-->

2 Tips Agar Hapalan Al-Quran Kita Tidak Hilang

Dahulu saya hapal bait-bait kitab Alfiyah Ibnu Malik. Sekarang hanya satu atau dua saja yang masih teringat. Dahulu saya juga hapal beberapa surat di juz 29 dan 28 dengan baik. Sekarang hanya beberapa ayat yang sanggup saya hapal. Apakah anda pernah mengalami hal tersebut seperti yang saya alami? Bila demikian berarati kita harus berusaha berjuang kembali untuk menghapalnya dari awal.

Untuk menghapal cepat banyak orang yang bisa melakukannya. Bahkan yang kecerdasannya di bawah rata-rata pun dengan perlakuan khusus sanggup meraihnya. namun untuk membuat hapalan itu tetap kokoh berada dalam ingatan itu perlu ketekunan dan kesabaran yang lebih. Di sini bukan soal cedas atau tidak cerdas. Persoalannya adalah sabar atau tidak sabar.

Catatan ini adalah pengalaman saya saat menghapal Al-Qur'an beberapa saat yang lalu. Dan yang saya rasakan dan menambahkan manfaat yang besar bagi metode lain yang juga dijalani.

Tips #1
Mengulang Hapalan

Ini adalah bagian yang terpenting. Agar hapalan kita tidak cepat hilang maka kita harus tekun muraja'ah atau mengulang hapan. Semakin banyak pengulangan semakin kuat pula hapalan Al-Qur'an kita. Ini terbukti, saat dahulu saya belajar di sekolah dasar dan madrasah diniyah, sebelum pulang kita membaca Surah Al-'Ashr secara berulang. Dan sampai sekarang hapalan itu tidak hilang sama sekali. Kemudian saan mengaji kepada Ustadz Nanang Tajudin kami sebelum mengaji selalau membaca surat-surat pendek dengan baik dari At-Takatsur sampai An-Nas dan sampai sekarang hapalan itu tetap ada dalam ingatan. Satu lagi saat saya di SD ketika upacara bendera hari senin ada pembacaan Pancasila yang diucap ulang oleh para peserta upacara. karena sering diulang akhirnya hapal juga bahkan hingga saat ini.

Ada kisah menarik mengenai mengulang hapalan ini. Saya dapati di sebuah situs internet yaitu www.ahmadzain.com, terkisah Abu Hatim yang sedang mengulang-ulang hapalan satu buah kitab hingga kira-kira mencapai 70 kali. Dalam kisah itu disebutkan ada seorang nenek yang memperhatikan tingkah Abu Hatim itu. Sang nenek akhirnya bertanya, "apakah yang sedang anda lakukan." Abu Hatim menjawab, "saya sedang menghapalkan sebuah buku." Sang nenek melanjutkan pembicaraannya, "tidak usah kau seperti itu, saya saja sudah hapal buku itu hanya dengan mendengarkan hapalanmu." Abu Hatim yang penasaran kemudian berkata, "kalau begitu bolehkah saya mendengarkan hapalan nenek." Mendengar permintaan Abu Hatim sang nenek langsung saja mengeluarkan hapalannya. Dan benar saja ternyata ia memang sudah hapal buku yang dihapalkan berulang-ulang oleh Abu Hati.

Cerita belum selesai, beberapa waktu berlalu, abu Hatim datang lagi ke kediaman sang nenek untuk meminta sang nenek kembali mengulangi hapalan buku yang dulu pernah ia hapal. Ternyata aat itu sang nenek tidak sanggup mengulang hapalannya. Dengan ini dapatlah kita simpulkan bahwa menghapal cepat dengan berbagai metode dan media dapat kita lakukan, namun untuk menjadikan hapalan itu tetap lestari dalam ingatan kita maka kita membutuhkan pengulangan.

Kita harus membaca dan menerapkan cara-cara rasulullah dalam menguatkan hapalannya. Sudah sering kita mendengar bahwa diantara sifat Rasulullah adalah cerdas, Jujur, Amanah, dan Tabligh. Sifat-sifat itu, cerdas salah satunya, adalah modal baginya untuk mamapu menghapal cepat apa yang ia dengar. Namun walaupun begitu Rasulullah tetap mengulang hapalan bersama jibril as.

Murajaah ini dapat dilakukan sendiri atau bersama teman atau guru. Dan saat sendiri usahakan kita memiliki waktu khusus. Dan yang paling saya rasakan sangat besar manfaatnya adalah muraja'ah saat kita melaksanaan shalat sunnah. Bacaan yang tadi kita hapal kemudian diulang saat kita shalat. Bila lulus maka kita boleh melanjutkan kepada ayat atau halaman berikutnya. Dan bila ada lahn atau cacat maka kita kembali mengulang hapalan sampai lulus.

Muraj'aah mandiri juga bisa kita dengan menggunakan media rekaman atau vidio kita sendiri. Lalau setelah itu kita koreksi dengan Mushaf Al-Qr'an. Bila bacaan kita sama dan tanpa salah maka kita lulus dan bila masih ada mogok dan tidak jalan atau tersendat-sendat dan ragu maka kita jangan bosan untuk mengulang kembali.

Muroja'ah mandiri juga dapat kita lakukan dengan menuliskan kembali hapalan kita. Bila hasil tulisan kita sama dengan tulisan yang ada di mushaf maka berarti kita bisa melanjutkan kepada hapalan berikutnya atau kembali mengulang sampai yakin tidak ada yang salah.

Kemudian murajaah juga bisa dilakukan dengan teman sendiri. Ini dalam rangka berpacu dengan waktu atau berlomba-lomba dalam kebaikan. satu sama lain harus saling mendukung dan mendorong. Bila terliat ada kawan yang mulai malas maka berusaha harus menghibur dan menariknya kembali agar bersemangat.

Muraja'aah dengan guru adalah yang terpenting. Hal ini dikarenakan kita harus belajar cara baca dan kapan berhenti dan memulai bacaan. Kemudian guru adalah yang akan meluruskan bila bacaan kita tidak benar.

Tips #2
Mengajarkan Kembali Hapalan Kita

Ilmu dan amal tidak boleh terpisah. Kita menjaga ilmu dengan amal. Bila ilmu tidak diamalkan bisa saja ilmu itu hilang atau krang keberkahannya. Maka dengan ini mengajarkan kembali hapalan Al-Qur'an adalah tips jitu yang akan membuat hapalan kita kokoh.

Dengan ikhlas mengajarkan ilmu yang kita hapal maka ilmu itu akan terjaga. allah akan memberikan tambahan ilmu lagi kepada kita dengan deras. Hal ini karena kita yang mengajarkan akan terus mengulang-ulangnya. Pendengaran dan seluruh panca indera kita akan membantu kuatnya hapalan kita.

Inilah yang dapat dicatat sementara, mari menghapal dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur'an. Semoga Allah memberikan kita kelapangan hati, ketenangan, kecerdasan, dan keberkaan dalam kehidupan kita semua amian...
LihatTutupKomentar