Tulisan ini merupakan bentuk penghormatan untuk seorang kawan. Namanya Dadang Komarudin, S.Pd.I, S.Pd. Ia memegang dua gelar akademis di dua Institusi Pendidikan yang cukup ternama di Bandung, UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Universitas Nusantara (UNINUS).
Pertama kali berjumpa saat ia mengunjungi Nurul Amanah untuk nyantri. Sejak saat itu saya tahu dia anak baik dan tulus. Maka sebagai santri yang lebih dahulu darinya tinggal di pesantren saya sangat gembira dapat kawan baru yang baik hati.
Gayana yang sederhana dan sangat serius bila mendengarkan curhatan orang. Ia sangat suka memberikan solusi cerdas bila ada yang sedang bingung. Ia orangnya penolong dan suka berbagi. Wajahnya ikhlas dan suka tersenyum.
Saat harus pulang pergi ke toko buku atau kemana pun ia selalu bersedia mengantar. Saat skripsi harus dirampungkan ia membantu dengan gantian mengetik dan menemani berlama-lama di rental komputer.
Saat Ini Pun Begitu
Belum lama saya kembali merasakan kebaikannya yang tulus. Saya diantar dan ditemani ke tempat pembelian kartu undangan pernikahanku. Di sana saya membeli sekali souvenir dan perlengkapan lainnya.
Saat panas terik tengah hari semakin terasa menyengat kami menyusuri jalan hingga ke Pagarsih. Saya berkata, "sudah sering kita panas-panasan Dang ... Kita harus punya mobil biar tidak kepanaan." Ia kembali terbahak dan mengaminkan.
Selama dibonceng olehnya kami terus berbincang. Kebanyakan tentang pengalaman hidup yang penuh dengan teka-teki. Tahu0tahu kita gagal. Dan di waktu yang lain seperti kebetulan dapat untung besar.
Di Rumah Makan Padang
Kami berbicara tentang apapun terutama yang menyangkut kehidupan. Kini Dadang sudah berpisah dengan isteri dan punya anak satu darinya. Ia nmakan anaknya dengan Hilman. Semoga anak ini benar-benar sanun dan penyantun dan malu bila tidak menyantuni.
Saya bicara, sekarang kita makan di Rumah Padang Indonesia. Suatu saat nanti kita harus makan di Rumah Padang yang ada di Australia. Mendengar perkataan saya ia tertawa. Ia sangat ingin bisa sekolah ke luar negeri. Ia akan mengambil kursus Bahasa Inggris. Semoga.
Tentang Anak
Umurnya memang jauh di bawah saya, namun kedewasaannya jauh di atas saya. Ia begitu berbeda dalam cara pandang tentang hidup dibanding dulu. Ia pun pernah mengakui bahwa anak telah mengubah orientasi hidupnya.
Benar sekali, sekarang yang ada dipikirannya adalah mendidik anaknya dengan sebaik mungkin. Ia bekerja dan berusaha adalah untunya. Bahkan bila nanti ia beristri lagi maka ia harus mempertimbangkan kebaikan anaknya.
Saya belum merasakan punya anak, dan saya belum juga merasakan bagaimana orientasi seseorang menjadi lebih berdaya saat ada anak. Namun dari itu semua setidaknya saya bisa mengambil pelajaran berharga, Terima Kasih Mang Dadang
Pertama kali berjumpa saat ia mengunjungi Nurul Amanah untuk nyantri. Sejak saat itu saya tahu dia anak baik dan tulus. Maka sebagai santri yang lebih dahulu darinya tinggal di pesantren saya sangat gembira dapat kawan baru yang baik hati.
Gayana yang sederhana dan sangat serius bila mendengarkan curhatan orang. Ia sangat suka memberikan solusi cerdas bila ada yang sedang bingung. Ia orangnya penolong dan suka berbagi. Wajahnya ikhlas dan suka tersenyum.
Saat harus pulang pergi ke toko buku atau kemana pun ia selalu bersedia mengantar. Saat skripsi harus dirampungkan ia membantu dengan gantian mengetik dan menemani berlama-lama di rental komputer.
Saat Ini Pun Begitu
Belum lama saya kembali merasakan kebaikannya yang tulus. Saya diantar dan ditemani ke tempat pembelian kartu undangan pernikahanku. Di sana saya membeli sekali souvenir dan perlengkapan lainnya.
Saat panas terik tengah hari semakin terasa menyengat kami menyusuri jalan hingga ke Pagarsih. Saya berkata, "sudah sering kita panas-panasan Dang ... Kita harus punya mobil biar tidak kepanaan." Ia kembali terbahak dan mengaminkan.
Selama dibonceng olehnya kami terus berbincang. Kebanyakan tentang pengalaman hidup yang penuh dengan teka-teki. Tahu0tahu kita gagal. Dan di waktu yang lain seperti kebetulan dapat untung besar.
Di Rumah Makan Padang
Kami berbicara tentang apapun terutama yang menyangkut kehidupan. Kini Dadang sudah berpisah dengan isteri dan punya anak satu darinya. Ia nmakan anaknya dengan Hilman. Semoga anak ini benar-benar sanun dan penyantun dan malu bila tidak menyantuni.
Saya bicara, sekarang kita makan di Rumah Padang Indonesia. Suatu saat nanti kita harus makan di Rumah Padang yang ada di Australia. Mendengar perkataan saya ia tertawa. Ia sangat ingin bisa sekolah ke luar negeri. Ia akan mengambil kursus Bahasa Inggris. Semoga.
Tentang Anak
Umurnya memang jauh di bawah saya, namun kedewasaannya jauh di atas saya. Ia begitu berbeda dalam cara pandang tentang hidup dibanding dulu. Ia pun pernah mengakui bahwa anak telah mengubah orientasi hidupnya.
Benar sekali, sekarang yang ada dipikirannya adalah mendidik anaknya dengan sebaik mungkin. Ia bekerja dan berusaha adalah untunya. Bahkan bila nanti ia beristri lagi maka ia harus mempertimbangkan kebaikan anaknya.
Saya belum merasakan punya anak, dan saya belum juga merasakan bagaimana orientasi seseorang menjadi lebih berdaya saat ada anak. Namun dari itu semua setidaknya saya bisa mengambil pelajaran berharga, Terima Kasih Mang Dadang