Sungguh saya mendapati ada orang yang baru tahu satu dua yang ia anggap hadits sudah berani bicara banyak tentang agama. Sebagai orang awam saya merasa itu tidak elok. Karena orang yang tidak memiliki sesuatu tidak akan bisa memberi sesuatu pun kepada orang lain.
Kalau ilmunya hanya baru punya dua potongan yang dianggapnya hadits dan beberapa ayat Al-Qur'an lantas ia bicara banyak lalu itu sumbernya dari mana. Mereka malah berhujjah bahwa dulu pun para sahabat setelah mendengar Al-Qur'an dan pernyataan dari Nabi mereka langsung dakwah.
Perkataan ini sepintas benar. Namun saya menyangsikan argumentasinya. Sayang sekali saya tidak memiliki kapasitas untuk mengetahui benar-tidaknya pernyataan itu. Hanya saja saya berupaya untuk mencari penjelasan. Dan dari beberapa orang alim saya mendengar bahwa sahabat tidak begitu.
Maksud saya para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallami hanya mengatakan yang mereka dengar dari rasulullah SAW baik berupa ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah SAW. Mereka mana berani mengatakan yang tidak mereka dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Kalaupun mereka ingin mengatakan seperti itu, beralasan dari gaya Umar berdakwah, maka satu catatan ingin sekali saya sampaikan. Apa? Yaitu kajilah dulu sampai mendalam apa yang dikatakannya. Karena agama itu bukan hanya memotivasi orang untuk semangat ibadah saja.
Agama Islam ini berdiri di atas ilmu yang menuntut akal untuk memahami alasan-alsan. Setidaknya itu yang saya dengar dan saya tidak salah dengar. Maka mengajilah dahulu, pahamilah dahulu, jangan sampai kami yang awam ini menjadi kebingungan mendengarkan pembicaraan yang simpang siur.
Dalam bahasa suda ada yang disebut bahasa Kirata, artinya dikira-kira supaya jadi nyata. Namun orang beragama dan bercerita tentang agama khususnya Islam tidak bisa seperti motivator yang tidak paham Shahih Bukhari - Muslim.
Mungkin saja pernyataannya memukau dan menggunakan banyak data dan terlihat sangat ilmiah. Namun saya berpandangan itu sama sekali gejala yang tidak menggembirakan. Alasan saya mengatakannya karena ada pergeseran nilai.
Dulu orang sangat senang bila Rassulullah menjelaskan isi Al-Qur'an. Dan Rasulullah menjelaskan dengan menggunakan ayat Al-Qur'an lagi atau dengan penjelasan yang keluar dari kata-katanya sendiri baik melalui hadits Qudsi atau hadits.
Namun orang sekarang berkata agama tidak dari penjelasan ahlinya. Orang dulu mencari-cari agama dalam Al-Qur'an dan hadits-hadit meskipun mereka harus mengarungi samudera, gurun, dan hutan demi satu hadits. Itu yang saya dengar.
Namun orang-orang sekarang tidak begitu tertarik dengan itu. Mereka lebih suka mendengar pejelasan yang kirata itu. Mungkin saja anda pun mendengar mereka beralasan bahwa kita harus mengambil hikmah dari mana pun karena itu barang milik kita yang hilang.
Mungkin mereka lupa dan termasuk yang menuliskan catatan ini bahawa hikamh yang seperti apa yang bisa diambil. Apakah tidak ada pemilihan dan pemilahan. Tidakkah ada perlakuan yang sama seperti yang dilakukan oleh para ulama terhadap hadits-hadits Rasulullah shallahu alaihi wasallam.
Maka dengan ini saya yang merupakan masyarakat di bawah mengharapkan anak-anak orang muslim ini di pertemukan dengan para alim yang mumpuni ilmu agamanya dan bagus akhlaqnya. Agar ketika nanti mereka menggantikan ulama-ulama kita mereka akan berkata dengan hujjah yang kuat dan ilmu yang luas.