Tahkah anda kalau orang Barat tidak seberuntung orang Timur? Yang saya maksud adalah orang-orang yang ada di belahan dunia Asia yang diasosiasikan sebagai Islam.
Dari mana saya memandang barat itu hingga mendatangkan pertanyaan ini? Saya mendapatkan ini dari hasil perenungan dan dari sejumlah laporan ilmiah yang saya telaah.
Sektar tahun 2004 saya pernah membaca bukunya Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi. Dalam salah satu bukunya ia mengungkapkan, kurang lebih, seperti ini:
"Barat memang telah mampu menjejakkan kaki di bulan, namun mereka tidak tahu sedikitpun siapa dirinya."
Hampanya jiwa banyak membuat mereka mencari makna kehidupan hingga melakukan perjalanan spiritual dan mencoba masuk ke sejumlah aliran kepercayaan dan agama.
Di antara mereka ada yang puas dengan Islam dan menjadi muslimin yang baik. Namun di antara mereka tidak mendapatkan kedamaian yang mereka cari hingga larut dalam minuman, dunia malam, dan kesia-siaan.
Film-film itu bukan menggambarkan kenyataan namun fragmen serta adegan-adegan itu adalah cita-cita mereka yang ingin mengalami hal yang seperti yang ada dalam film-film mereka.
Orang akan bila bahwa mereka adalah orang-orang yang bertanggungjawab. Tapi cara pandang Islam berbeda. Kelakukan itu adalah kelakuan binatang yang mengumbar syahwat tanpa berani menanggung beban.
Celakanya, tidak ada konsep dosa saat mereka melakukan perzinaan. Agama mereka adalah agama materialisme yang mengganggap dunia agama adalah omong kosong belaka.
Saat mereka menyaksikan orang timur mengasuh anak-anak yang banyak mereka bergidik. Sesungguhnya sikap itu lebih menjelaskan bahwa mereka tipis sekali rasa kasih sayangnya.
Orang Timur melihat anak-anak sebagai bunga yang dihapkan dan selalu menjadi penghangat rumah tangga, yang tangisannya memecah kesunyian.
Banyak anak adalah banyak keberkahan namun orang Barat menyebutnya sebagaia kekolotan dan kebodohan.
Saat menyaksikan bayi-bayi lucu itu semua berbahagia. Namun rasa sayang itu tipis sekali bagi bangsa yang mendukung Israel menyembelih anak manusia.
Namun, menjadi seoang ayah atau menjadi seorang ibu bukanlah perkara yang enteng. Ujuan ini mesti disikapi dengan bak dan ilmu yag memadai. Maka janganlah asal-asalan dalam memilih pasangan.
Setiap individu sebaiknya mengetahui ilmu-ilmu apa saja yang harus dimiliki saat mendidik anak-anak. Jangan sampai orang tua polos dari ilmu dan menyerahkan pendidikan pada orang lain.
Tugas ayah bukan hanya memberi biaya namun juga memenuhi ilmu yang ada di kepala anaknya dan menyuburkan keimanan dalam dada anaknya.
Ibu yang baik adalah yang berupaya mendatangkan semua hal yang baik dari saranan dan upaya agar anaknya menjadi anak yang baik, berilmu, dan berguna bagi masyarakat
Dari mana saya memandang barat itu hingga mendatangkan pertanyaan ini? Saya mendapatkan ini dari hasil perenungan dan dari sejumlah laporan ilmiah yang saya telaah.
Sektar tahun 2004 saya pernah membaca bukunya Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi. Dalam salah satu bukunya ia mengungkapkan, kurang lebih, seperti ini:
"Barat memang telah mampu menjejakkan kaki di bulan, namun mereka tidak tahu sedikitpun siapa dirinya."
Hampanya jiwa banyak membuat mereka mencari makna kehidupan hingga melakukan perjalanan spiritual dan mencoba masuk ke sejumlah aliran kepercayaan dan agama.
Di antara mereka ada yang puas dengan Islam dan menjadi muslimin yang baik. Namun di antara mereka tidak mendapatkan kedamaian yang mereka cari hingga larut dalam minuman, dunia malam, dan kesia-siaan.
Tidak Ada Kunjungan Di Hari Tua
Seharusnya hari tua adalah masa-masa menikmati kebersamaan dengan cucu. Namun apa yang terjadi kisah mereka tidak seindah yang ditampilkan dalam berbagai film keluarga ala barat yang selalu menampilkan kehangatan.Film-film itu bukan menggambarkan kenyataan namun fragmen serta adegan-adegan itu adalah cita-cita mereka yang ingin mengalami hal yang seperti yang ada dalam film-film mereka.
Betapa Bahagianya menjadi Orang Tua
Kebanyak orang barat menikah di usia 30 tahun. Ironis memang. Baru menikah dalam usia yang tidak lagi muda padahal mereka telah menikmati hubungan seks sejak usia remaja.Orang akan bila bahwa mereka adalah orang-orang yang bertanggungjawab. Tapi cara pandang Islam berbeda. Kelakukan itu adalah kelakuan binatang yang mengumbar syahwat tanpa berani menanggung beban.
Celakanya, tidak ada konsep dosa saat mereka melakukan perzinaan. Agama mereka adalah agama materialisme yang mengganggap dunia agama adalah omong kosong belaka.
Saat mereka menyaksikan orang timur mengasuh anak-anak yang banyak mereka bergidik. Sesungguhnya sikap itu lebih menjelaskan bahwa mereka tipis sekali rasa kasih sayangnya.
Orang Timur melihat anak-anak sebagai bunga yang dihapkan dan selalu menjadi penghangat rumah tangga, yang tangisannya memecah kesunyian.
Banyak anak adalah banyak keberkahan namun orang Barat menyebutnya sebagaia kekolotan dan kebodohan.
Saat menyaksikan bayi-bayi lucu itu semua berbahagia. Namun rasa sayang itu tipis sekali bagi bangsa yang mendukung Israel menyembelih anak manusia.
Namun, menjadi seoang ayah atau menjadi seorang ibu bukanlah perkara yang enteng. Ujuan ini mesti disikapi dengan bak dan ilmu yag memadai. Maka janganlah asal-asalan dalam memilih pasangan.
Setiap individu sebaiknya mengetahui ilmu-ilmu apa saja yang harus dimiliki saat mendidik anak-anak. Jangan sampai orang tua polos dari ilmu dan menyerahkan pendidikan pada orang lain.
Tugas ayah bukan hanya memberi biaya namun juga memenuhi ilmu yang ada di kepala anaknya dan menyuburkan keimanan dalam dada anaknya.
Ibu yang baik adalah yang berupaya mendatangkan semua hal yang baik dari saranan dan upaya agar anaknya menjadi anak yang baik, berilmu, dan berguna bagi masyarakat