Takutlah kepada Allah bila usia anda samapai ke Ramadhan namun tidak diampuni Allah. Takutnya aya dan anda tidak diterimanya amalan dan tidak diampuni Allah harus lebih besar dari pada ketakutan terhadap apapun.
Bukankah beribadah kepada Allah karena takut itu bagaikan seorang budak? Terserah anda mau menjadi seorang budak, atau seorang pedagang, atau seorang pecinta yang jelas asal semua menghambakan diri kepada Allah maka semuanya selamat. Yang tidak selamat adalah orang yang mencela orang lain sementara ia lupa akan keadaan amalnya sendiri, apakah diterima atau tidak.
Setiap kita memang pantas mencurigai dirinya sendiri. Karena terkadang kita kalah oleh bisikan keinginan nafsu yang yang datang tidak dengan suara keras dan lantang namun dengan kelembutan merayu dan manja.
Bahkan kalau pun kita telah beramal dengan amalan yang banyak bagaikan pasir di sahara atau bagaikan sejumlah bintang di langit namun bukan berarti anda lantas boleh berhenti beramal. bahkan semakin tingkatan anda naik semakin harus ketat pula sikap anda terhadap diri anda sendiri.
Begitulah yang kita lihat pada orang-orang yang sudah tinggi keimanannya. Sering orang mengatakan bahwa seseorang benar-benar mencelakakan dirinya. Padahal yang berbicara tidak tahu bahwa nanti pun kalau tidak saatnya ia akan tahu.
Ada seseorang yang sangat sedikit makan. Lantas ada yang berkomentar; "mengapa kamu mengharamkan yang Allah halalkan?" Orang itu sama sekali bukan mengharamkan yang telah dihalalkan oleh Allah tapi ia membatasi dirinya dari makan terlalu banyak karena ia berpandangan gara-gara banyak makan ia jadi mengantuk.
Setiap kita memang pantas mencurigai dirinya sendiri. Karena terkadang kita kalah oleh bisikan keinginan nafsu yang yang datang tidak dengan suara keras dan lantang namun dengan kelembutan merayu dan manja.
Bahkan kalau pun kita telah beramal dengan amalan yang banyak bagaikan pasir di sahara atau bagaikan sejumlah bintang di langit namun bukan berarti anda lantas boleh berhenti beramal. bahkan semakin tingkatan anda naik semakin harus ketat pula sikap anda terhadap diri anda sendiri.
Begitulah yang kita lihat pada orang-orang yang sudah tinggi keimanannya. Sering orang mengatakan bahwa seseorang benar-benar mencelakakan dirinya. Padahal yang berbicara tidak tahu bahwa nanti pun kalau tidak saatnya ia akan tahu.
Ada seseorang yang sangat sedikit makan. Lantas ada yang berkomentar; "mengapa kamu mengharamkan yang Allah halalkan?" Orang itu sama sekali bukan mengharamkan yang telah dihalalkan oleh Allah tapi ia membatasi dirinya dari makan terlalu banyak karena ia berpandangan gara-gara banyak makan ia jadi mengantuk.