“Seandainya Aku tidak ingat akan
tugas yang lain” Begitu kata hatiku berbisik “maka akan kujadikan semuanya
sebagai dzikir kepada Allah SWT.” Aku sangat mensyukuri rasa rindu ini.
Benar-benar gelisah kalau sekejap saja tidak menyebut nama-Nya.
Mungkin akan terdengar aneh di
telingamu wahai kawanku. Aku yang tidak pernah begitu ternyata bisa juga
sepertimu. Maaf bila dulu aku tidak mengerti apa yang kamu rasakan. Derik
langkah jinjitmu dan bunyi pintu yang bergeret serta suara gemericiknya air wudhumu
tidak membuat aku segera beranjak bangun mengikuti langkahmu ke musholla
berkubah biru itu.
Kulihat menjelag shubuh kamu
begitu menikmati suasana hening itu. Tanpa publikasi sama sekali dan tidak ada
orang yang tahu selain kedua mataku ini. Kamu menangis tersedu dan segera kau
hapus air matamu saat aku 10 meter lagi sampai di sampingmu.
Kini Allah menitipkan perasaan
ini padaku. Aku jadi teringat padamu, sahabatku yag paling baik. Tidak habis pikir
aku melihatmu yang dulu gepokan uang transferan orang tuamu itu kamu
bagi-bagikan kepada mahasiswa lain yang kekurangan. Dan aku, alhamdulillah
merasakan hal yang sama. Kerinduan untuk membantu orang sangat membuatku
gelisah akhir-akhir ini. Hanya saja ada beda antara aku dan kamu, semoga Allah
memberikan kekayaan kepadaku dan orang-orang yang berkenan kubantu.
Tepat pukul 3.19 catatan ini aku
tulis. Semata-mata karena ingin menebar semua kebaikan yang aku miliki. Satu
saat nanti akan kubaca kembali sebagai renungan dikala lemah semangatku. Bahwa
aku pernah bahagia saat dekat dengan-Nya. Bahwa dunia begitu indah saat
menceburkan diri ke dalam barisan orang-orang baik. Semoga dengan demikian aku
termasuk dalam kelompok mereka.