Al-Musyarafah bersama 17 0rang lainnya. Ia mengkaji ilmu-ilmu Islam dan tentunya menghapal Al-Qur’an. Ia bercita-cita, setelah nanti lulus dari Al-Musyarrafah ia ingin melanjutkan ke Kuningan. Sekarang ia masih duduk di kelas XII. Semoga berhasil.
Lihat lah semangat anak ini. Ia rela datang jauh-jauh dari Bangka ke tanah Jawa untuk menimba ilmu. Ia melewati jarak yang sangat jauh. Bukan hanya parit dan anak sungai namun bukit, ngarai, gunung dan samudera lepas ia arungi. Ia tinggalkan hangatnya Suasana keluarga di Bangka untuk kehidupan Islam di masa depan.
Hebatnya lagi, ia ingin setelah menimba ilmu di tanah Jawa pulang ke kampung halaman. Ia bercerita pesantren-pesantren dan guru-guru yang mengajarkan Islam di Bangka masih sangat jarang. Makanya ia ingin satu saat nanti menjadi seorang yang berguna kepada masyarakat dengan menjadi pemegang pelita Islam di Tanah subur itu.
Bangka dari Lisan Anak Bangka
Ia menggambarkan Tanah Bangka sebagai tanah surga. Apapun ada. Ia tanah yang subur, apapun yang ditanam akan tumbuh cepat dan subur. Itu lah gambaran tanah Bangka yang digambarkan Achmad Afrianto.
Pantai-Pantai Bangka
Sang anak Bangka ini menggambarkan pantai-pantai Bangka dengan sangat menarik. Banyak pantai yang ada di sana memiliki keindahan yang di atas ekspektasi para pecinta wisata pantai. Achmad Afrianto menyebutkan satu persatu pantai-pantai eksotis nan cantik yang ada di sana.
Termasuk yang ia ceritakan adalah Pantai Matras dan Pulau Lengkuas. Ada deretan pantai-pantai lain yang ia sebutkan. Namun maaf saya tidak begitu ingat. Begitulah kiranya bila mendengar satu nama yang asing di telinga terkadang saya susah untuk mengingatnya.
Pantai yang ia jelaskan juga adalah pantai yang ada jembatan kayu yang sengaja disiapkan seperti hendak menyambungkan Bangk ke pulau lain. Ia menyahut itulah kampung saya. Saya bilang padanya saya ingin ke situ. Dengan antusias ia menjawab, “Ayo siap…”
Durian Bangka
Di Salah satu bagian cerita yang mengalir deras dari kawan saya ini adalah tentang durian. Saya yakin di antara kawan semua ada yang suka buah durian. Saya juga yakin di antara anda ada yang termasuk penggemar, maniak, bahkan penggila buah ini. Dan saya juga percaya ada di antara yang tidak suka buah ini seperti Dodi Azwar Undangsah kawan saya … Hallo apa kabar kawan, lama kita tidak jumpa ya, semoga engkau dan keluarga baik-baik selalu…
Anda tahu suhu daerah Bangka kan? Tepat! Kata kang Achmad sebenarnya Bangka bukan beriklim dan bersuhu dingin. “Tapi kenapa durian di sana baik kualitasnya?” mendadak saya bertanya. “Ya karena tanah Bangka masih subur.” Ia menjawab singkat.
Kata beliau rasa durian Bangka itu sangat manis. Dan harumnya buah durian Bangka bisa tercium dari jarak jauh. “Duh mendengar ceritanya saya jadi ngiler, kebayang enaknya buah durian Bangka itu.”
Setiap keluarga di sana selalu menanam pohon durian. Dan di belakang ramah penduduk akan mudah ditemui pohon-pohon durian yang sedap itu. Ini baru tanah Indonesia yang subur makmur. Ya makmur. Kata Albayruni teman saya yang lain saat ia melakukan penelitian di Bangka saat masih mahasiswa ITB, di sana tidak ada orang yang tidak punya mobil. Artinya orang-orang di sana kaya-kaya dong. Kang Achmad mengatakan itu anugerah Allah kepada orang Bangka yang harus disyukuri. Kang Achmad melanjutkan, “bapak saya juga petani, tapi Alhamdulillah kalau Allah sudah menentukan … “
Bukan Hanya Durian Bangka
Cerita kang Achmad semakin menarik saat ia bercerita tentang Rambutan. Bila musim Rambutan tiba maka kita bisa makan sepuasnya tidak usah bayar. Setiap keluarga yang ramahya minta ampun akan menawarkan Rambutan. Dan kita tinggal petik sendiri langsung dari pohonnya. Kalau di Ciwidey ada “Strawberry petik sendiri” sedangkan di Bangka ada “Rambutan petik sendiri”.Dan bukan hanya Rambutan tapi buah-buahan yang lain sangat banyak dan mudah.
Kang Acmad mengatakan “Ada saudara yang datang ke Bangka membawa uang 2 juta, pas pulang uangnya tetap tidak berkurang”. Saya bertanya “kenapa?” Ia menjawab; “Karena makanan banyak, ibu buatin di rumah.” Bagaimana tertarik untuk datang ke Bangka?
Air Pulau Bangka
Sahabat yang baik hati … Ada lagi yang menarik, air di Bangka itu sangat bersih dan jernih. Bila kita menyelam di sungai atau laut maka kedalaman 1 atau 2 meter kita masih bisa terlihat dari daratan. Itu karena sangat jernihnya air di sana. Untuk menangkap ikan sambil menyelam sangat mudah. Mendengar cerita ini saya jadi ingin nyebur di sana sepuasnya, di perairan yang sehat tidak bikin gatal dan kulit berpenyakit. Beda sekali dengan di Jawa yang harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mandi di air jernih dan sehat. Bahkan sampai di kampung sekali pun seperti Cidaun – Cianjur cukup sulit untuk mandi di air jernih dan sehat seperti di perairan Bangka, sungai atau pun laut.
Ikan melimpah di Perairan Bangka
Tadi telah diulas tentang mudahnya mencari ikan di perairan Bangka. Benar sekali. Selain karena airnya yang jernih juga karena di perairan Bangka itu jumlah ikan masih sangat melimpah. Bila ada air luber ke daratan misalnya maka kita tidak akan kesulitan mendapatkan ikan lele dan ikan lain yang terbawa arus sungai. “Duh tinggal mungut saja …”
Bila di sungai dengan menggunakan peralatan sederhana kita sudah bisa dapat ikan banyak. Di balik batu, di dasar sungai, di dalam lubang ikan banyak. Tinggal maunya kita saja. Asal mau dan lekas turun ke sungai dijamin “korang’ wadah ikan akan terisi penuh dengan beraneka jenis ikan yang bergizi, bertekstur, dan bercita rasa tinggi. Bahkan hanya dengan “kokodok” menggunakan tangan kosong kita sudah bisa mendapatkan ikan dan udang yang selalu ada di balik batu … he he
Burung-Burung Cantik di Langit Bangka
Burung selalu menggambarkan jiwa optimis, bercita-cita tinggi, dan indah. Keindahan burung ada pada bentuk, warna, dan kicauannya yang memikat hati. Para pecinta burung sangat tahu tentang ini seperti paman saya Suparman dan seorang kolega Kang Yayat Sudrajat.
Di Bangka masih kata Kang Achmad banyak sekali burung di sana. Kita akan menemukan kedamaian dan keharmonisan antara manusia dan burung di sana. Dua makhluk ini berbagi tempat dengan makhluk-makhluk tuhan yang lain menghiasi tanah dan langit Bangka.
Banyak Suku Bangsa di Tanah Bangka
Ada cerita lucu juga dari lisan Kang Achmad. Tiada lain adalah tentang suku bangsa dan bahasa daerah yang ada di sana. Ternyata beberapa kampung yang berdekatan bisa memiliki adat istiadat yang berbeda.
Yang paling menarik adalah tentang perbedaan bahasa di kampung-kampung terdekat. Kang Achmad bercerita bahwa sering kali ia tidak paham sama sekali pembicaraan orang kampung sebelah padahal jaraknya berdekatan.
Yang paling aneh adalah kosa kata yang digunakan di desa-desa tersebut kebanyakannya berbeda dengan di desa-desa tetangganya. Saat ditanya “kenapa” Kang Achmad tidak bisa menjawab. Itulah keanekaragaman budaya Indonesia yang harus disyukuri.
Pernah suatu saat ada teman Kang Achmad berkunjung. Sudah agak lama ada di rumah Kang Achmad ia sudah cukup paham bahasa Bangka yang ada di lingkungan rumah Kang Achmad. Namun saat ia diajak berkunjung ke teman-teman Kang Achmad ia bilang jadi banyak yang tidak dapat dipahaminya.
Kelezatan Martabak Bangka
Selain pertambangan, Bangka juga terkenal dengan kuliner kue Martabak Bangkanya. Martabak Bangka sangat terkenal di seluruh penjuru tanah air. Di kota-kota besar di Indonesia tidak sulit menemukan martabak Bangka.
Ternyata Martabak Bangka di tempat asalnya memang lebih lezat, itu kata Kang Achmad. Dan katanya lagi lebih murah. Harganya hanya sekitar Rp 7.000 sampai Rp 10.000. Dan tentu yang asli masih ada. Pembakarannya masih dengan arang asli. Tentunya ini akan berpengaruh banyak terhadap kualitas Martabak dan aromanya.
Masih banyak keunikan lain yang ada di kota Bangka. OK di akhir tulisan ini saya ingin sampaikan salam untuk kang Aji yang pernah tinggal bersama kami di Pesantren Nurul Amanah Bandung di bawah asuhan Bpk. Drs. KHR Edi Komarudin, M.Ag. Semoga sehat dan tetap semangat …
Terima kasih
Cerita lengkapnya adalah sebagai berikut;
Saat mengikuti Diklat Tahsin, Tajwid, dan Qiraah Al-Qur’an di Pondok Pesantren Modern Al-Ittihad saya berkenalan dengan seorang anak muda. Sejak awal saya sudah dapat menduga bahwa ia memiliki ghirah atau semangat yang tinggi terhadap Islam.
Nama yang kudengar dari lisannya yang berhias senyuman, langsung saat saya menanyakan namanya, ia menjawab; Achmad Afrianto. Nama yang sangat bagus. Islami dan terdengar sangat bemakna. Nama yang diawali dengan nama seorang nabi akhir zaman, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasaalam.
Afrianto. Apakah anda menduga bahwa ia berasal dari jawa, karena berujung dengan huruf O? Barang kali di antara anda ada yang mengira begitu. Saya sendiri menduga ia berasal dari Jawa Timur. Namun ternyata salah, perkiraan saya jauh melenceng. Ternyata ia berasal dari tanah Bangka sana. Dan ia masih berada di lingkup Negara Republik Indonesia. Memang kebanyakan prasangka itu salah bahkan banyak yang jadi dosa bila prasangka itu dalam hal keyakinan agama.
Ba’da Ashar yang Barakah
Bagian ini ingin saya tulis seperti itu. Alasan saya adalah silaturahim itu barakah dan juga menjemput dan mendatangkan keberkahan yang berlipat ganda. Maka benarlah Rasulullah yang membimbing umatnya untuk selalu menyambung silaturahim. Dan orang yang memutus silaturahim adalah orang yang dilaknat, ia tidak dapat rahmat, jauh dari barakah Allah SWT.
Shalat Ashar Hari Ahad tempo hari saya bermakmum kepada Achmad Afrianto ini, yang saat itu belum saya kenal, siapa dia, orang mana, dan lain-lain. Saya tahu ia masih muda dan saya tidak segan bermakmum padanya. Saya punya keyakinan yang ada di ruangan itu insya Allah baik bacaannya karena ia pengajar atau yang sedang belajar Al-Qur’an. Saya percaya yang mengikuti diklat saat itu adalah orang-orang terpilih dan ahli Qur’an.
Sehabis Shalat kami berbincang. Mulailah ia bercerita tentang asal dan kisah berikutnya. Ia mulai bercerita bahwa ia sedang belajar di Pondok Pesantren Modern Al-Musyarrofah Cinajur. Saya pernah berkunjung ke pesantren itu. Saya juga sempat bertemu dengan Kyai Bukhari yang pondok miliknya tepat berada di belakang Al-Musyarrafah. Saat itu bersama Ustadz Ibay Muslihat saya berkunjng ke rumah Ustadz Ridwan yang ahli pengobatan Islami, bekam, pijat, dan lain-lain.
Tahukah saudara berapa banyak kawan Achmad Afrianto ini dari Bangka? Ya, tepat sekali. Sekarang ia mondok di Al-Musyarafah bersama 17 0rang lainnya. Ia mengkaji ilmu-ilmu Islam dan tentunya menghapal Al-Qur’an. Ia bercita-cita, setelah nanti lulus dari Al-Musyarrafah ia ingin melanjutkan ke Kuningan. Sekarang ia masih duduk di kelas XII. Semoga berhasil.
Lihat lah semangat anak ini. Ia rela datang jauh-jauh dari Bangka ke tanah Jawa untuk menimba ilmu. Ia melewati jarak yang sangat jauh. Bukan hanya parit dan anak sungai namun bukit, ngarai, gunung dan samudera lepas ia arungi. Ia tinggalkan hangatnya Suasana keluarga di Bangka untuk kehidupan Islam di masa depan.
Hebatnya lagi, ia ingin setelah menimba ilmu di tanah Jawa pulang ke kampung halaman. Ia bercerita pesantren-pesantren dan guru-guru yang mengajarkan Islam di Bangka masih sangat jarang. Makanya ia ingin satu saat nanti menjadi seorang yang berguna kepada masyarakat dengan menjadi pemegang pelita Islam di Tanah subur itu.
Bangka dari Lisan Anak Bangka
Ia menggambarkan Tanah Bangka sebagai tanah surga. Apapun ada. Ia tanah yang subur, apapun yang ditanam akan tumbuh cepat dan subur. Itu lah gambaran tanah Bangka yang digambarkan Achmad Afrianto.
Pantai-Pantai Bangka
Sang anak Bangka ini menggambarkan pantai-pantai Bangka dengan sangat menarik. Banyak pantai yang ada di sana memiliki keindahan yang di atas ekspektasi para pecinta wisata pantai. Achmad Afrianto menyebutkan satu persatu pantai-pantai eksotis nan cantik yang ada di sana.
Termasuk yang ia ceritakan adalah Pantai Matras dan Pulau Lengkuas. Ada deretan pantai-pantai lain yang ia sebutkan. Namun maaf saya tidak begitu ingat. Begitulah kiranya bila mendengar satu nama yang asing di telinga terkadang saya susah untuk mengingatnya.
Pantai yang ia jelaskan juga adalah pantai yang ada jembatan kayu yang sengaja disiapkan seperti hendak menyambungkan Bangk ke pulau lain. Ia menyahut itulah kampung saya. Saya bilang padanya saya ingin ke situ. Dengan antusias ia menjawab, “Ayo siap…”
Durian Bangka
Di Salah satu bagian cerita yang mengalir deras dari kawan saya ini adalah tentang durian. Saya yakin di antara kawan semua ada yang suka buah durian. Saya juga yakin di antara anda ada yang termasuk penggemar, maniak, bahkan penggila buah ini. Dan saya juga percaya ada di antara yang tidak suka buah ini seperti Dodi Azwar Undangsah kawan saya … Hallo apa kabar kawan, lama kita tidak jumpa ya, semoga engkau dan keluarga baik-baik selalu…
Anda tahu suhu daerah Bangka kan? Tepat! Kata kang Achmad sebenarnya Bangka bukan beriklim dan bersuhu dingin. “Tapi kenapa durian di sana baik kualitasnya?” mendadak saya bertanya. “Ya karena tanah Bangka masih subur.” Ia menjawab singkat.
Kata beliau rasa durian Bangka itu sangat manis. Dan harumnya buah durian Bangka bisa tercium dari jarak jauh. “Duh mendengar ceritanya saya jadi ngiler, kebayang enaknya buah durian Bangka itu.”
Setiap keluarga di sana selalu menanam pohon durian. Dan di belakang ramah penduduk akan mudah ditemui pohon-pohon durian yang sedap itu. Ini baru tanah Indonesia yang subur makmur. Ya makmur. Kata Albayruni teman saya yang lain saat ia melakukan penelitian di Bangka saat masih mahasiswa ITB, di sana tidak ada orang yang tidak punya mobil. Artinya orang-orang di sana kaya-kaya dong. Kang Achmad mengatakan itu anugerah Allah kepada orang Bangka yang harus disyukuri. Kang Achmad melanjutkan, “bapak saya juga petani, tapi Alhamdulillah kalau Allah sudah menentukan … “
Bukan Hanya Durian Bangka
Cerita kang Achmad semakin menarik saat ia bercerita tentang Rambutan. Bila musim Rambutan tiba maka kita bisa makan sepuasnya tidak usah bayar. Setiap keluarga yang ramahya minta ampun akan menawarkan Rambutan. Dan kita tinggal petik sendiri langsung dari pohonnya. Kalau di Ciwidey ada “Strawberry petik sendiri” sedangkan di Bangka ada “Rambutan petik sendiri”.Dan bukan hanya Rambutan tapi buah-buahan yang lain sangat banyak dan mudah.
Kang Acmad mengatakan “Ada saudara yang datang ke Bangka membawa uang 2 juta, pas pulang uangnya tetap tidak berkurang”. Saya bertanya “kenapa?” Ia menjawab; “Karena makanan banyak, ibu buatin di rumah.” Bagaimana tertarik untuk datang ke Bangka?
Air Pulau Bangka
Sahabat yang baik hati … Ada lagi yang menarik, air di Bangka itu sangat bersih dan jernih. Bila kita menyelam di sungai atau laut maka kedalaman 1 atau 2 meter kita masih bisa terlihat dari daratan. Itu karena sangat jernihnya air di sana. Untuk menangkap ikan sambil menyelam sangat mudah. Mendengar cerita ini saya jadi ingin nyebur di sana sepuasnya, di perairan yang sehat tidak bikin gatal dan kulit berpenyakit. Beda sekali dengan di Jawa yang harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mandi di air jernih dan sehat. Bahkan sampai di kampung sekali pun seperti Cidaun – Cianjur cukup sulit untuk mandi di air jernih dan sehat seperti di perairan Bangka, sungai atau pun laut.
Ikan melimpah di Perairan Bangka
Tadi telah diulas tentang mudahnya mencari ikan di perairan Bangka. Benar sekali. Selain karena airnya yang jernih juga karena di perairan Bangka itu jumlah ikan masih sangat melimpah. Bila ada air luber ke daratan misalnya maka kita tidak akan kesulitan mendapatkan ikan lele dan ikan lain yang terbawa arus sungai. “Duh tinggal mungut saja …”
Bila di sungai dengan menggunakan peralatan sederhana kita sudah bisa dapat ikan banyak. Di balik batu, di dasar sungai, di dalam lubang ikan banyak. Tinggal maunya kita saja. Asal mau dan lekas turun ke sungai dijamin “korang’ wadah ikan akan terisi penuh dengan beraneka jenis ikan yang bergizi, bertekstur, dan bercita rasa tinggi. Bahkan hanya dengan “kokodok” menggunakan tangan kosong kita sudah bisa mendapatkan ikan dan udang yang selalu ada di balik batu … he he
Burung-Burung Cantik di Langit Bangka
Burung selalu menggambarkan jiwa optimis, bercita-cita tinggi, dan indah. Keindahan burung ada pada bentuk, warna, dan kicauannya yang memikat hati. Para pecinta burung sangat tahu tentang ini seperti paman saya Suparman dan seorang kolega Kang Yayat Sudrajat.
Di Bangka masih kata Kang Achmad banyak sekali burung di sana. Kita akan menemukan kedamaian dan keharmonisan antara manusia dan burung di sana. Dua makhluk ini berbagi tempat dengan makhluk-makhluk tuhan yang lain menghiasi tanah dan langit Bangka.
Banyak Suku Bangsa di Tanah Bangka
Ada cerita lucu juga dari lisan Kang Achmad. Tiada lain adalah tentang suku bangsa dan bahasa daerah yang ada di sana. Ternyata beberapa kampung yang berdekatan bisa memiliki adat istiadat yang berbeda.
Yang paling menarik adalah tentang perbedaan bahasa di kampung-kampung terdekat. Kang Achmad bercerita bahwa sering kali ia tidak paham sama sekali pembicaraan orang kampung sebelah padahal jaraknya berdekatan.
Yang paling aneh adalah kosa kata yang digunakan di desa-desa tersebut kebanyakannya berbeda dengan di desa-desa tetangganya. Saat ditanya “kenapa” Kang Achmad tidak bisa menjawab. Itulah keanekaragaman budaya Indonesia yang harus disyukuri.
Pernah suatu saat ada teman Kang Achmad berkunjung. Sudah agak lama ada di rumah Kang Achmad ia sudah cukup paham bahasa Bangka yang ada di lingkungan rumah Kang Achmad. Namun saat ia diajak berkunjung ke teman-teman Kang Achmad ia bilang jadi banyak yang tidak dapat dipahaminya.
Kelezatan Martabak Bangka
Selain pertambangan, Bangka juga terkenal dengan kuliner kue Martabak Bangkanya. Martabak Bangka sangat terkenal di seluruh penjuru tanah air. Di kota-kota besar di Indonesia tidak sulit menemukan martabak Bangka.
Ternyata Martabak Bangka di tempat asalnya memang lebih lezat, itu kata Kang Achmad. Dan katanya lagi lebih murah. Harganya hanya sekitar Rp 7.000 sampai Rp 10.000. Dan tentu yang asli masih ada. Pembakarannya masih dengan arang asli. Tentunya ini akan berpengaruh banyak terhadap kualitas Martabak dan aromanya.
Masih banyak keunikan lain yang ada di kota Bangka. OK di akhir tulisan ini saya ingin sampaikan salam untuk kang Aji yang pernah tinggal bersama kami di Pesantren Nurul Amanah Bandung di bawah asuhan Bpk. Drs. KHR Edi Komarudin, M.Ag. Semoga sehat dan tetap semangat …
Terima kasih