Dunia ini adalah tempat beramal. Ia baik bila digunakan untuk beribadah. Dan ia menjadi buruk bila menjauhkan kita dari Allah. Sementara kebaikan semuanya dari Allah. Dan keburukan bukanlah darinya. Maka baik dan buruk selalu ada di dunia. Dan hanya Allah saja yang Maha Baik dan Maha Benar.
Ada perkataan yang dinilai buruk bahkan paling keji di dunia ini. Yang dimaksud adalah mengatakan atau menuduh munafik kepada seorang muslim. Kata ini teramat kotor. Karena sejatinya orang yang dikatakan munafik adalah orang yang derajatnya paling rendah dari binatang.
Dalam bahasa sehari-hari, orang Indonesia menerapkan istilah "bermuka dua" bagi munafik ini. Sungguh ini merupakan hal yang tidak ada di dunia hewan. Manusia yang berpura-pura dan mengaku beriman dengan lisannya sementara hatinya berpaling dari kebenaran.
Agama mengajarkan agar kita berhati-hati menggunakan kata munafik untuk disematkan kepada orang lain. Apalagi diketahui bahwa yang dikatakan munafik itu masih bersama-sama dengan masyarakat muslim dan menjalankan syi'ar-syi'ar agama.
Teladan dari rasulullah saw yang sangat berhati-hati untuk menyematkan kata munafik kepada orang lain kecuali bila ada pemberitaan dari Allah bahwa seseorang itu munafik. Bahkan yang disebutkan munafik oleh Allah Rasulullah masih berkenan meminta permohonan ampun untuknya.
Kehati-hatian dalam menyematkan kata munafik kepada orang lain harus dilakukan. Bila ia memang munafik tetap saja kita tidak berhak menyebut kata itu padanya kecuali ia benar-benar seperti itu, tentunya dengan pengamatan yang lama dan mendalam. Dan bila ia tidak demikian maka kata itulah yang akan kembali kepada orang yang menyebutnya.
Bila teladan dari Rasulullah saw dan para sahabatnya seperti di atas, maka seharusnya kita bisa mengontrol diri agar tidak cepat-cepat menyebut seseorang sebagai munafik. Kalau pun benar ia memiliki ciri-ciri sebagai seorang munafik, tetap saja bila kata ini dikatakan kepadanya hanya akan menorehkan luka hati. Yang mengucapkannya mungkin tidak tahu, apakah karena ucapan itu seseorang jadi susah tidur, sesak dadanya karena menahan marah dan sakit hati. Tentu ini tidak baik bagi keharmonisan di masyarakat.
Kata pepatah orang tua "lidah tak bertulang". Maka dengan ini teramat mudah mengucapkan satu ucapan keji yang menyakitkan sementara yang mengucapkannya tidak tahu bahwa ada orang yang menahan sakit selama masa dan kurun yang lama. Bila tidak disertai iman yang kuat maka akan timbul penyakit hati yang sangat berbahaya dan tindakan yang merugikan.
Diantara bahaya dari perkataan keji itu adalah remuknya perasaan orang lain. Bila dengan sebab perkataan ini hidupnya menjadi sengsara, siangnya menjadi himpunan ratapan dan malamnya kumpulan kesedihan sementara selera makan dan tidur terganggu dan kesehatan menurun, ini tentu dosa yang bertumpuk bagi pengucapnya.
Kemudian penyakit hati yang lain adalah timbul rasa dendam. Ia ingin membalas seseorang yang telah menyebutnya munafik. Dengan ini timbul perilaku tajassus atau mencari-cari kesalahan orang lain. Tentu ini sangat tidak nyaman dalam hubungan antar sesama.
Perilaku yang ditimbulkan dari rasa sakit hati adalah sikap apatis. Seseorang yang merasa kehormatannya telah dihinakan akan merasa tidak perlu lagi peduli kepada orang yang tidak punya tenggang rasa. Ia tidak akan menghiraukannya lagi dalam keadaan apa pun.
Sikap lain yang timbul adalah gaya perilaku yang menunjukkan menyengaja melakukan sikap seperti munafik dihadapan orang yang menyebutnya munafik. Ini dilakukan semata-mata karena ia merasa terlanjur telah disebut munafik. Ini tentu perilaku yang tidak baik. Bila seseorang melakukan hal buruk hanya karena merasa terlanjur dikatakan munafik maka tentu kesalahan itu sedikit banyak akan menyematkan kita dalam kita hitam para pendosa. Ini karena setidaknya perbuatan kita ada andil di sana.
Sikap buruk yang lain adalah timbulnya sikap frontal dan mengedepankan permusuhan yang abadi hingga memakan waktu yang panjang. Keharmonisan akan hilang dan suasana akan terasa tidak nyaman. Bila tidak dibendung, sikap ini hanya akan menimbulkan perkelahian bahkan pertumpahan darah.
Maka teladan dari orang-orang mulia yang sangat hati-hati agar tidak menyakiti hati orang-orang yang menganut agama lain, maka tentu sikap ini harus diterapkan kepada orang-orang yang beriman dan masih pula menjalankan syi'ar-syi'ar agama.
Empat Tanda Orang Munafik
Sekurang-kurangnya ada tiga tanda orang munafik yang kita kenal. Pertama bila berkata selalu berdusta. Kedua bila berjanji selalu ingkar. Ketiga bila dititipi amanat ia berkhianat. Dan satu lagi tanda orang munafik adalah bila berseteru ia akan berkhianat atau melakukan kecurangan.
Inilah tanda-tanda orang munafik. Bila ada seseorang yang melakukan semua ini berarti ia telah ada sifat munafik dalam dirinya. namun tetap saja tidak boleh seseorang menamainya sebagai munafik apalagi dengan menuliskannya dengan huruf huruf KAPITAL.
Ada perkataan yang dinilai buruk bahkan paling keji di dunia ini. Yang dimaksud adalah mengatakan atau menuduh munafik kepada seorang muslim. Kata ini teramat kotor. Karena sejatinya orang yang dikatakan munafik adalah orang yang derajatnya paling rendah dari binatang.
Dalam bahasa sehari-hari, orang Indonesia menerapkan istilah "bermuka dua" bagi munafik ini. Sungguh ini merupakan hal yang tidak ada di dunia hewan. Manusia yang berpura-pura dan mengaku beriman dengan lisannya sementara hatinya berpaling dari kebenaran.
Agama mengajarkan agar kita berhati-hati menggunakan kata munafik untuk disematkan kepada orang lain. Apalagi diketahui bahwa yang dikatakan munafik itu masih bersama-sama dengan masyarakat muslim dan menjalankan syi'ar-syi'ar agama.
Teladan dari rasulullah saw yang sangat berhati-hati untuk menyematkan kata munafik kepada orang lain kecuali bila ada pemberitaan dari Allah bahwa seseorang itu munafik. Bahkan yang disebutkan munafik oleh Allah Rasulullah masih berkenan meminta permohonan ampun untuknya.
Kehati-hatian dalam menyematkan kata munafik kepada orang lain harus dilakukan. Bila ia memang munafik tetap saja kita tidak berhak menyebut kata itu padanya kecuali ia benar-benar seperti itu, tentunya dengan pengamatan yang lama dan mendalam. Dan bila ia tidak demikian maka kata itulah yang akan kembali kepada orang yang menyebutnya.
Bila teladan dari Rasulullah saw dan para sahabatnya seperti di atas, maka seharusnya kita bisa mengontrol diri agar tidak cepat-cepat menyebut seseorang sebagai munafik. Kalau pun benar ia memiliki ciri-ciri sebagai seorang munafik, tetap saja bila kata ini dikatakan kepadanya hanya akan menorehkan luka hati. Yang mengucapkannya mungkin tidak tahu, apakah karena ucapan itu seseorang jadi susah tidur, sesak dadanya karena menahan marah dan sakit hati. Tentu ini tidak baik bagi keharmonisan di masyarakat.
Kata pepatah orang tua "lidah tak bertulang". Maka dengan ini teramat mudah mengucapkan satu ucapan keji yang menyakitkan sementara yang mengucapkannya tidak tahu bahwa ada orang yang menahan sakit selama masa dan kurun yang lama. Bila tidak disertai iman yang kuat maka akan timbul penyakit hati yang sangat berbahaya dan tindakan yang merugikan.
Diantara bahaya dari perkataan keji itu adalah remuknya perasaan orang lain. Bila dengan sebab perkataan ini hidupnya menjadi sengsara, siangnya menjadi himpunan ratapan dan malamnya kumpulan kesedihan sementara selera makan dan tidur terganggu dan kesehatan menurun, ini tentu dosa yang bertumpuk bagi pengucapnya.
Kemudian penyakit hati yang lain adalah timbul rasa dendam. Ia ingin membalas seseorang yang telah menyebutnya munafik. Dengan ini timbul perilaku tajassus atau mencari-cari kesalahan orang lain. Tentu ini sangat tidak nyaman dalam hubungan antar sesama.
Perilaku yang ditimbulkan dari rasa sakit hati adalah sikap apatis. Seseorang yang merasa kehormatannya telah dihinakan akan merasa tidak perlu lagi peduli kepada orang yang tidak punya tenggang rasa. Ia tidak akan menghiraukannya lagi dalam keadaan apa pun.
Sikap lain yang timbul adalah gaya perilaku yang menunjukkan menyengaja melakukan sikap seperti munafik dihadapan orang yang menyebutnya munafik. Ini dilakukan semata-mata karena ia merasa terlanjur telah disebut munafik. Ini tentu perilaku yang tidak baik. Bila seseorang melakukan hal buruk hanya karena merasa terlanjur dikatakan munafik maka tentu kesalahan itu sedikit banyak akan menyematkan kita dalam kita hitam para pendosa. Ini karena setidaknya perbuatan kita ada andil di sana.
Sikap buruk yang lain adalah timbulnya sikap frontal dan mengedepankan permusuhan yang abadi hingga memakan waktu yang panjang. Keharmonisan akan hilang dan suasana akan terasa tidak nyaman. Bila tidak dibendung, sikap ini hanya akan menimbulkan perkelahian bahkan pertumpahan darah.
Maka teladan dari orang-orang mulia yang sangat hati-hati agar tidak menyakiti hati orang-orang yang menganut agama lain, maka tentu sikap ini harus diterapkan kepada orang-orang yang beriman dan masih pula menjalankan syi'ar-syi'ar agama.
Empat Tanda Orang Munafik
Sekurang-kurangnya ada tiga tanda orang munafik yang kita kenal. Pertama bila berkata selalu berdusta. Kedua bila berjanji selalu ingkar. Ketiga bila dititipi amanat ia berkhianat. Dan satu lagi tanda orang munafik adalah bila berseteru ia akan berkhianat atau melakukan kecurangan.
Inilah tanda-tanda orang munafik. Bila ada seseorang yang melakukan semua ini berarti ia telah ada sifat munafik dalam dirinya. namun tetap saja tidak boleh seseorang menamainya sebagai munafik apalagi dengan menuliskannya dengan huruf huruf KAPITAL.