Catatan harian ini buru-buru saya catat karena kalau disimpan agak lama biasanya lupa. Ada perkataan simpel dan sambil ngobrol ringan terlontar dari seorang kakek 60an tahun yang berkunjung ke rumah orang tua saya. Beliau berkata ".... saur sepuh kapungkur mah lamun ka kebon ulah poho melak ... rek melak naon we nu mangpaat ..."
Perkataannya yang santai seperti mencambuk ingatan saya akan tuah dari perkataan itu. Ini memang tugasnya manusia. Ia harus menanam yang baik-baik di duni ini karena yang akan dapat manfaatnya adalah dia dan generasi selanjutnya.
Di dunia ini kita tidak akan bisa lepas dari hukum Tebar - Tuai atau Pengaruh - mEmpengaruhi, aksi dan reaksi. Maka yang harus kita lakukan dalah menanam sebnanyak-banyaknya kebaikan dan jangan menanam keburukan kalau bisa satu butir pun.
Dalam pepatah sunda dikatakan
"Lamun urang melak boteng maka bakal jadi bonteng, lamun urang melak cabe maka bakal jadi cabe, lamun urang melak goreng tangtu bakal jadi goreng, lamun urang melak hade tangtu bakal jadi hade"
Yang paling menakjubkan adalah tuntunan dari rasulullah saw yang mengajarkan kewajiban menanam benih kebajikan. Bila kiamat akan tiba dalam waktu beberapa detik lagi sementara dikepalan tangan kita ada benih maka kita wajib menanam benih itu.
Dengan ini tidak ada kata terlambat untuk berniat baik dan melakukan kebaiakan. Begitu pula tidak ada kebaikan yang kecil selama itu kebaiakn. Karena kebaikan akan berlipat dan berkahnya akan tumbuh berkembang sehingga akan terus mengalir sepanjang generasi. Dan bila perbuatan baik menginspirasi orang lain untuk brrbuat yang seperti itu atau bahkan lebih baik maka pujian untuk pengikut dan penghargaan tertinggi hanya berlaku bagi perintis.
Jangan berhenti berbuat baik. Paerbuatan baik jangan ditunda-tunda. Perbuatan baik harus dilakukan meski harus bersabar menunggu waktu yang pantas. Perbuatan baik akan berbuah baik.