sebelum lebih lanjut mencatat, saya menyimak terlebih dahulu sebuah kata-kata dari Al-Manar, "hari ini bagi seseorang dibuatnya berjaya, lain hari bagi seseorang dibuatnya berada dalam kecewa dan merana."
Lagu ini cukup menggambarkan fenomena kehidupan dunia. Ia berubah dengan kecepatan yang tiada tara. Ia juga merupakan medan juang yang menggoda. Harum mewangi dan banyak kesenangan di dalamnya. Inilah sifatnya yang mempesona. Dunia dihiasi dengan keindahan ranjau dan perangkap.
"Masa-masa antaa manusia, bergantian dan tiada merata'. Kalimat ini menyatakan bahwa perubahan, giliran, dan pergantian merupakan sifatnya dunia. Ia akan terus begitu. Dahulu ada bangsa adidaya yag menguasai dunia dan sekarang hanya tinggal kenangan. Timbul dan tenggelam.
Abad-abad kejayaan silih berganti diperebutkan. Abad pertenganhan yang merupakan abad kelam yang menenggelamkan erofa kepada lembah kebodohan. Ia begitu mengharu biru hingga merea tertipu dengan siasat dunia.
Di belhan bumi yang lain, abad pertengahan ini adalah abad kejayaan. Mengenai hal ini Salim A filla sangat baik menjelaskan dalam kalimat-kalimat bernas berikut ini,
"Maka gemuruhlah Makkah dan Madinah oleh lantunan takbir dan madinah ketika sunyi membungkam Roma dan Konstaninopel dalam kekakuan dogma. Maka hangatlah diskusi-diskusi di Bashrah dan Kuffah saat Genoa dan Venesia dihantui inkuisisi. Maka bersinarlah perpustakaan Kairo ketika para dukun komat-kamit di kegelapan Lisabon. Maka gemerlaplah Baghdad oleh lantunan ayat di semarak malam ketika Paris gulita sejak senja dalam takhayul dan mitos. Maka gemerciklah air mancur Damaskus dalam kesucian thaharah ketika para bangsawan di London menganggap mandi adalah aktivitas berbahaya. Maka berdengunglah ayat-ayat Allah menjelang buka puasa dengan sajian kurma, yoghurt, serta buah segar di balkon-balkon pualam Cordoba dan Granada saat Kathedral di Wina dan Bern menutup makan malam dengan pudding darah babi."
Maka dengan ini kalimat dari Al-Manar berikutnya sangat tepat; "Kejayaan di dunia tiada yang abadi, dan tiada lama seraya pergi tiada kembalai." Mari kita meraih kejayaan dengan selalu mentaati Allah swt.
Lagu ini cukup menggambarkan fenomena kehidupan dunia. Ia berubah dengan kecepatan yang tiada tara. Ia juga merupakan medan juang yang menggoda. Harum mewangi dan banyak kesenangan di dalamnya. Inilah sifatnya yang mempesona. Dunia dihiasi dengan keindahan ranjau dan perangkap.
"Masa-masa antaa manusia, bergantian dan tiada merata'. Kalimat ini menyatakan bahwa perubahan, giliran, dan pergantian merupakan sifatnya dunia. Ia akan terus begitu. Dahulu ada bangsa adidaya yag menguasai dunia dan sekarang hanya tinggal kenangan. Timbul dan tenggelam.

Di belhan bumi yang lain, abad pertengahan ini adalah abad kejayaan. Mengenai hal ini Salim A filla sangat baik menjelaskan dalam kalimat-kalimat bernas berikut ini,
"Maka gemuruhlah Makkah dan Madinah oleh lantunan takbir dan madinah ketika sunyi membungkam Roma dan Konstaninopel dalam kekakuan dogma. Maka hangatlah diskusi-diskusi di Bashrah dan Kuffah saat Genoa dan Venesia dihantui inkuisisi. Maka bersinarlah perpustakaan Kairo ketika para dukun komat-kamit di kegelapan Lisabon. Maka gemerlaplah Baghdad oleh lantunan ayat di semarak malam ketika Paris gulita sejak senja dalam takhayul dan mitos. Maka gemerciklah air mancur Damaskus dalam kesucian thaharah ketika para bangsawan di London menganggap mandi adalah aktivitas berbahaya. Maka berdengunglah ayat-ayat Allah menjelang buka puasa dengan sajian kurma, yoghurt, serta buah segar di balkon-balkon pualam Cordoba dan Granada saat Kathedral di Wina dan Bern menutup makan malam dengan pudding darah babi."
Maka dengan ini kalimat dari Al-Manar berikutnya sangat tepat; "Kejayaan di dunia tiada yang abadi, dan tiada lama seraya pergi tiada kembalai." Mari kita meraih kejayaan dengan selalu mentaati Allah swt.