Mengajarkan penggalan-penggalan Ayat Kursi kepada muridku tercinta, Fahmi dan Andri, membuatku menghayati kembali lagi ketauhidan dan keyakinan diri kepa sang maha pencipta, Allah Al-Khaliq. Bait itu terngiang-ngiang menegaskan bahwa memang hanya satu Tuhan saja yang harus disembah, diharapkan, ditakuti, dan diandalkan.
Dengan itu jadilah semuanya luntur bagaikan kotoran yang dicuci dengan detergen anti noda. Semua luruh. Keangkuhan diri sirna dihadapan keagungan sang Maha Agung. Sampai titik ini barulah Orang Awam ini tersadar, bahwa pantas saja dahulu para pemuka Quraisy dan orang-orang yang musyrik memusuhi Nabi yang memproklamirkan kalimat ini.
Dahulu Orang Awam ini tidak mengerti dan sampai sekarang tetap masih banyak yang belum bisa dipahami. Namun Syukur Al-Hamdulillah bahwasannya setitik demi setitik jalan ilmu ditempuh dan hasilnya luar biasa sangat membahagiakan. Orang Awam ini mungkin merasakan bahwa terkadang lidah berucap dan pikiran pun mengiyakan bahwa tiada yang pantas disembah kecuali Allah yang Maha Mulia, Namun tentu sering kali hanya sekedar bumbu dari pembicaraan. Terkadang ada perasaan bahwa Orang Awam ini punya dua kepribadian, yang satu asli dan yang satunya palsu.
Meskipun Orang Awam sedikit tahu bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah ingin eksis dan tidak mau harga dirinya dicampakkan, namun terkadang semua itu hanya menjadi keresahan. Dan sekarang tahu bahwa semua itu, keresahan dan kegelisahan disebabkan karena Orang Awam ini tidak banyak tahu dengan jelas tentang Tuhannya.
Orang Awam yang berotot kuat dan bertulang tegap ini sering kali membanggakan kedigdayan tuang dan dagingnya. Seolah ia mendapatkan kesehatan itu hanya berasal dari dirinya sendiri. Padahal bila ditelisik lebih jeli ternyata kekuayan tubh tidak ada apa-apanya bila di hati tidak bersemayam keimanan. Jangankan membuat orang lain kagum atau takut ahkan ayam pun tidak menghargai orang yang di hatinya banyak penyakit.
Allahu laa ilaaha illa huwa.
Betapa sejuk mendengar dan menghayati kalimat ini. Sampai semua diri ini merunduk. Malu bahwa diri masih mengagungkan yang lain, diam-diam menyembah yang lain, sembunyi-sembunyi ada yang lain. Meski semua tentu tidak diniatkan, namun disadari bahwa semua itu debu yang harus terus dibersihkan. Karena dunia ini indah, dan keindahannya harus dihiasi dengan kebenaran. Debu-debu yang mengotori istananya harus selalu dibersihkan agar taman dan terasnya semakin bersemi. Maka Kalimat ini marilah terus kita bacakan sebagai afirmasi, penerimaan dan penguatan komitmen diri yang sering salah dan lupa.