-->

Senyuman, Dzikir dan Do’a

Bila terhalang pada satu amalan maka jangan berhenti ber’amal dan kuatkan niat satu saat nanti bila Allah izinkan amal itu akan dilakukan. Kaidahnya ‘bila tidak bisa kita lakukan semuanya jangan tinggalkan semuanya’. Dalam berkebaikan tidak ada bahasa ‘kadong’ yang didasari putus asa. Misalnya “kadong udah lewat waktu berjama’ahnya ya udah gak usah ke masjid sekalian.”, “kadong majlis udah mau pada bubar ya udah mendingan gak usah datang aja.”

Satu saat Rasulullah saw kedatangan tamu-tamu yang ia sayangi – Beliau sangat sayang kepada umatnya. Tamu-tamu ini bercerita dan mengadu, bahwa orang-orang kaya telah membawa pahala yang besar dengan shalat, puasa dan yang tidak bisa tamu-tamu ini lakukan – yaitu bersedekah dengan kelebihan harta mereka, dan sterusnya. Saat itu dengan senyuman yang penuh kasih sayang Rasulullah saw menjelaskan bahwa dzikir yang dilantunkan, amar ma’ruf yang dilaksanakan, termasuk berhubungan suami-isteri, menjadikan yang tidak bisa melaksanakan sedekah dengan hartanya akan memiliki pahala yang sama bila melakukan semua itu tadi.

Dalam hal menjelaskan shadaqoh ternyata Rasulullah menambahkan penjelasan lain tentangnya. Ternyata mendamaikan orang yang berseteru, membantu menaikan orang ke atas tunggangannya, membawakan dan mengangkat barang bawaan orang ke kendaraan pengangkut, perkataan baik, langkah kaki menuju shalat, dan membuang duri dari jalan semuanya shadaqah. Bagaimana kah bila ditambah shadaqah harta semakin besar pula pahalanya.

Riwayat yang lain menjelaskan bahwa senyuman seseorang kepada saudaranya adalah terhitung shadaqah. Maka ketulusan senyum yang timbul dari hati yang ikhlas akan menurunkan pahala dari Allah. Maka janganlah menampakkan wajh muram, marah, dan cemberut kepada saudara-saudara kita.

Kemudian dari riwayat-riwayat tadi saya – ini pandangan pribadi – berpendapat bahwa semua amalan baik yang berkaitan dengan orang lain terhitung shadaqah. Maka dengan ini saya – wallahua’lam – menyimpulkan berarti berdo’a untuk kebaikan orang lain itu terbilang shaaqah.

Hal ini – mudahmudahan benar – saya mendapati bahwa diri ini belum bisa membalas jasa orang-orang yang bebuat baik kepada saya. Saat teman sudah bisa membangunkan rumah dan belanja unntuk orang tua mereka, bagi yang belum bisa maka jangan berhenti beramal, bantu apa yang bisa dibantu, berdzikir, berdo’a untuk kebaikan mereka, dan selalu senyum kepada mereka.
LihatTutupKomentar