Cerita lama tentang pantai yang permai,
Kini seaka terulang.
Dulu,
Ada masyarakat pantai yang mempunyai Nabi,
Musa namanya.
Ia begitu keras keinginannya,
Supaya umatnya menyembah Tuhan bersamanya,
Ia begitu marah saat ajaran Tuhan tidak dipedulikan oleh mereka.
Betapa keras hati orang-orang ini.
Otaknya cerdas tapi hatinya bengkok.
Kecerdasannya hanya untuk memanuipulasi aturan.
Bagi mereka peraturan ada untuk dilanggar.
Ketaatan tidak ada dalam hati mereka.
Kecuali yang menguntungkannya.
Dan sesuai dengan nafsunya.
Hingga suatu hari sebuah aturan pun datang.
Mreka dilarang menangkap ikan di hari sabtu.
Betul mereka tidak menangkapnya di hari itu.
Dan mereka menciptakan alasan yang dibuat-buat.
Buah kecerdasan yang tidak disertai iman.
Begitulah akhirnya.
Bukan hanya merubah jalan hidupnya.
Bahkan turut pula merubahnya berubah wujud.
Wujud barunya terlihat sesuai dengan jiwanya yang selama ini.
Rakus dan ingin menang sendiri.
Menuruti hawa nafsu dan mengenyampingkan akal sehat.
Karena iman adalah akal yang sehat.
Orang yang tidak beriman tidak berakal.
Dan yang tidak berakal adalah wujud mereka sekarang.
Bagaimana fenomena pantai kita sekarang.
Negeri yang kaya dengan garis pantai terpanjang di dunia.
Tepian laut dan samudera yang indah.
Yang membuat santai dan slow seperti di pulau.
Apa yang diperbuat oleh anak-anak manusia di pantai.
Bertafakkur?
Tadabbur?
Tadazakkur?
Tiga aktifitas yang diyakini kurang peminatnya.
Yang anda lihat?
Bukankah ketelanjangan?
Bukankah kejahatan yang menjijikan?
Bukankah bisnis kotor yang melalaikan?
Bukankah nyanyian yang mengalunkan angan-angan kosong?
Bukankah taruhan yang menipu?
Adakah semua di Pantai?
Silahkan jawab . . .
Dan ditemukan jawabannya adalah YA.
Semua perbuatan yang benar-benar nyata terjadi,
Dari dulu ada di Pantai.
Maka kejadiannya akan mirip seperti masa silam.
Air laut akan menunjukkan kepatuhannya kepada Tuhan.
Ia akan menghampiri.
Lalu melompat dengan kecepatan tinggi.
Bukan hanya orang pantai yang dibasahinya.
Semua isi bumi akan dibawa bersama buihnya dengan kerusakan parah.
Sekarang mungkin belum terjadi.
Dan kalau pun sudah terjadi tidak sedikit yang tidak percaya,
Bahwa ia diperintahkan Tuhannya.
Sekarang masih dipercayai sebagai fenomena alam biasa saja.
Sepertinya jawaban itu yang paling tepat.
Dan itu eksak tidak berganti.
Padahal haikat diri saja sama sekali tidak tahu.
Masyarakat pantai dan di mana pun Taqwa harus dilakukan.
Kini seaka terulang.
Dulu,
Ada masyarakat pantai yang mempunyai Nabi,
Musa namanya.
Ia begitu keras keinginannya,
Supaya umatnya menyembah Tuhan bersamanya,
Ia begitu marah saat ajaran Tuhan tidak dipedulikan oleh mereka.
Betapa keras hati orang-orang ini.
Otaknya cerdas tapi hatinya bengkok.
Kecerdasannya hanya untuk memanuipulasi aturan.
Bagi mereka peraturan ada untuk dilanggar.
Ketaatan tidak ada dalam hati mereka.
Kecuali yang menguntungkannya.
Dan sesuai dengan nafsunya.
Hingga suatu hari sebuah aturan pun datang.
Mreka dilarang menangkap ikan di hari sabtu.
Betul mereka tidak menangkapnya di hari itu.
Dan mereka menciptakan alasan yang dibuat-buat.
Buah kecerdasan yang tidak disertai iman.
Begitulah akhirnya.
Bahkan turut pula merubahnya berubah wujud.
Wujud barunya terlihat sesuai dengan jiwanya yang selama ini.
Rakus dan ingin menang sendiri.
Menuruti hawa nafsu dan mengenyampingkan akal sehat.
Karena iman adalah akal yang sehat.
Orang yang tidak beriman tidak berakal.
Dan yang tidak berakal adalah wujud mereka sekarang.
Bagaimana fenomena pantai kita sekarang.
Negeri yang kaya dengan garis pantai terpanjang di dunia.
Tepian laut dan samudera yang indah.
Yang membuat santai dan slow seperti di pulau.
Apa yang diperbuat oleh anak-anak manusia di pantai.
Bertafakkur?
Tadabbur?
Tadazakkur?
Tiga aktifitas yang diyakini kurang peminatnya.
Yang anda lihat?
Bukankah ketelanjangan?
Bukankah kejahatan yang menjijikan?
Bukankah bisnis kotor yang melalaikan?
Bukankah taruhan yang menipu?
Adakah semua di Pantai?
Silahkan jawab . . .
Dan ditemukan jawabannya adalah YA.
Semua perbuatan yang benar-benar nyata terjadi,
Dari dulu ada di Pantai.
Maka kejadiannya akan mirip seperti masa silam.
Air laut akan menunjukkan kepatuhannya kepada Tuhan.
Ia akan menghampiri.
Lalu melompat dengan kecepatan tinggi.
Bukan hanya orang pantai yang dibasahinya.
Semua isi bumi akan dibawa bersama buihnya dengan kerusakan parah.
Sekarang mungkin belum terjadi.
Dan kalau pun sudah terjadi tidak sedikit yang tidak percaya,
Bahwa ia diperintahkan Tuhannya.
Sekarang masih dipercayai sebagai fenomena alam biasa saja.
Sepertinya jawaban itu yang paling tepat.
Dan itu eksak tidak berganti.
Padahal haikat diri saja sama sekali tidak tahu.
Masyarakat pantai dan di mana pun Taqwa harus dilakukan.
![]() |
أملي الجنة |