-->

Quon Vadis Sarip Hidayat, Saat Iman Sudah Hampir Punah

Kalau hidup tanpa iman emang akan ribet. Segala-gala masalah hidup akan terasa berat. Belum lagi tuntutan zaman yang menuntut setiap orang untuk cepat tanggap dan cekatan semakin membuat tekanan darah menjadi tidak terkendali. Rasa-rasanya segala yang namanya urat-uratn terasa tegang. Dari ujung rambut hingga ujung kakai semua menjadi terbebani.

Pupusnya harapan bila satu maksud tidak kesampaian. Penolakan halus begitu terasa menyakitkan. Nasihat yang dilakukan empat mata dan sembunyi-sembunyi pun masih terasa kasar hingga terasa menghujam ke ulu hati. Serasa semua pihak datang untuk mencibir dan melemahkan kemampuan. Terasa diri terpojok di sudut dunia yang sumpek dan sempit.

Saat Iman redup atau bahkan hilang cahanya, dunia terasa gelap meski diterangi dengan seribu bulan dan sejuta bintang ditambah dengan gemerlap lampu dunia, obor sang musafir, atau kelap-kelip lampu nelayan di tengah samudera, atau cahaya gesekan dua batu alam suku anak dalam. Semua cahaya dari Kitab, Hadits, kata pujangga, atau nasihat ayah bunda dan alim ulama dan cerdik cendikia, semua tidak mampu menerangi pijakan akal menapaki alur-alur pikiran yang nyata. Semua gelap hingga mata hati tidak mampu memandang hingga mamapu menghadirkan makna.

Iman yang mati tidak mampu merasakana apa-apa. Jerit, tangis, canda tawa, semua berlalu begitu saja tanpa ada dasar dan maksud yang dituju. Semua berlalu seolah semua memang harus berlalu tanpa menghadirkan makna. Hantaman peringatan keras atau sepoi bisik nasihat tidak akan mampu membuatnya bangkit meraih cita, karena jangankan harapan untuk bangkit dianya sendiri sudah tak tahu hidupnya untuk apa.

Kehilangan iman adalah musibah yang paling besar. Tidak ada pedoman dan sasaran. Pedoman yang rusak ini hanya akan membuat orang yang membawanya kerepotan. Dan saat ia tersadar ternyata ia telah berada dititik terjauh dari sasaran dan tujuan. Ia bukan hanya berada di persimpangan jalan namun ia tengah berada di belantara yang terlihat tiada jalan sama sekali. Ia tersesat jauh.

Mari memperbaharui iman kepada Allah agar selamat sampai pulau impian.
LihatTutupKomentar