-->

Kaya dengan Umrah: Pengalaman dan Hikmah

Saat saya menulis huruf pertama untuk judul artike initerus terng hati saya bergetar. Saya merindukan guru saya yang mulia. Beliu sangat besar jasa-jasanya kepada saya sebesar guru saya yang lain. Semoga Allah meberikan kesehatan dan keberkahan kepada mereka.

Petama kali beliau meminta saya untuk menggantikannya mengisi sebuah kajian di satu majlis ta'lim. Dengan perasaan yang senang namun ada keraguan saya terima titahnya dan berharap keberkahan Allah datang kepada saya. Dan semua nyata terjadi, seorang santri yang malas seperti saya bisa berbicara memberikan nasihat sementara hati saya menangis karena saya belum bisa melakukan amal seperti yang saya katakan dalam pengajian.

Membesarkan hati orang lain adalah kebiasaannya. Ia begitu luwes saat memintaa muridnya mengimami shalat. "Sarip jadi Imam" begitu sat saat ia meminta saya untuk maju menjadi imam. "Sarip hari ini khatib, bapa ada jadwal di masjid lain". Saya bisa khutbah da menyampaikan wasiat taqwa di hadapan jamaah jum'ah yang di antara mereka banyak ilmuwan, ustadz, dan dosen.

Jadilah saya seorang santri yang menjadi guru di tempat saya mengaji. Beliau membesarkan hati saya. Belakangan saya mengerti bahwa yang dilakukannya adalah mencontoh akhlaq Rasulullah saw ... 


Suatu saat Rasulullah meminta Ibnu Mas'ud untuk membacakan Al-Qur'an. Dalam riwayatnya Ibnu Mas'ud menceritakan kepada kita:

وعن ابن مسعود رضي الله عنه قال قال لي النبي صلى الله عليه وسلم اقرأ علي القرآن فقلت يا رسول الله أقرأ عليك وعليك أنزل قال إني أحب أن أسمعه من غيري فقرأت عليه سورة النساء حتى جئت إلى هذه الآية { فكيف إذا جئنا من كل أمة بشهيد وجئنا بك على هؤلاء شهيدا } قال حسبك الآن فالتفت إليه فإذا عيناه تذرفان متفق عليه .

Artinya:

Rasulullah saw bersabda kepadaku: "Bacakanlah Al-Qur'an untukku!" Aku berkata, "Wahai Rasulullah saw, Apakah saya membacanya, sementara ia  diturunkan kepadamu?" Beliau berkata: "Aku senang mendengarnya dari orang selain diriku." .... Alhadits

Hingga tiba saatnya saya dipanggilnya menghadap. Ia mengatakan, "Besok berangkatlah dengan Yudi ke Imigrasi untuk membuat Passport." Saya hampir tidak bisa berbicara. Tapi saya tidak sempat menangis. Baru setelah berada di asrama air mata saya tidak terbendung. Saya bahagia tapi saya sedih belum bisa membalas kebaikannya hingga kini. Semoga Allah yang memberikannya balasan yang terbaik di sisiNya.

Saat melaksanakan umrah itu saya sertakan doa-doa untuk semua keberkahan guru-guru saya. Secara khusus doa untuknya yang selalu mengalir deras hingga kini. Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada guru-guru mulia yang telah menjadi pelita dengan keteladanan, harta, dan pengorbanannya.

Terus terang, saat umrah itu secara khusus tidak ada permintaan ingin kaya. Tapi bagi anda yang menginginkannya bisa anda lakukan dan mintalah kekayaan kepada Allah. Bila sekarang andadalam keadaan kaya, ketahuilah, itu tidak cukup untuk berderma kepada orang sekampung, sedesa sekecamatan, dan seterusnya. Mintalah kaya untuk berderma.

Adakah dalil untuk ini:


وَعَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: «تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ، فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِي الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ».

Artinya:

"Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji mabrur kecuali surga.



Hadits ini sanadnya hasan. Maka mengamalkan hadits ini bisa dibenarkan. Maka jangan ragu untuk umrah dan di hati anda berniat untuk memohon kekayaan kepada Allah SWT.
LihatTutupKomentar