Mimbar itu mengingatkan penulis pada keadaan saat ini. Dulu, semasa anak-anak penulis mendapatkan banyak kesempatan berlatih menggunakan mimbar baik berpidato, membacakan isi berita, atau yang lain.
Dengan Qudrat Allah sekarang mimbar khutbah bisa penulis gunakan. Penulis merasa belum ahli dan tidak ada sedikitpun dalam diri penulis untuk menjadi seorang khatib. Namun saat kepercayaan telah dibebankan pantang bagi penulis untuk surut.
Soal pengetahuan atau keahlian dalam hal ilmu penulis merasa tidak memiliki. Hanya sedikit ilmj dari pesantren dan sekolah yang penulis ketahui. Dari yang sedikit itu pun hanya sedikit yang pantas untuk disampaikan.
Keaadaan yang serba kekurangan mang bukanlah menjadi penghalang bagi seseorang untuk terhalang dari amalan. Selama masih ada kesempatan dan kemauan belajar kekurangan itu masih bisa ditutupi.
Banyak bertanya dan bergaul dengan para ulama yang mendalam ilmu dan akhlaqnya yang baik semoga dangkalnya ilmu bisa tambah mendalam. Begitu pula buruknya akhlaq bisa terus diperbaiki dengan hikmah pergaulan yang baik.
Dengan Qudrat Allah sekarang mimbar khutbah bisa penulis gunakan. Penulis merasa belum ahli dan tidak ada sedikitpun dalam diri penulis untuk menjadi seorang khatib. Namun saat kepercayaan telah dibebankan pantang bagi penulis untuk surut.
![]() |
Sarip Hidayat |
Keaadaan yang serba kekurangan mang bukanlah menjadi penghalang bagi seseorang untuk terhalang dari amalan. Selama masih ada kesempatan dan kemauan belajar kekurangan itu masih bisa ditutupi.
Banyak bertanya dan bergaul dengan para ulama yang mendalam ilmu dan akhlaqnya yang baik semoga dangkalnya ilmu bisa tambah mendalam. Begitu pula buruknya akhlaq bisa terus diperbaiki dengan hikmah pergaulan yang baik.