-->

Ipsa Scientia Potestas Est

Maha Benar Allah yang memerintahkan kepada manusia untuk membaca. “IQRA … !” adalah kalimat pertama yang begitu agung. Ia meminta manusia untuk memperhatikan, meneliti, merenungi, menghayati, mempelajari dan kata-kata lain yang ada dalam lingkup kata Iqra ini.

Dalam ratusan ayat Allah membawa alam pikiran manusia untuk merenungi keagungan-Nya. Dari makhluk yang kecil sampai makhluk yang paling besar diceritakan sebagai bahan mendekatkan diri kepaa-Nya. Di dalam A-Qur’an Allah swt mendorong manusia untuk menggunakan pikiran semaksimal munglkin. Bahkan untuk beribadah kepada-Nya harus berdasarkan ilmu. Dan agama yang diridhainya disampaikan dengan ilmu dan argumentasi yang jelas. Jauh sebelum manusia menyadari arti pentingnya ilmu, terlebih dahulu Allah telah mengetengahkan perintah dan penjelasan akan arti penting dari ilmu. Dengan berbagai redaksi, diksi, penekanan, intensi yang khas dan yang tidak tertandingi. Maka ugkapan Ipsa Scientia Potestas Est yang bermakna ilmu adalah kekuatan merupakan bentuk penghargaan peradaban lain terhadap Ilmu, dan Islam sangat intensif mengajarkan berbagai hal yang berkaitan dengan ini.

Kemudian dalam mengkaji kehidupan Rasulullah, kita akan juga mendapati bahwa nabi yang ummiy ini sangat concern terhadap ilmu. Ajaran Al-Qur’an yang ia sama-sama amalkan dengan para sahabat telah merubah masyarakat manusia di seluruh dunia menjadi masyarakat yang mengenal Allah dan agamanya dengan berdasarkan ilmu dan argumentasi yang jelas. Sabda Nabi yang mendorong manusia untuk mendapatkan ilmu terlalu banyak untuk disebutkan. Ungkapan Rasulullah lebih luas dan dalam. UngkapanIpsa Scientia Potestas Est telah pula rassulullah nyatakan dalam berbagai sabdanya. Bahkan perihidup Rasululah dan para sahabatnya adalah perihidup ilmu itu sendiri.

Lalu telah maklum pula bagaimana semangat para sahabat rasulullah dalam menuntut ilmu. Ada di sana seorang sahabat bernama Abu Hurairah yang nempel terus dengan Nabi. Ia bersemanagat untuk menyerap apapun dari Rasulullah. Ada juga sahabat yang saking semangatnya menuntut ilmu hingga melakukan pembagian tugas dengan tetangganya untuk menuntut ilmu bersama Rasulullah. Bila ia sedang ada keperluan keluar maka tetangganya itu yang menuntut ilmu dengan Nabi. Bila ia telah pulang dari keperluannya maka ia langsung menanyakan hasil ilmu yang didapatkan oleh tetangganya itu lalu kemudian mengamalkannya. Begitu terus selanjutnya.

Dalam sejarah kita juga mencatat bahwa para pengikit Rasulullah lalu kemudian para ulama mengikuti jejak para pendahulu mereka. Hingga kemudian telah disuse buku-buku besar ang bersifat ensiklopedi ilmu. Sampai sekarang penulis artikel ini suka masih tertegun kalau melihat kitab Fath al-Bari yang berjilid-jilid. Luar biasa, belum ada computer, informasi yang di dapat harus dengan usaha yang panjang dan melelahkan, mencari satu keterangan atau informasi ilmu harus menempuh perjalanan berbulan-bulan, alat tulis masih pena tradisional, tintanya pun begitu adanya. Lalu ilmu macam apakah yang ada di hati dan dikepala mereka hingga mewujud dalam kitab-kitab besar yang bagaikan butiran mutiara. Kenapa mereka bisa begitu luar biasa seolah ilmunya tidak akan pernah habis, sementara yang menulis artikel ini baru hendak memulai tulisan tapi kata pertama saja sudah membuat isi kepala terasa habis tak bersisa. Subhanallah …. Kehidupan ulama membenarkan bahwa ilmu adalah kekuatan;Ipsa Scientia Potestas Est.

Dapat lah kita meniru mereka yang telah lebih dahulu menyadari dan mengerjakan tuntunan Tuhannya. Marilah kita tingkatkan kesadaran dan semangat kita untuk mendapatkan ilmu dan mengamalkannya. Peradaban yang akan kita bangun adalah peradaban yang kuat dengan landasan ilmu. Karena ilmu adalah kekuatan; Ipsa Scientia Potestas Est.

LihatTutupKomentar