Saya telah mengamati dalam beberapa waktu yang cukup panjang bahwa anak yang tidak ketinggalan Shalat Shubuh kecerdasannya hamper dipastikan berada di atas rata-rata. Pengamatan yang saya lakukan sebenarnya sangat lama. Saya berpikir tentang ini adalah ketika berada pada masa sekolah di Madrasah Al-Holiliyah Swasta di Cidaun – Cianjur. Saat itu banyak siswa yang kepintarannya di atas rata-rata kawan sekelas yang lain.
Saya suka mencari tahu kalau bahasa sekarang “kepo” alias “tetelepek” dan selalu ingin tahu. Tentunya bukan sekedar ingin tahu urusan orang dan mengungkap rahasia orang lain demi keuntungan pribadi. Namun hal ini berdasarkan keinginan untuk menauladani dan dalam rangka berlomba dalam kebaikan.
Yang saya amati ternyata mereka, bila saya harus menyebut nama maka ada nama Husni Mubarok, Ansor Musalam, dan Heri Kuswanto. Pribadi Husni yang ulet, pandai bicara, banyak akal, dan pintar itu ternyata ada rahasianya. Dan untuk urusan cerdas tentu banyak faktornya mengapa ia cerdas.
Kemudian ada Ansor Musalam. Kawan saya ini orangnya pandai berkelakar, pemberani, pandai bergaul, pinter bicar, pandai berdebat dalam diskusi, ceria, dan tentunya cerdas. Dan untuk urusan kecerdasan banyak factor yang bisa didiskusikan.
Bagaimana dengan Heri Kuswanto? Heri ini terkenal pemberani, pandai berbicara, mahir bernegoisasai, leader yang hebat, pandai bergaul, dan tentunya cerdas. Seperti tadi untuk urusan cerdas pasti banyak factor yang mempengaruhinya.
Dari ketiga rekan tersebut saya mengamati mereka tidak pernah ketinggalan Shalat Shubuh meskipun tidak selalu berjama’ah. Dengan ini saya berani mengambil hipotesa bahwa anak yang rajin Shalat Shubuh maka kecerdasannya di atas rata-rata. Dan Hipotesa Kedua adalah Shalat Berjama’ah lebih berpengaruh dalam kecerdasan anak. Kemudian Hipotesa Ketiga adalah Shalat Tahajjud dan Membaca Qur’an akan lebih berpengaruh lagi bagi kecerdasan anak. Dan yang perlu dicatat adalah bahawa semua rangkaian ibadah dalam Islam ada pengaruh besar bagi kecerdasan. Karena Ibadah akan membersihkan hati, pikiran, jiwa dan raga. Dan inilah hipotesa awal saya.
Setelah saya membaca hasil dari penelitian para pakar psikologi, kedokteran, ahli terapi, ahli jiwa, sosiolog, antropolog, dan sejarahwan, saya hamper bisa memastikan bahwa mereka adalah orang yang tidak terlalu lama tidur. Dengan bangun lebih pagi maka tidur akan tidak terlalu lama.
Maih dalam tataran pengamatan, saya mengamati anak-anak yang saya asuh selama di Pesantren Nurul Amanah Bandung dan Pondok Pesantren Najatain. Saya menemukan kejadian serupa. Santri yang selalu berjama’ah Shubuh kecerdasannya di atas rta-rata santri yang lain. Dan Santri yang rajin Tahajjud dan Baca Qur’an setelahnya kecerdasannya lebih dan lebih lagi.
Banyak hal dari pertanyaan mengapa dan apa hubungannya. Saya piker saya belum bisa dan mengaku masih meraba-raba jawabannya. Namun saya akan mencoba menjawab dengan hal-hal yang sederhana saja. Pertama orang yang beribadah adalah dekat dengan Allah yang Maha Memilki segalanya. Bukan hanya kecerdasan yang ia miliki namun seluruh makhluq adalah miliknya. Yang dekat dengan-Nya pasti akan diberinya petunjuk. Kedua, orang yang beribadah Shalat Shubuh telah meraih waktu berkah apalagi bila ia bangun Tahajjud, beristighfar dan membaca Al-Qur’an maka akan mendapatkan banyak keberkahan. Berkahnya Allah tidak selalu diidentikan dengan kemudahan dalam pandangan manusia. Namun keberkahan itu adalah bertambahnya nilai dan timbangan amal kebaikan. Alamat yang jelas dari keberkahan adalah istiqamah dalam ibadah yang terambil dari makana berkah yang berarti kokoh menetap dan berkelanjutan. Melihat Pribadi Rasulullah dalam keberkahan hidupnya tidak jarang Rasulullah saw mendapatka kesulitan-kesulitan di atas musibah orang-orang biasa. Namun semua itu adalah berkah. Karena Rasul dekat dengan Allah dan Istiqamah dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT.
Kemudian udara pagi khususnya Shubuh adalah asupan udara terbaik yang berguna bagi kesehatan. Sedikit gerakan di waktu pagi sangat dianjurkan para dokter. Basuhan pada kulit yang merasakan dinginnya suhu air merupakan repleksi terbaik bagi kesehatan saraf-saraf kulit. Jadi badan akan sehat dan otak akan cerdas jiwa pun akan halus sehingga raga menjadi mudah berbuat amal shalih.
Maka dengan ini mari kita Shalt Shubuh. Lebih baik lagi kalau sebelumya kita Shalat Tahajjud, berdo’a, istighfar hingga menjelang shubuh, lalu setelah shubuh kita isi dengan mmbaca pelajaran agama atau pelajaran umum. Bukankah kita sangat tidak suka melihat orang yang susah bangun dan kita telah punya penilaian bahwa orang yang suah bangun itu lamban dalam bertindak dan mengambil keputusan. Lebih-lebih bagi para pelajar Shalat Shubuh dan ibadah-ibadah dalam islam itu harus penuh disiplin. Bila engkau sangup berdiri lama ketika upacara bendera dengan badan berdiri tegap dan pandangan lurus ke depan sedangkan pengawasmu adalah gurumu manusia seperti dirimu, maka kita harus sanggup berdiri lama dan bergegas ketika adzan berkumandang dan berdiri lama di hadapan inspektur, Pembina, pengawas seluruh alam. Maka kita harus sanggup menahan pegal di badan, menjaga pandangan, menunduk mengarahkan pandangan ke tempat sujud, focus khusyu tidak melamun, dan merendahkan diri di hadapan Allah SWT..
Saya belum bisa panjang lebar untuk menjelaskan tema ini lebih baik, karena diri ini masih belum pantas. Maka teguran dan kritik yang disampaikan denga kelembutan kasih saya persaudaraan Islam sangat saya butuhkan.
Demikianlah upaya ini mohon maaf dan terima kasih.