Betapa indahnya gambaran para penulis tentang rumah tangga Nabi SAW. Ada cinta, ada cemburu, yang dibalut dalam ketaatan. Ingin sekali mengikutimu, wahai Nabi, dalam memperlakukan istri dan keluargamu.
Biarlah tulisan ini menjadi curahan hati yang tidak sederhana. Panjang sekali kalu dituliskan namun biarlah singkat saja yang akan saya tuliskan. Saya berharap anda membalas curahan hati saya ini dengan yang lebih baik. Saya tidak pandai tulis menulis apalagi dengan kekayaan pengetahuan dan metodenya. Saya hanya menuliskan apa saja yang saya rasakan dan apa yang saya pikirkan.
Saya mendapati semakin hari saya merasa sangat bodoh dan belum mencapai apa-apa saat ingin berbuat yang terbaik untuk istri saya. Saya harus merelakan hati bahwa saya tidak ada dalam daftar nama suami yang memperlakukan istrinya dengan baik.
Namun keinginan besar ini dan pembelajaran yang terus menerus bisa membuat saya lebih baik dalam berbuat baik kepada istri saya. Pertanyaan awal itu dan yang menggelitik adalah saya ini seorang pemimpin. Kaidahnya pemimpi bukanlah yang dilayani namun yang melayani.
Selama ini mengapa yang lebih dulu malah istri yang bersedia menyiapkan segala keperluan saya. Bandingan dari ini adalah apakah saya juga begitu telatennya kepada istri saya?
Rasanya malu sendiri saya melanjutkan tulisan ini. Namun bukanlah tujuan tulisan ini untuk membuaka aib sendiri. Saya hanya ingin ada juga orang yang berubah dan bisa berbuat yang terbaik untuk istri dan keluarganya.