Saat menginjakkan kaki di Bumi Bandung tepatnya di Rumahnya Bapak Heru dan Ibu Siti Sanah (Dosen di Jurusan Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Dajati Bandung), Kami diajak berkenalan oleh Guru kami sekaligus saudara saya, yaitu Bapak Apipudin S.Ag. yang kini gelarnya jadi M.Pd.I setelah lulus di Program S2 UNINUS Bandung, Berkenalan dengan seorang dosen yang tampan, tinggi, putih, dan tampak makmur, sehat dan baik hati.
Sebelumnya kami dikasih tahu oleh kakak Henri Gunawan Lubis bahwa nanti kami akan tinggal bersamanya di Pesantren Nurul Amanah yang diasuh oleh dosen yang tampan itu tadi. Nama beliau adalah Drs. KH R Edi Komarudin M.Ag.
Mengenang Ayah
Yang akan dikenang saat ini adalah mertuanya, yakni Bapak Haji E. Rahmat. Beliau adalah guru kami, tokoh masyarakat, dan sesepuh Pondok Pesantren Nurul Amanah di Bandung.
Yang terkenang dari Ayah, demikian kami menyebutnya, adalah ketegasan, kecerdasan, kebaikan, dan kedermawanan. Kemudian ditambah satu lagi sikap penuh kasih dan sayang kepada sesama.
Yang Saya Ingat
Saya masih ingat bahwa ayah berperawakan tinggi besar dan kekar. Puteranya, Bapak asep Sadudin almarhum, sering menceritakan bagaimana ayah saat muda. Dan saya ingat bahwa beliau mampu mengangkat barble besar berpuluh-puluh kali sementara saat kami mencoba mengangkatnya barble itu tidak bergeser sedikit pun. Hanya Heri Kuswanto dan Henri Gunawan Lubis yang bisa mengangkatnya beberapa kali.
Ayah itu orangnya tegas. kalau bicara ia blak-blakan meskipun sering kali suka menyindir, apalagi kalau santri telat turun ke masjid saat dipanggil mengaji.
Ayah itu sangat cerdas, dahulu ia termasuk santri yang cedas dan sangat dihormati. Kalau beliau mengajar kami mengaji beliau tidak pernah membuka kitab, kosa kata Bahasa Arab telah ia hapal, hanya beberapa kata tertentu yang membutuhhkan kamus untuk sekedar mendekatkan pemahaman.
Beliau sangat welas asih. Bila ada orang yang kesusahan maka ayah akan cepat membantu. Santri-antri sangat tahu itu. Dan ayah sukses mengajarkan ini kepada keluarganya. Sungguh luar biasa.
Allahummaghfir lahu warhamhu wa'afihi wa'fu 'anhu ...
Sebelumnya kami dikasih tahu oleh kakak Henri Gunawan Lubis bahwa nanti kami akan tinggal bersamanya di Pesantren Nurul Amanah yang diasuh oleh dosen yang tampan itu tadi. Nama beliau adalah Drs. KH R Edi Komarudin M.Ag.
Mengenang Ayah
Yang akan dikenang saat ini adalah mertuanya, yakni Bapak Haji E. Rahmat. Beliau adalah guru kami, tokoh masyarakat, dan sesepuh Pondok Pesantren Nurul Amanah di Bandung.
Yang terkenang dari Ayah, demikian kami menyebutnya, adalah ketegasan, kecerdasan, kebaikan, dan kedermawanan. Kemudian ditambah satu lagi sikap penuh kasih dan sayang kepada sesama.
Yang Saya Ingat
Saya masih ingat bahwa ayah berperawakan tinggi besar dan kekar. Puteranya, Bapak asep Sadudin almarhum, sering menceritakan bagaimana ayah saat muda. Dan saya ingat bahwa beliau mampu mengangkat barble besar berpuluh-puluh kali sementara saat kami mencoba mengangkatnya barble itu tidak bergeser sedikit pun. Hanya Heri Kuswanto dan Henri Gunawan Lubis yang bisa mengangkatnya beberapa kali.
Ayah itu orangnya tegas. kalau bicara ia blak-blakan meskipun sering kali suka menyindir, apalagi kalau santri telat turun ke masjid saat dipanggil mengaji.
Ayah itu sangat cerdas, dahulu ia termasuk santri yang cedas dan sangat dihormati. Kalau beliau mengajar kami mengaji beliau tidak pernah membuka kitab, kosa kata Bahasa Arab telah ia hapal, hanya beberapa kata tertentu yang membutuhhkan kamus untuk sekedar mendekatkan pemahaman.
Beliau sangat welas asih. Bila ada orang yang kesusahan maka ayah akan cepat membantu. Santri-antri sangat tahu itu. Dan ayah sukses mengajarkan ini kepada keluarganya. Sungguh luar biasa.
Allahummaghfir lahu warhamhu wa'afihi wa'fu 'anhu ...