Puasa adalah menahan diri dari makan, minum, berhubungan seks. Dalam berpuasa juga kita harus senantiasa tetap menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Bila Allah memerintahkan mentauhidkannya maka kita juga harus berauhid dan tidak menyekutukanNya. Bila Allah memerintahkan para wanita berhijab maka saat Ramadhan perintah ini tetap adanya dan kita tidak boleh melepas hijab. Bila Allah melarang kita ghibah, namimah, fitnah, maka saat Ramdhan pun perintah itu tetap berati kita tidak boleh melakukannya. Dengan ini puasa bukanlah penghalang bagi aktifitas ibadah yang lain. Bahkan amalan-amalan itu bila dilaksanakan pada Bulan Ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya.
Silahkan Baca Juga Kolang Kaling yang Bikin Kangen
Berpuasa berati menahan makan, minum, dan hubungan seks dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari, dari mulai waktu shubuh hingga waktu Maghrib. Allah tidak memerintahkan puasa sepanjang sehari-semalam. Ia hanya memerintahkannya beberapa jam saja. Allah juga tidak memerintahkan puasa sepanjang tahun namun ia hanya memerintahkannya hanya dalam satu bulan saja. Itulah tanda kasih sayang Allah. Bahkan puasa itu sendiri merupakan kenikmatan itu sendiri. Bukankan badan kita akan sehat dengan berpuasa. Bukankah jiwa kita menjadi lebih bersih dengan berpuasa. Karena sejak dahulu kala manusia tahu bahwa dengan berpuasa jiwanya akan lebih peka. Jadi walaupun Allah tidak mewajibkannya manusia akan mewajibkannya bagi dirinya sendiri.
Puasa juga mengajarkan hakikat bahagia. Bahwa kebahagiaan itu akan lebih manis bila diawali dengan perjuangan. Kemenagan yang diraih tanpa bertanding adalah kemenangan yang tidak punya kesan. Kalaupun ada kesannya akan terasa hambar. Bukankah berbuka yang paling nikmat itu setelah puasa seharian. Dan anak-anak pun tahu itu.
Berbuka puasa harus disegerakan. Maka dalam bahasa arab disebut "ta'jil". Dan itulah bentuk nyata dari ajaran Islam yang sesuai fitrah. Islam tidak mengajarkan berlebih-lebihan. Jangan karena ingin lebih dekat dengan Tuhan lantas mengharamkan makan dan minum atau pernikahan.
Mari kita menyimak tuntunan Rasulullah mengenai berbuka puasa;
Silahkan Baca Juga Kolang Kaling yang Bikin Kangen
Berpuasa berati menahan makan, minum, dan hubungan seks dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari, dari mulai waktu shubuh hingga waktu Maghrib. Allah tidak memerintahkan puasa sepanjang sehari-semalam. Ia hanya memerintahkannya beberapa jam saja. Allah juga tidak memerintahkan puasa sepanjang tahun namun ia hanya memerintahkannya hanya dalam satu bulan saja. Itulah tanda kasih sayang Allah. Bahkan puasa itu sendiri merupakan kenikmatan itu sendiri. Bukankan badan kita akan sehat dengan berpuasa. Bukankah jiwa kita menjadi lebih bersih dengan berpuasa. Karena sejak dahulu kala manusia tahu bahwa dengan berpuasa jiwanya akan lebih peka. Jadi walaupun Allah tidak mewajibkannya manusia akan mewajibkannya bagi dirinya sendiri.
Puasa juga mengajarkan hakikat bahagia. Bahwa kebahagiaan itu akan lebih manis bila diawali dengan perjuangan. Kemenagan yang diraih tanpa bertanding adalah kemenangan yang tidak punya kesan. Kalaupun ada kesannya akan terasa hambar. Bukankah berbuka yang paling nikmat itu setelah puasa seharian. Dan anak-anak pun tahu itu.
Berbuka puasa harus disegerakan. Maka dalam bahasa arab disebut "ta'jil". Dan itulah bentuk nyata dari ajaran Islam yang sesuai fitrah. Islam tidak mengajarkan berlebih-lebihan. Jangan karena ingin lebih dekat dengan Tuhan lantas mengharamkan makan dan minum atau pernikahan.
Mari kita menyimak tuntunan Rasulullah mengenai berbuka puasa;
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الفِطْرَ»
Rasulullah bersabda, "Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan bila ia menyegerakan berbuka."
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ، عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ، عَنْ حَفْصَةَ بِنْتِ سِيرِينَ، عَنِ الرَّبَابِ، عَنْ سَلْمَانَ بْنِ عَامِرٍ، عَمِّهَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا، فَلْيُفْطِرْ عَلَى التَّمْرِ، فَإِنْ لَمْ يَجِدِ التَّمْرَ، فَعَلَى الْمَاءِ فَإِنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ»
Artinya, "Bila kalian berpuasa dan hendak berbuka, maka berbukalah dengan kurma, bila tidak ada maka dengan air."
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ، أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ: «كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ، فَعَلَى تَمَرَاتٍ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ»
Artinya, "Rasulullah SAW bila berbulka maka ia berbuka dengan yang basah-basah, bila tidak ada maka dengan beberapa buah kurma, bila tidak ada maka ia berbuka dengan sirup dari air."
Para ulama kemudian menyatakan sangat disukai berbuka dengan yang manis-manis, bila tidak ada kurma mungkin bisa dengan buah-buahan yang lain yang rasanya manis, semacam lengkeng, sawo, manggis dan sebagainya, yang tentunya yang sudah masak dan tidak busuk.
Kita Kembali ke Judul
Bila melihat judul catatan ini, sebenarnya penulis hendak bercerita tentang yang ada sangkut pautnya dengan berbuka. Tadi disampaikan bahwa berbuka itu mustahabb atau disukai dengan yang manis-manis seperti kurma, atau air yang diberi gula.
Maka dalam judul ini saya juga mau berbagi bahwa kita juga bisa berbuka dengan Qomarudin. Nama ini dikenal di Indonesia sebagai nama orang. Dahulu saya perna membaca satu buku tentang G30SPKI yang di dalamnya berisikan cerita perlawanan rakyat Indonesia dari pengaruh komunisme yang memfitnah agama sebagai candu masyarakat. Salah satu tokoh yang ada dalam cerita itu adalah Qomarudin. Ia pahlawan yang gagah berani yang menyerang markas PKI pada jantung pertahanannya. Penulis juga memiliki guru dan teman yang bernama Qomarudin pada ujung namanya. Beliau teramat penulis hormati karena telah membantu penulis mencapai cita-cita selama ini. Baarakallahu fiihimaa ...
Namaun yang kami maksud dalam catatan ini, Komarudin yang ini bukan orang, namun ia adalah makanan yang manis yang disajikan saat ta'jil berbuka puasa. Dalam bahasa kita disebut "Kolak". Orang Sunda menyebutnya "Kolek".
Pertama kali mendengar kata "Qomarudin" berarti "Kolak" itu saat kami sebagai mahasiswa belajar di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Saat itu kami belajar kelompok lewat satu program "Maharah Al Lughah". Nah saat itulah kami mendengar penjelasan dari Dosen Kami yaitu Ibu Siti Sanah, bahwa Qomarudin berarti "Kolak".
Kata "Qomarudin" yang berarti "kolak" itu kembali terdengar saat kami belajar Bahasa Arab di Ma'had Al Imarat Lidirasah Al Lughah Al 'Arabiyah wa Al 'Ulum Al Islamiyah di Bandung. Saat itu kembali dalam beberapa kitab kami membaca lafadz "Qomarudin". Dan para dosen yang sebagain besar Lulusan Timur Tengah dan LIPIA Jakarta memberi penjelasan bahwa "Qomarudin" berarti "Manisan" atau "Kolak".
Demikianlah ... Mari berbuka dengan kurma, atau air, atau bersama qomarudin ... Wallahu a'lamu
Para ulama kemudian menyatakan sangat disukai berbuka dengan yang manis-manis, bila tidak ada kurma mungkin bisa dengan buah-buahan yang lain yang rasanya manis, semacam lengkeng, sawo, manggis dan sebagainya, yang tentunya yang sudah masak dan tidak busuk.
Kita Kembali ke Judul
Bila melihat judul catatan ini, sebenarnya penulis hendak bercerita tentang yang ada sangkut pautnya dengan berbuka. Tadi disampaikan bahwa berbuka itu mustahabb atau disukai dengan yang manis-manis seperti kurma, atau air yang diberi gula.
Maka dalam judul ini saya juga mau berbagi bahwa kita juga bisa berbuka dengan Qomarudin. Nama ini dikenal di Indonesia sebagai nama orang. Dahulu saya perna membaca satu buku tentang G30SPKI yang di dalamnya berisikan cerita perlawanan rakyat Indonesia dari pengaruh komunisme yang memfitnah agama sebagai candu masyarakat. Salah satu tokoh yang ada dalam cerita itu adalah Qomarudin. Ia pahlawan yang gagah berani yang menyerang markas PKI pada jantung pertahanannya. Penulis juga memiliki guru dan teman yang bernama Qomarudin pada ujung namanya. Beliau teramat penulis hormati karena telah membantu penulis mencapai cita-cita selama ini. Baarakallahu fiihimaa ...
Namaun yang kami maksud dalam catatan ini, Komarudin yang ini bukan orang, namun ia adalah makanan yang manis yang disajikan saat ta'jil berbuka puasa. Dalam bahasa kita disebut "Kolak". Orang Sunda menyebutnya "Kolek".
Pertama kali mendengar kata "Qomarudin" berarti "Kolak" itu saat kami sebagai mahasiswa belajar di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Saat itu kami belajar kelompok lewat satu program "Maharah Al Lughah". Nah saat itulah kami mendengar penjelasan dari Dosen Kami yaitu Ibu Siti Sanah, bahwa Qomarudin berarti "Kolak".
Kata "Qomarudin" yang berarti "kolak" itu kembali terdengar saat kami belajar Bahasa Arab di Ma'had Al Imarat Lidirasah Al Lughah Al 'Arabiyah wa Al 'Ulum Al Islamiyah di Bandung. Saat itu kembali dalam beberapa kitab kami membaca lafadz "Qomarudin". Dan para dosen yang sebagain besar Lulusan Timur Tengah dan LIPIA Jakarta memberi penjelasan bahwa "Qomarudin" berarti "Manisan" atau "Kolak".
Demikianlah ... Mari berbuka dengan kurma, atau air, atau bersama qomarudin ... Wallahu a'lamu