Sandal atau sepatu tidak boleh di bawa ke dalam masjid. Kecuali bila anda tidak tahu. Mengenai hal ini saya teringat dengan kejadian unik, lucu, dan aneh pada zaman Rasulullah SAW. Bahwa saat beliau ada di masjid mendadak ada orang yang masuk masjid sambil menunggang kuda.
Orang tadi masuk masjid sambil teriak-teriak memanggil nama Muhammad dan bertanya-tanya dimana Muhammad. Keanehannya tidak berhenti sampai di situ ia mendadak membuka celana dan ia kencing di masjid.
Melihat kejadian itu para sahabat hampir saja berbuat sesuatu bila tidak dilarang Rasulullah SAW. Dan beliau menenangkan para sahabat dan meminta mereka untuk melihat apa selanjutnya yang akan terjadi dan apa maksud dari orang itu.
Setelah orang tadi memuaskan hajatnya lalu ia bertanya dengan pertanyaan yang tadi dilontarkannya, dimana Muhammad. Dengan agungnya Rasulullah SAW menjawabnya dengan akhlaq terindah, saya Muhammad.
Orang itu menoleh dan mengarahkan pandangannya kepada Nabi. Dengan lekat ia memandangi wajah mulia Nabi dan ia sangat terpesona dan begitu menikmatinya. Ada warna yang berbeda yang terpancar dari wajah orang itu.Ia datang bergegas dan merangkul Nabi lalu bersaksi bahwa di beriman kepada Rasulullah dan semua yang dibawanya (Islam).
Sekarang pada zaman moderen yang identik dengan rapi, tertata, bersih, dan cepat, dan selamat, canggih. Maka saat masuk ke masjid rapihkanlah sandal Anda dan bereskanlah. Buatlah sandal itu berbaris menghadap ke arah jalan.
Ustadz Yusuf Mansur mengatakan, bahwa orang lain tidak tahu apa yang terjadi di dlam masjid. Tapi sandal itu terlihat dari luar. Maka bila sandalnya rapi tentu akan sangat menarik dan dapat menjadi cermin suasana kejiwaan dan karakter orang-orang yang ada di dalam masjid (muslimin).
Begitu lah orang lain tidak akan tahu Islam dengan sebaik-baiknya bila pengamalan Islam kita yang ditampilkan tidak baik. Citra yang akan ditangkap oleh mereka adalah citra yang tidak baik bila penampilan kita pun tidak baik.
![]() |
Shaffan Shaffan |
Orang bijak mengatakan bahwa kita jangan menempatkan diri kita di posisi tertuduh atau setidaknya orang lain menyimpan sesuatu citra buruk terhadap kita gara-gara kita tidak bertindak tepat meskipun di hati kita tidak ada sedikitpun kekeruhan hati dan kebusukan niat.