Kebijakan Impor Menghancurkan Petani. Kami sebagai petan gagal paham akan hal ini. Jangan anggap kami ini bodoh bung. Sejak lama kalian menganggap kami ini orang yang tidak beradab dan tidak berbudaya.
Saat kami masih bingung dengan kondisi pasar yang tidak mendukung kami kalian malah ingin memasukkan barang-barang dari luar padahal itu semua ada pada kami. Kwalitanya pun tidak lebih baik dengan yang ada pada kami.
Baca juga:
Saintis Barat Sebut Pohon Kelor Pohon Ajaib, Apa Sebabnya?
Mengapa kalian tidak membeli saja dari kami dengan harga yang pantas. Bukan malah melirik barang dagangan anak bangsa lain. Setidaknya kalian mendukung kami dengan kebijakan kalian bukan malah menganaktirikan anka kandung sendiri.
Mengapa kalian merasa dan memiliki pikiran tidak cukup uang untuk menelurkan program yang berpihak pada kami. Padahal alokasi program untuk kedaulatan pangan pada Tahun 2015 mencapai Rp.67,3 Triliun kemudian berlanjut pada tahun 2017 mencapai Rp.103,1 Triliun.
Uang dengan jumlah seperti itu besar bung ... !!!
Coba sebutkan apa yang tidak ada pada kami! Bawang merah, bawang putih, beras, garam, jagung, kentang, kedelai, gandum, daging, gula, tepung terigu, semua ada pada kami.
Kami curiga pada kalian sebagai orang pemalas yang enggan bersusah payah. Atau malah kalian berhati singa, penguasa yang berhati serigala, pejabat yang memangsa rakyanya sendiri.
Sebagai petani, kami menghitung uang triliunan itu sangat besar. Alangkah baiknya bila program kedaulatan pangan segera terwujud. Kecurigaan kami wajar bertamabh baila kalin tidak konsisten dengan janji.
Kami heran, bukankah Deptan Tahun 2018 mengalami surplus beras sebanyak 400 ribu ton. Lantas mengapa masih impor. Mau dikasih makan ke ikan paus atau mau dimakan sendiri? Gagal paham.
Kalian malah bersikukuh akan impor 500.000 juta dari Vietnam dan Thailand dan impor garam industri sebanyak 3,7 juta ton dari Australia. Aneh ...
Kami curiga ada permainan di sini. Bukankah banyak berita yang menyatakan bahwa sektor pertanian dikuasai kartel. Kalau sudah begini pantas saja mereka mengobok-obok bidang yang gurih ini.
Tiba-tiba pasokan banyak dan tersedia. Tiba-tiba lenyap di pasaran. Tiba-tiba harga anjlok drastis. Tiba-tiba harga melonjak tajam. Kalau demikian takutlah ada kecelakaan berikutnya. Aa itu? Merajalelanya kembali korupsi.
Hasbunallaah ....
Saat kami masih bingung dengan kondisi pasar yang tidak mendukung kami kalian malah ingin memasukkan barang-barang dari luar padahal itu semua ada pada kami. Kwalitanya pun tidak lebih baik dengan yang ada pada kami.
Baca juga:
Saintis Barat Sebut Pohon Kelor Pohon Ajaib, Apa Sebabnya?
![]() |
Kebijakan Impor, Petani Gagal Paham |
Mengapa kalian tidak membeli saja dari kami dengan harga yang pantas. Bukan malah melirik barang dagangan anak bangsa lain. Setidaknya kalian mendukung kami dengan kebijakan kalian bukan malah menganaktirikan anka kandung sendiri.
Uang dengan jumlah seperti itu besar bung ... !!!
Coba sebutkan apa yang tidak ada pada kami! Bawang merah, bawang putih, beras, garam, jagung, kentang, kedelai, gandum, daging, gula, tepung terigu, semua ada pada kami.
Kami curiga pada kalian sebagai orang pemalas yang enggan bersusah payah. Atau malah kalian berhati singa, penguasa yang berhati serigala, pejabat yang memangsa rakyanya sendiri.
Sebagai petani, kami menghitung uang triliunan itu sangat besar. Alangkah baiknya bila program kedaulatan pangan segera terwujud. Kecurigaan kami wajar bertamabh baila kalin tidak konsisten dengan janji.
Kami heran, bukankah Deptan Tahun 2018 mengalami surplus beras sebanyak 400 ribu ton. Lantas mengapa masih impor. Mau dikasih makan ke ikan paus atau mau dimakan sendiri? Gagal paham.
Kalian malah bersikukuh akan impor 500.000 juta dari Vietnam dan Thailand dan impor garam industri sebanyak 3,7 juta ton dari Australia. Aneh ...
Kami curiga ada permainan di sini. Bukankah banyak berita yang menyatakan bahwa sektor pertanian dikuasai kartel. Kalau sudah begini pantas saja mereka mengobok-obok bidang yang gurih ini.
Tiba-tiba pasokan banyak dan tersedia. Tiba-tiba lenyap di pasaran. Tiba-tiba harga anjlok drastis. Tiba-tiba harga melonjak tajam. Kalau demikian takutlah ada kecelakaan berikutnya. Aa itu? Merajalelanya kembali korupsi.
Hasbunallaah ....