Ada banyak kelakar yang disampaikan dengan santai namun mengena di hati. Persepsi orang akan berbeda-beda saat menyimak sebuah kelakar.
Dalam beberapa hari ini cukup banyak acara ceramah agama Islam yang saya ikuti. Saya selalu menemukan banyak hal yang bisa saya susun menjadi tulisan baru sesuai sudut pandang saya.
Malam minggu yang lalu saya sempat mendengar guru mulia yang ceramah berkata sambil santai dan seperti bercanda, "Pantas tidak kaya, habisnya suka jngkar janji, katanya iyyaka na'budu waiyyaaka nasta'iin, tapi ternyata minta-minta dan ibadah sama yang lain".
Bagi saya itu kena sekali. Dan saya jadi introspeksi diri dengan kelakar ini. Alhamdulillah Allah membuka hati saya hingga mau kembali ke jalur yang benar dan meneliti ulang kwalitas ibadah, doa, dan pergaulan saya.
Kalau anda sakit tentu sudah menjadi kewajiban untuk berusaha mengobatinya. Tapi kita pergi ke dokter begitu saja tanpa doa, bismillah pun lupa dibaca. Saat minum obat tidak juga berdoa memohon kesembuhan kepada Allah.
Padahal dokter itu tidak punya kesembuhan. Bacaan dokter yang paling terkenal adalah semoga lekas sembuh. Bukti kedua adalah dokter juga suka sakit bahkan meninggal dunia.
Obat juga tidak memiliki kesembuhan. Ia adalah alat yang disyariatkan. Buktinya adalah tidak semua orang sembuh dengan obat yang sama.
Soal dokter-dokter ini ada satu lagi kelakar yang pas dan masih saya ingat. Seorang alim (cendikiawan) mengatakan "Manusia itu dipengaruhi oleh pergaulannya". Kenapa dokter rentan terkena penyakit? Karena dalam kesehariannya ia banyak bergaul dengan orang-orang yang sakit dan penyakit.
Kesalahan pertama berawal dari kosa kata. Tempat mengobati orang yang terkena penyakit anda namai rumah sakit. Apa jadinya? Yang datang ke sana bukan sembuh malah tambah parah. Bahkan yang awalnya tidak sakit jadi sakit. Mungkin itu ada pengaruh dari penamaan itu tadi. Tapi kalau diganti jadi rumah sehat maka yang tadinya sakit jadi sehat. Demikian rahasia kata almustasyfa artinya tempat mencari kesembuhan. Betapa agungnya kata-kata yang baik meskioun disampaikan secara kelakar.