Untuk meyakinkan orang tidak perlu teriak-teriak. Bukan berarti berteriak dan meninggikan suara itu tidak boleh. Cuma hakikatnya begitu. Kebenaranlah yang membuat suara kita didengar. Dan kelayakan diri untuk di dengar adalah syarat yang kedua.
Kebenaran akan timbul meskipun dipendam ribuan tahun. Ia akan bercahaya hingga gelapnya kebatilan akan berganti dengan terang. Kebenaran yang mengisi relung hati akan memancarkan cahaya dan gelombang yang besar. Ia dengan cepat mengalir menyeruak dan memancar ke segala arah.
Rasulullah sering kali berteriak dan suaranya tinggi. Ketika ia menyampaikan khutbah jum’at yang berisi wasiat taqwa ia meninggikan suaranya, amatanya memerah seolah musuh dan neraka ada di depan matanya hingga jama’ah yang hadir terbawa pesonanya dan sanggup menghadirkan taqwa yang sebenarnya.
Rasulullah juga terkadang melmbutkan suaranya. Ia seolah berbisik namun semua telinga condong ke arahnya dan menyimak seksama untaian mutiara kata yang disampaikannya. Hati yang bersih semakin mencintai kebenaran, dan hati yang terbelah nifak semakin jauh melemparkan dirinya sendiri mencari pegangan lain selain agama Allah.
Keteguhan jiwa yang dimilki Rasulullah tidak menghalanginya berlaku lemah lembut. Jangankan kepada umatnya yang beriman, kepada mereka yang tidak beriman kepadanya namun maun hidup rukun dengannya tetap Rasulullah berlaku lembut kepada mereka. Bahkan ia menjamin keamanan hidup mereka. Siapa saja yang mengganggu mereka maka alkan berhadapan dengan Rasulullah. Ia berani pasang badan untuk melindunginya. Begitu pula, jangankan manusia, hewan pun mendapatkan kasih dan sayangnya. Ia sampaikan tuntunan dalam mencintai hewan, tumbuhan, dan makhlu hidup lain yang ada di sekitar. Jangankan benda yang hidup, makhluk yang tidak bisa pindah pun yang kita bisa menyebutnya makhluk abiotic mendapatkan kasihnya. Karena pada hakikatnya makhluk itu hidup dan bertasbih kepada Allah. Pedang, pelana, tameng dan lain-lain ia namakan dengan nama-nama yang unik, bermakna, dan menyiratkan cinta dan optimism. Fortiter In Re Suavitar In Modo.
Rasulullah … Kelembutan hatinya tidak menghalanginya untuk berlaku tegas. Kalangan orientalis yang tidak mengerti sering kali menganggap ketegasan yang diridhai Allah ini sebagai bentuk penindasan dan melanggar Hak Asasi Manusia. Padahal hak asasi manusia adalah mendapatkan surge dengan syarat ia beribadah kepada Allah dan tidak menserikatkan-Nya. Maka berlaku lemah lembut atau keras patokannya adalah agama. Dan janganlah kita takut celaan dari orang-orang yang suka mencela.
Kebenaran akan timbul meskipun dipendam ribuan tahun. Ia akan bercahaya hingga gelapnya kebatilan akan berganti dengan terang. Kebenaran yang mengisi relung hati akan memancarkan cahaya dan gelombang yang besar. Ia dengan cepat mengalir menyeruak dan memancar ke segala arah.
Rasulullah sering kali berteriak dan suaranya tinggi. Ketika ia menyampaikan khutbah jum’at yang berisi wasiat taqwa ia meninggikan suaranya, amatanya memerah seolah musuh dan neraka ada di depan matanya hingga jama’ah yang hadir terbawa pesonanya dan sanggup menghadirkan taqwa yang sebenarnya.
Rasulullah juga terkadang melmbutkan suaranya. Ia seolah berbisik namun semua telinga condong ke arahnya dan menyimak seksama untaian mutiara kata yang disampaikannya. Hati yang bersih semakin mencintai kebenaran, dan hati yang terbelah nifak semakin jauh melemparkan dirinya sendiri mencari pegangan lain selain agama Allah.
Keteguhan jiwa yang dimilki Rasulullah tidak menghalanginya berlaku lemah lembut. Jangankan kepada umatnya yang beriman, kepada mereka yang tidak beriman kepadanya namun maun hidup rukun dengannya tetap Rasulullah berlaku lembut kepada mereka. Bahkan ia menjamin keamanan hidup mereka. Siapa saja yang mengganggu mereka maka alkan berhadapan dengan Rasulullah. Ia berani pasang badan untuk melindunginya. Begitu pula, jangankan manusia, hewan pun mendapatkan kasih dan sayangnya. Ia sampaikan tuntunan dalam mencintai hewan, tumbuhan, dan makhlu hidup lain yang ada di sekitar. Jangankan benda yang hidup, makhluk yang tidak bisa pindah pun yang kita bisa menyebutnya makhluk abiotic mendapatkan kasihnya. Karena pada hakikatnya makhluk itu hidup dan bertasbih kepada Allah. Pedang, pelana, tameng dan lain-lain ia namakan dengan nama-nama yang unik, bermakna, dan menyiratkan cinta dan optimism. Fortiter In Re Suavitar In Modo.
Rasulullah … Kelembutan hatinya tidak menghalanginya untuk berlaku tegas. Kalangan orientalis yang tidak mengerti sering kali menganggap ketegasan yang diridhai Allah ini sebagai bentuk penindasan dan melanggar Hak Asasi Manusia. Padahal hak asasi manusia adalah mendapatkan surge dengan syarat ia beribadah kepada Allah dan tidak menserikatkan-Nya. Maka berlaku lemah lembut atau keras patokannya adalah agama. Dan janganlah kita takut celaan dari orang-orang yang suka mencela.