Suara Indah bagaikan seruling Sunda atau seruling musik Melayu atau India sangat diidamkan orang. Meskipun untuk bernyani orang tidak perlu-perlu banget punya suara merdu. Bahkan zaman sekarang ini tidak melulu dinomor satukan yang punya suara merdu. Karena apapun dapat menjadi potensi yang bagus bila yang punyanya sadar dan bisa mengolahnya.
Satu kata yang ingin sampaikan dalam catatan ini. "GURAH". Satu kata itu ada hubungannya dengan pengalaman pribadi yang sangat hobi bernyanyi dan tilawah Qur'an. Ini terjadi saat saya mengaji kepada Paman saya dan saat saya belajar mengaji di Pesantren Nurul Amanah Kota Bandung.
Baca juga: Kesalahan yang Dilakukan Oleh Orang yang Berjerawat
Saya pernah melakukan gurah untuk kemerduan suara "katanya" pertama kali saat mengaji kepada Paman saya, Ust Sobarudin. Kala itu ami sebagai santri mengumpulkan aneka bahan-bahan yang akan kami rebus nantinya. Diantaranya ada Kunyit kuning besar, Daun Saga, daun Sirih, daun, sereh, Kencur, Lempuyang, Jahe, dan temulawak. Bahan-bahan itu kemudian direbus hingga volume air menjadi hanya satu liter saja. Kemudian air ini didinginkan dan dibiarkan semalam. Kemudian saat shubuh kami selesai Shalat kami langsung meminumnya per orang satu gelas.
Khasiatnya sangat terasa, pernafasan menjadi ringan, lendir yang ada di sekitar tenggorokan menjadi bersih, serta suara menjadi ringan dan mampu mengeluarkan suara yang tinggi. Walaupun rasanya tidak enak namun ramuan ini sangat berkhasiat.
Kedua kalinya saya bersama kawan-kawan santri, melakukan gurah saat kami mondok di Pesantren Nurul Amanah Kota Bandung. Saat itu kami mengundang seorang yang ahli gurah dari Padalarang ke Pondok. Dan kami bersiap. Mula-mula kami diminta terlentang dan sesaat kemudian dengan cepatnya satu per satu ke dalam lubang hidung kami dimasukkan cairan yang luar biasa kami merasakan deritanya. Hal itu karena cairan itu serasa membuat otak kami terbakar, hingga kami hampir tak kuasa menahan rasa sakitnya. Air mata sudah tak kuat kami bendung dan mengalir seketika.
Satu jam lebih kami kemudian telungkup di atas meja-meja kecil Raudhatul Athfal Nurul Amanah. Kami menunduk menghadap ke bawah yang telah tersedia ember kecil sebagai alas untuk ingus kami yang keluar dengan kentalnya. Warna ingus itu menghitam dan katanya kotoran dari saluran pernapasan kami dibersihkan.
Setelah melakukan itu kami dilarang memakan makanan yang keras. Kami harus makan nasi namun harus dikunyah sampai lembut. kami disarankan tidak makan bubur. Alasannya karena kebiasaan kami kalau makan bubur adalah langsung telan saja. Padahal itu berbahaya karena buburnya tidak bercampur secara sempurna dengan liur.
Selama tiga hari kami pun tidak boleh mengeluarkan suara yang keras. Itu katanya karena saluran pernafasan kami sedang iritasi dan lecet di dalamnya. Maka kami sangat hati-hati dalam menjaga suara kami.
Setelah 3 hari kami baru boleh bersuara keras. Terasa suara lebih ringan dan agak membesar. Dan menyimak pembicaraan kawan kami dalam candaan mereka, ternyata tidak semua praktek ini berhasil. Bahkan saya katakan ini sangat berbahaya untuk kesehatan organ pernafasan kita.
Adakah Gurah yang Aman
Yang ingin saya bagikan dalam catatan ini adalah satu gurah yang sering saya lakukan. Tips ini pertama kali disampaikan oleh guru tilawah kami, Bapak D. Wajihadin. Beliau yang pertama kali mengajarkan saya tata cara membaca Al-Qur'an dengan variasi lagu yang baik. Dan termasuk pula beliau memberitahukan tips agar suara merdu dan nafas panjang. selain cara-cara lain salah satunya cara ini.
Langsung saja beliau menyebutkan untuk rajin menghirup air melewati hidung. Dalam bahasa fiqih ada yang disebut "istinsyaq". Cara hampir sama dengan istinsyaq. Beliau memang tidak menamakannnya dengan gurah. Namun karena praktiknya saa dengan gurah hanya saja menggunakan media yang berbeda, maka dala catatan ini saya menyebutnya "gurah air".
Caranya, bagi pemula ciduklah air satu cidukan tangan, Kemudian siapkan nafas lalu kita hirup perlahan air yang ada dalam telapak tangan kita. Sensansinya adalah terasa ada yang mendesak ke bagian otak dengan suhu yang kita rasakan panas. Beberapa kali mungkin kita akan merasakan sakit di bagian kepala. bagaikan kita lagi belajar menyelam lalu ke dalam rongga hidung kita ada air yang masuk, itu kan terasa panas di bagian kepala, dan biasanya kalau sakitnya agak lama maka air mata akan bercucuran. Sesaat kemudian dari rongga hidung kita akan keluar cairan ingus yang menuntut untuk dikeluarkan. Terus saja keluarkan dan tunggulah sampai 10 menit. Setelah itu kita akan mendapati bahwa suara kita menjadi ringan dan pernafasan menjadi panjang.
alam tahap lanjut kita bisa menggunakan satu gelas kecil atau besar. Kemudian kita meminum air itu dengan mengunakan hidung kita. Kegiatan ini lebih aman dari pada metode gurah yang kedua.
Memiliki suara indah tentu menyenangkan. Gunakanlah untuk syiar agama Allah!
Demikianlah selamat mencoba.
Satu kata yang ingin sampaikan dalam catatan ini. "GURAH". Satu kata itu ada hubungannya dengan pengalaman pribadi yang sangat hobi bernyanyi dan tilawah Qur'an. Ini terjadi saat saya mengaji kepada Paman saya dan saat saya belajar mengaji di Pesantren Nurul Amanah Kota Bandung.
Baca juga: Kesalahan yang Dilakukan Oleh Orang yang Berjerawat
Saya pernah melakukan gurah untuk kemerduan suara "katanya" pertama kali saat mengaji kepada Paman saya, Ust Sobarudin. Kala itu ami sebagai santri mengumpulkan aneka bahan-bahan yang akan kami rebus nantinya. Diantaranya ada Kunyit kuning besar, Daun Saga, daun Sirih, daun, sereh, Kencur, Lempuyang, Jahe, dan temulawak. Bahan-bahan itu kemudian direbus hingga volume air menjadi hanya satu liter saja. Kemudian air ini didinginkan dan dibiarkan semalam. Kemudian saat shubuh kami selesai Shalat kami langsung meminumnya per orang satu gelas.
Khasiatnya sangat terasa, pernafasan menjadi ringan, lendir yang ada di sekitar tenggorokan menjadi bersih, serta suara menjadi ringan dan mampu mengeluarkan suara yang tinggi. Walaupun rasanya tidak enak namun ramuan ini sangat berkhasiat.
Kedua kalinya saya bersama kawan-kawan santri, melakukan gurah saat kami mondok di Pesantren Nurul Amanah Kota Bandung. Saat itu kami mengundang seorang yang ahli gurah dari Padalarang ke Pondok. Dan kami bersiap. Mula-mula kami diminta terlentang dan sesaat kemudian dengan cepatnya satu per satu ke dalam lubang hidung kami dimasukkan cairan yang luar biasa kami merasakan deritanya. Hal itu karena cairan itu serasa membuat otak kami terbakar, hingga kami hampir tak kuasa menahan rasa sakitnya. Air mata sudah tak kuat kami bendung dan mengalir seketika.
Satu jam lebih kami kemudian telungkup di atas meja-meja kecil Raudhatul Athfal Nurul Amanah. Kami menunduk menghadap ke bawah yang telah tersedia ember kecil sebagai alas untuk ingus kami yang keluar dengan kentalnya. Warna ingus itu menghitam dan katanya kotoran dari saluran pernapasan kami dibersihkan.
Setelah melakukan itu kami dilarang memakan makanan yang keras. Kami harus makan nasi namun harus dikunyah sampai lembut. kami disarankan tidak makan bubur. Alasannya karena kebiasaan kami kalau makan bubur adalah langsung telan saja. Padahal itu berbahaya karena buburnya tidak bercampur secara sempurna dengan liur.
Selama tiga hari kami pun tidak boleh mengeluarkan suara yang keras. Itu katanya karena saluran pernafasan kami sedang iritasi dan lecet di dalamnya. Maka kami sangat hati-hati dalam menjaga suara kami.
Setelah 3 hari kami baru boleh bersuara keras. Terasa suara lebih ringan dan agak membesar. Dan menyimak pembicaraan kawan kami dalam candaan mereka, ternyata tidak semua praktek ini berhasil. Bahkan saya katakan ini sangat berbahaya untuk kesehatan organ pernafasan kita.
Adakah Gurah yang Aman
Yang ingin saya bagikan dalam catatan ini adalah satu gurah yang sering saya lakukan. Tips ini pertama kali disampaikan oleh guru tilawah kami, Bapak D. Wajihadin. Beliau yang pertama kali mengajarkan saya tata cara membaca Al-Qur'an dengan variasi lagu yang baik. Dan termasuk pula beliau memberitahukan tips agar suara merdu dan nafas panjang. selain cara-cara lain salah satunya cara ini.
Langsung saja beliau menyebutkan untuk rajin menghirup air melewati hidung. Dalam bahasa fiqih ada yang disebut "istinsyaq". Cara hampir sama dengan istinsyaq. Beliau memang tidak menamakannnya dengan gurah. Namun karena praktiknya saa dengan gurah hanya saja menggunakan media yang berbeda, maka dala catatan ini saya menyebutnya "gurah air".
Caranya, bagi pemula ciduklah air satu cidukan tangan, Kemudian siapkan nafas lalu kita hirup perlahan air yang ada dalam telapak tangan kita. Sensansinya adalah terasa ada yang mendesak ke bagian otak dengan suhu yang kita rasakan panas. Beberapa kali mungkin kita akan merasakan sakit di bagian kepala. bagaikan kita lagi belajar menyelam lalu ke dalam rongga hidung kita ada air yang masuk, itu kan terasa panas di bagian kepala, dan biasanya kalau sakitnya agak lama maka air mata akan bercucuran. Sesaat kemudian dari rongga hidung kita akan keluar cairan ingus yang menuntut untuk dikeluarkan. Terus saja keluarkan dan tunggulah sampai 10 menit. Setelah itu kita akan mendapati bahwa suara kita menjadi ringan dan pernafasan menjadi panjang.
alam tahap lanjut kita bisa menggunakan satu gelas kecil atau besar. Kemudian kita meminum air itu dengan mengunakan hidung kita. Kegiatan ini lebih aman dari pada metode gurah yang kedua.
Memiliki suara indah tentu menyenangkan. Gunakanlah untuk syiar agama Allah!
Demikianlah selamat mencoba.