-->

Menjadi Tengkulak yang Dirindukan

Menjadi Tengkulak yang Dirindukan




Aku membaca banyak keluhan petani. Di media sosial begitu mengkhawatirkan. Semacam penyakit kejiwaan kronis yang perlu diterapi. 

Sebagai anak muda yang hobi bertani aku merasa janggal. Karena yang kutahu petani itu tidak seperti itu. Seharusnya ia enjoy aja dengan mata pencaharian itu.

Petani dikenal sebagai orang-orang sabar dan ikhlas. Aku sering mendapatkan quote dari mereka akan arti sabar dan syukur atas karunia Allah. 

Namun akhir-akhir ini orang-orang sukanya marah-marah dan menyepelekan orang lain. Sepertinya mau menang sendiri. 

Pagi-pagi buta sudah mengeluh. Padahal menurut para guru yang kudengar di pengajian kalau keluhan itu sama sekali tidak berarti untuk kemajuan hidup. Bahkan itu semacam candu dan racun. Semakin sering dilakukan semakin prah puka akibatnya. 


Prologku sangat panjang. Rupanya aku pun sudah terjangkit penyakit mengeluh itu. Aku harus segera menghentikannya. 

Salah satu hal yang dikeluhkan banyak petani adalah soal tengkulak. Mereka membeli hasil panen dari petani dengan harga serendah-rendahnya. Padahal harga aslinya tidak serendah itu. Tidak jarang mereka berbuat curang dengan mengakali timbangan. Sering juga ada tengkulak yang menimbun komoditi untuk ia keluarkan saat barang langka dan harganya tinggi berkali lipat.

Serong terjadi, pstani menjual terong Rp 3.000 per kg lalu oleh tengkilak dijual lagi ke warung. Harga dari warung sudah Rp 8.000. Petani menilai terlalu besar bagi tengkulak mengambil untung. 

Maka mulailah kita sebagai petani belajar ilmu pemasaran. Tidak sukit hanya biasanya malas saja. Dengan menjualnya ke konsumen langsung maka petani dapat harga yang lebih rasionl. 

Kamu yang akan jadi tengkulak jadilah tengkulak yang dirindukan. Mulailah pakai cara-cara beradab agar semuanya ikut senang. 
LihatTutupKomentar