Kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Begitulah kalimat tajam yang ada dalam aturan ketatanegaraan Indonesia. Ia menegaskan kembali Hak Asasi yang tidak boleh dilanggar siapapun. Setiap diri wajib mengupayakan kemerdekaannya. Dan setiap diri tidak boleh sedikit pun mengikis kemerdekaan orang lain.
Setiap orang pasti mempunyai redaksi yang beragam tentang kemerdekaan. Dari mulai yang paling sederhana sampai terperinci dan penuh filosofis. Dan itu merupakan hak setiap individu untuk mengungkapkan citra yang ia dapatkan dalam benaknya tentang satu hal.
Orang Awam pun pasti memiliki redaksi yang menggambarkan makna dari kemerdekaan. Dengan kesederhanaan pengetahuan dan pengalaman, Orang Awam berusaha untuk sekedar menyimpulkan apa yang terserak dalam benaknya. Masa lampau dalam pendidikan, jauh ke masa silam, pusat perhatian bertambah fokus pada satu Surat dalam kitab suci Al-Qur'an. Surat itu adalah Surat Al-Quraisy.
Surat ini berjumlah 4 ayat dan diturunkan di Makkah. Isinya adalah membicarakan tentang kebiasaan hidup Orang Quraisy. Namun begitu, Al-Qur'an tidak sedikit pun kata-kata nya berhambur tanpa bisa diambil hikmah. Selalu banyak hikmah yang ada dalam untaian kisah dan ajaran dalam AlQur'an.
Suku Quraisy zaman dahulu sangat ahli dalam bidang perniagaan. Hingga diantara mereka banyak yang menjadi orang terpandang dan banyak memiliki aset dan harta kekayaan. Mereka berniaga baik di musim panas atau pun musim dingin ke arah utara (Syam) atau ke arah selatan (Yaman). Jangan dikira jauh dan beratnya perjalanan mereka.
Kondisi alam di Jazirah Arab yang kebanyakan gurun dengan bahayanya yang luar biasa. Sengatan suhu panas yang kering, atau udara dingin yang menusuk tulang, serta ancaman badai gurun, binatang buas, perampok, dan tentu ketersesatan sangat nyata menjadi ancaman yang membutuhkan ketangguhan dan pendirian serta keberanian. Pengetahuan akan peradaban masyarakat yang dilalui serta fenomena alam dan perbintangan menjadi sangat diperlukan. Dan tentu saat mereka berniaga tidak bisa dalam kelompok-kelompok kecil. Mereka berangkat membawa serta kafilah dagang dengan jumlah peserta ribuan. Tidak lain, karena dengan bersatu mereka akan punya peluang melewati Jazirah dan gurun dengan Aman. Inilah satu kata pertama; AMAN.
Lantas mengapa mereka (kaum Quraisy) harus pergi jauh menembus gurun dan jazirah yang sangat jauh? Jawabannya adalah karena di negeri mereka tidak tersedia kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Maka caranya adalah mereka harus menukar, menjual dan membeli, dan datang ke wilayah-wilayah yang menghasilkan komoditas-komoditas kebutuhan hidup. Maka kegiatan ini kita simpulkan bahwa kegiatan mereka di dorong oleh satu kebutuhan yang bernama MAKANAN.
Dua Kebutuhan Dasar
Aman dan tersedianya makanan merupakan kebutuhan asasi yang harus dipenuhi oleh manusia. Maka untuk mencari keamanan manusia rela berperang. seolah keduanya menjadi antagonis, berlawanan, dan kontra produktif. namun jelas bahwa berperang adalah dua wajah yang menggambarkan tujuan yang sama. Pada bentuk luarnya perang adalah ketidakamanan. namun pada bagian lain keamanan bisa tegak salah satunya dengan perang.
Untuk memperoleh keamanan manusia harus berjuang. Ada yang lewat bertapa dan menjauhkan diri dari lingkungan yang jahat, ada yang memasang banyak penjaga dan mata-mata, ada yang membangun benteng tinggi atau terkubur di dalam tanah, bahkan ada yang mencari keamanan dengan lari dari medan perang. Beragam cara ini harus dibimbing dan diluruskan dengan ajaran agama agar tepat dan benar.
Maka yang pertama kali wajib diperjuangkan oleh amanusia adalah mencari keamanan kepada Allah SWT. Salah satunya dengan berlindung kepadanya dari keburukan diri sendiri dan makhluk lain. Yang berlindung kepada Allah lebih dari seseorang yang berlindung di dalam benteng atau dibalik tameng baja yang kuat.
Selanjutnya, kebutuhan kedua adalah kebutuhan akan makanan. Bukan hanya orang awam yang membutuhkan yang satu ini. namun juga orang-orang cendikiawan dan kaya raya pun masih juga membutuhkan makanan. Maka berupaya dan bekerja adalah salah satu kewajiban kita sebagai hamba Allah SWT.
Dalam hal mencari makan, setiap orang berbeda cara sesuai bakat dan keterampilan. Manusia harus mendapatkan makanan yang halal dan baik demi kehidupan yang terbaik baginya. Makanan sehat wajib dikonsumsi sebagai tanda syukur dan tanggung jawab atas anugerah selama ini.
Dalam hal mencari makan yang pertama kali wajib diyakini adalah bahwa yang memberi makan itu adalah Allah. Bukan kepintaran dan kecerdasannya semata yang membuat manusia baik pagi, siang, atau pun petang mendapatkan makanan.
Bagi Orang Awam asal aman dan dapat makan, itu sudah cukup. Dan kemerdekaan adalah kebebasan untuk meningkat dari dua kata sederhana itu.